23
jenisnya. Pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu berupa pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham tanpa
diminta pembayaran dan dalam jumlah saham yang sebanding dengan saham yang dimiliki.
2.1.2. Kebijakan Dividen
2.1.2.1. Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang
akan datang Sartono, 2001 : 281. Dalam kebijakan dividen, terdapat pilihan yang tidak mudah dalam membagikan laba sebagai dividen atau menahan untuk
diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif
terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan.
Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak
perusahaan. Jika manajemen meningkatkan porsi laba per lembar saham yang
Universitas Sumatera Utara
24
dibayarkan sebagai dividen, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan dividen yaitu
jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting Sharpe, et.al., 1993:512.
Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan earning antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada
para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam kegiatan operasional perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di
dalam perusahaan Riyanto, 2001:265. Kebijakan dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan
akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi
pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen perusahaan adalah menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran
dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan Horne dan Wachowicz, 2005 : 270.
Gitman 2003:570, mengatakan bahwa “kebijakan dividen menunjukkan kebijakan yang menentukan besarnya persentase setiap dolar yang diperoleh
yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk kas, dihitung dengan membagi dividen kas perusahaan per share dengan penghasilan per saham.
Keown 2005:607, mengatakan bahwa “kebijakan dividen adalah kebijakan
yang menentukan jumlah dividen relatif terhadap laba bersih perusahaan atau penghasilan per saham.
Universitas Sumatera Utara
25
Dari pengertian kebijakan dividen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan rencana pembagian pendapatan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen, apakah dividen akan dibayarkan atau ditahan dalam perusahaan sebagai laba ditahan.
Menurut Sundjaja
dan Barlian
2002:387, faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
1. Faktur hukum yang menyangkut peraturan mengenai penggunaan laba
bersih untuk membayar deviden tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. Faktor hukum juga akan melindungi para kreditur yang melarang
pembayaran dividen yang berasal dari modal dan bukan dari laba usahanya. Faktor hukum juga memperbolehkan perusahaan untuk tidak
membayar dividen jika jumlah utang perusahaan lebih besar dari jumlah hartanya.
2. Posisi Likuiditas. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham.
3. Pembayaran pinjaman jangka panjang yang mengharuskan perusahaan
untuk menahan laba sehingga perusahaan tidak akan membagikan dividen kepada para pemegang saham.
4. Kontrak pinjaman yang seringkali membatasi kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen tunai. Hal ini terjadi karena dividen pada masa mendatang hanya dapat dibayarkan dari laba yang diperoleh sesudah
perjanjian hutang sehingga dividen tidak dapat dibayar dari laba yang
Universitas Sumatera Utara
26
diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya karena dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar
berada di bawah jumlah yang ditetapkan. 5.
Pengembangan aktiva perusahaan yang membutuhkan dana yang cukup besar sehingga mengakibatkan semakin banyak laba yang harus ditahan
dan menunda pembayaran dividen. 6.
Tingkat pengembalian asