Universitas Sumatera Utara
cukup hanya diberikan ASI saja, susu ASI tidak keluar, petugas kesehatan yang tidak profesional yang memperkenalkan produk susu formula, pendapat bahwa
ASI yang pertama kali keluar adalah ASI yang tidak sehat, ibu yang menderita sakit yang dapat ditularkan kepada anaknya, ibu yang sibuk bekerja sehingga
tidak sempat memberikan ASI, dan adanya kesalahan dalam pengumpulan data ASI eksklusif. Kesalahan pengumpulan data tersebut dapat disebabkan karena
pertanyaan petugas pengumpul data dan jawaban ibu balita yang kurang tepat. Sebagai contoh, seorang petugas bertanya apakah anak ibu diberikan ASI
eksklusif? Atau, apakah anak ibu mendapatkan ASI selama 6 bulan? Ibu balita akan tetap menjawab ‘iya’ jika ibu balita memang memberikan ASI kepada
balitanya selama 6 bulan meskipun ibu balita telah memberikan air putih, bubur, pisang, tajin atau makanan lainnya selama 6 bulan pertama tersebut. Hal ini
dikarenakan rendahnya pengetahuan ibu balita dan rendahnya kepedulian petugas untuk memperoleh data yang akurat. Jika petugas melakukan probbing dalam
mewawancarai ibu balita, dapat dimungkinkan bahwa data ASI eksklusif akan berubah dan tidak menutup kemungkinan bahwa ASI eksklusif berhubungan
dengan gizi buruk balita.
5.2 Pengaruh Imunisasi Lengkap terhadap Kejadian Balita Gizi Buruk di Kota Medan
Hasil penelitian tentang variabel imunisasi lengkap terbanyak di Kecamatan Medan Denai yaitu 3.478 orang dan paling sedikit berada di Kecamatan Medan
Polonia yaitu 1.035 orang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan analisis korelasi Pearson menunjukkan variabel imunisasi lengkap nilai p = 0,009 dengan
nilai korelasi sebesar 0,549 yang berarti bahwa ada hubungan imunisasi lengkap
Universitas Sumatera Utara
dengan gizi buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2012 yang menunjukkan bahwa ada hubungan imunisasi lengkap
dengan kejadian gizi buruk p 0,001. Hasil penelitian lain yang dilakukan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2010
dan di Kelurahan Babura tahun 2005 juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara imunisasi yang tidak lengkap dengan kejadian gizi buruk
Lingga, 2010 dan Wahyuni, 2005. Hal ini dikarenakan apabila balita tidak mendapatkan imunisasi lengkap maka balita akan tidak memiliki kekebalan yang
baik dan mudah terserang penyakit sehingga akan menyebabkan nafsu makan anak menurun sehingga tidak tercukupi asupan makanan ke dalam tubuhnya
Hartono, 1997. Berdasarkan hasil penelitian secara kewilayahan menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh imunisasi lengkap terhadap gizi buruk di seluruh kecamatan yang ada di Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian tidak secara kewilayahan juga
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh imunisasi lengkap terhadap gizi buruk. Sistem kekebalan menyebabkan balita menjadi tidak terjangkit sakit.
Apabila balita tidak mendapatkan imunisasi, maka kekebalan tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai dampak yang
tidak langsung dengan kejadian gizi buruk Dewi, 2012. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap
berbagai penyakit untuk mempertahankan agar kekebalan tubuh tetap melindungi tubuh terhadap paparan bibit penyakit Hartono, 1997.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Pengaruh Vitamin A terhadap Kejadian Balita Gizi Buruk di Kota Medan