Pengaruh ASI Eksklusif terhadap Kejadian Balita Gizi Buruk di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh ASI Eksklusif terhadap Kejadian Balita Gizi Buruk di Kota Medan

Hasil penelitian tentang variabel ASI eksklusif terbanyak di Kecamatan Medan Kota yaitu 3.053 orang dan paling sedikit berada di Kecamatan Medan Baru yaitu 222 orang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan analisis korelasi Pearson menunjukkan variabel ASI eksklusif nilai p = 0,351 dengan nilai korelasi sebesar 0,215 yang berarti bahwa tidak ada hubungan ASI eksklusif dengan gizi buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati 2003 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi 4-11 bulan dengan mempertimbangkan variabel pengganggu. Menurut Depkes RI 2005 dalam Kurniawati 2014, pemberian ASI eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Berdasarkan hasil penelitian secara kewilayahan menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh ASI eksklusif terhadap gizi buruk di seluruh kecamatan yang ada di Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian tidak secara kewilayahan juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh ASI eksklusif terhadap gizi buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif untuk anak, pengaruh orang tua untuk memberikan makanan pendamping dengan pendapat bahwa anak menangis berarti anak lapar dan tidak Universitas Sumatera Utara cukup hanya diberikan ASI saja, susu ASI tidak keluar, petugas kesehatan yang tidak profesional yang memperkenalkan produk susu formula, pendapat bahwa ASI yang pertama kali keluar adalah ASI yang tidak sehat, ibu yang menderita sakit yang dapat ditularkan kepada anaknya, ibu yang sibuk bekerja sehingga tidak sempat memberikan ASI, dan adanya kesalahan dalam pengumpulan data ASI eksklusif. Kesalahan pengumpulan data tersebut dapat disebabkan karena pertanyaan petugas pengumpul data dan jawaban ibu balita yang kurang tepat. Sebagai contoh, seorang petugas bertanya apakah anak ibu diberikan ASI eksklusif? Atau, apakah anak ibu mendapatkan ASI selama 6 bulan? Ibu balita akan tetap menjawab ‘iya’ jika ibu balita memang memberikan ASI kepada balitanya selama 6 bulan meskipun ibu balita telah memberikan air putih, bubur, pisang, tajin atau makanan lainnya selama 6 bulan pertama tersebut. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan ibu balita dan rendahnya kepedulian petugas untuk memperoleh data yang akurat. Jika petugas melakukan probbing dalam mewawancarai ibu balita, dapat dimungkinkan bahwa data ASI eksklusif akan berubah dan tidak menutup kemungkinan bahwa ASI eksklusif berhubungan dengan gizi buruk balita.

5.2 Pengaruh Imunisasi Lengkap terhadap Kejadian Balita Gizi Buruk di Kota Medan