82
3.  Variabel Moderating Moderating Variable
Variabel  moderating  dalam  penelitian  ini  adalah  Pendanaan  dari setiap  perusahaan  industri    food  and  beverage  yang  terpilih  sebagai
sampel.  Pendanaan  merupakan  kemampuan  perusahaan  dalam  memenuhi kewajibannya  melalui  modal  sendiri.  Variabel  ini  diukur  dengan
menggunakan  pengukuran  Debt  to  Equity  Ratio  DER.  Debt  to  Equity Ratio  M  mencerminkan  kemampuan  perusahaan  dalam  memenuhi
seluruh  kewajibannya,  yang  ditunjukkan  oleh  beberapa  bagian  modal sendiri  yang  digunakan  untuk  membayar  hutang.  Debt  to  Equity  Ratio
DER  merupakan  rasio  hutang  terhadap  modal,  rasio  ini  mengukur seberapa jauh perusahaan dibayar  oleh  hutang, dimana semakin tinggi ini
menggambarkan  gejala  yang  kurang  baik  bagi  perusahaan.  Pengukuran variabel  Pendanaan  dilakukan  dengan  menggunakan  skala  rasio.  Rasio
Pendanaan ini dihitung dengan  rumus: Total utang
DER  = Modal sendiri
Universitas Sumatera Utara
83
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel
Nama Variabel
Definisi Operasional
Parameter Skala
Pengukuran
Independen Profitabilitas
X
1
Keuntungan bersih
yang  mampu  diraih oleh  perusahaan  pada
saat menjalankan
operasinya. Laba bersih
ROA= Total aktiva
Rasio
Independen Likuiditas
X
2
Perbandingan  antara saldo
kas akhir
dengan  laba  bersih setelah pajak
Saldo kas akhir CP =
Laba bersih setelah pajak
Rasio
Dependen Kebijakan
Dividen Y
bagian laba
yang dibagikan
kepada pemegang saham
Dividen kas per lembar saham
DPR= Laba  per saham
Rasio
Moderating Pendanaan
M Rasio  hutang  terhadap
modal Total Utang
DER= Modal sendiri
Rasio
4.6  Metode Analisis Data 4.6.1. Analisis Data
Langkah  awal  sebelum  dilakukan  uji  hipotesis  harus  dilakukan  uji asumsi  klasik  yang  meliputi  uji  normalitas  data,  uji  multikolinieritas,  uji
heteroskedastisitas, dan uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel  bebas  dan  variabel  terikat  memiliki  data  yang  berdistribusi  normal  atau
tidak Sugiyono, 2006:118. Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Universitas Sumatera Utara
84
dengan  uji  statistik  Kolmogorov-Smirnov  dan  grafik  normal  P  Plot.  Pada  uji normalitas  dilakukan  dengan  uji  statistik  Kolmogorov-Smirnov,  jika  signifikansi
yang  ditunjukkan  dalam  tabel  lebih  kecil  dari  alpha  5  ,  maka  dikatakan  tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya jika angka signifikansi dalam
tabel  lebih  besar  dari  alpha  5  ,  maka  data  sudah  memenuhi  asumsi  normalitas Ghozali, 2009:147.
Uji  Normalitas  yang  dipergunakan  dalam  penelitian  ini  analisis  grafik normal P Plot dan analisis One Sample Kolmogorov Smirnov. Jika grafik normal
plot  menunjukkan  bahwa  titik-titik  menyebar  di  sekitar  garis  diagonal  dan penyebarannya  mengikuti  arah  garis  diagonal,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa
model garis regresi memenuhi asumsi normalitas.  Pada One Sample Kolmogorov Smirnov, regresi memenuhi asumsi normalitas apabila sigma  0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji  multikolinearitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  model  regresi ditemukan  adanya  korelasi  antar  variabel  bebas  independen.  Model  regresi
yang  baik  seharusnya  tidak  terjadi  korelasi  di  antara  variabel  independen Ghozali, 2009:93.
Salah  satu  metode  yang  digunakan  untuk  mendeteksi  adanya multikolonaeritas  dalam  suatu  model  regresi  yaitu  dengan  melihat  nilai  R
2
yang tinggi yang  dihasilkan  oleh suatu estimasi regresi empiris,  tetapi secara individual  variabel-variabel  independen  banyak  yang  tidak  berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
85
Pengujian  multikolinearitas  pada  penelitian  ini  dilakukan  dengan  melihat nilai  tolerance  dan  variance  inflation  factor  VIF.  Nilai  tolerance  yang  rendah
sama  dengan  VIF  yang  tinggi  karena  VIF  =  1    tolerance.    Multikolinearitas terjadi apabila nilai tolerance  0.10 dan Variance inflation faktor 10.
c. Uji Heteroskesdastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi  terjadi  ketidaksamaan  variance  dari  residual  satu  pengamatan  ke
pengamatan yang lain Ghozali, 2009:125. Uji  heteroskedastisitas  dalam  penelitian  ini  dilakukan  dengan  melihat
grafik  P-Plot  antara  nilai  prediksi  variabel  terikat  yaitu  ZPRED  dengan residualnya  SRESID.  Deteksi  tidak  adanya  heteroskedastisitas  dilakukan
dengan  melihat  ada  tidaknya  pola  tertentu  pada  grafik  scatterplot  antara ZPRED  dan  SRESID.  Dasar  analisis  yang  digunakan  Ghozali,  2009:125,
yaitu: 1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola yang teratur  bergelombang,  melebar  kemudian  menyempit,  maka  telah
terjadi heteroskedastisitas. 2.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi  merupakan  korelasi  antara  sesama  urutan  pengamatan dari  waktu  ke  waktu.  Bila  terjadi  autokorelasi  maka  penafsiran-penafsiran
Universitas Sumatera Utara
86
tidak  lagi  efesien  yang  menyebabkan  variabel  sampel  tidak  dapat menggambarkan variabel populasinya.
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi  antara  kesalahan  pengganggu  pada  periode  tertentu  dengan  kesalahan
pengganggu  pada  periode  sebelumnya.  Model  regresi  yang  baik  adalah  regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini akan menggunakan uji Durbin-Watson
DW  test  yang  mensyaratkan  adanya  konstanta  intercept  dalam  model  regresi dan  tidak  ada  variabel  lagi  di  antara  variabel  independen.  Mekanisme  pengujian
Durbin Watson menurut Gujarati 2003:190 adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis :
Ho : tidak ada autokorelasi  r = 0 Ha : ada autokorelasi  r  0
2. Menentukan nilai d hitung Durbin Watson.
3. Untuk  ukuran  sampel  tertentu  dan  banyaknya  variabel  independen,
menentukan nilai batas atas du dan batas bawah dl dalam tabel.
4. Mengambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika 0  d  dl, Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi positif.
b. Jika  dl  £  d  £  du,  daerah  tanpa  keputusan  gray  area,  berarti  uji  tidak
menghasilkan kesimpulan. c.
Jika du  d  4 – du, Ho tidak ditolak berarti tidak ada autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
87
d. Jika 4 – du £ d £ 4 – dl, daerah tanpa keputusan gray area, berarti uji
tidak menghasilkan kesimpulan. e.
Jika 4 – dl  d  4, Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi positif. Sudarmanto  2005:143  menjelaskan  bahwa  ada  atau  tidaknya  autokorelasi
dapat  dideteksi  dengan  menggunakan  uji  Durbin  Watson.  Ukuran  yang digunakan  untuk  menyatakan  ada  atau  tidaknya  autokorelasi,  yaitu  apabila
nilai  statistik  Durbin-Watson  mendekati  angka  2,  maka  dapat  dinyatakan bahwa data pengamatan tidak memiliki autokorelasi yang berarti Ho diterima
dan sebaliknya. Deteksi  autokorelasi  menurut  Santoso  2000:219  dapat  juga  dilakukan
dengan cara : a. Jika nilai DW lebih kecil dari -2 berarti ada autokorelasi positif.
b. Jika nilai DW terletak antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Jika nilai DW lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi positif.
Apabila terjadi autokorelasi, maka dapat diatasi dengan cara : a. Melakukan transformasi data.
b. Menambah data observasi. 4.6.2. Pengujian Hipotesis
Setelah  dilakukan  uji  asumsi  klasik  terhadap  data,  selanjutnya  dilakukan uji  hipotesis.  Adapun  persamaan  yang  dipakai  dalam  untuk  membuktikan
hipotesis pertama dan kedua penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Pertama: Y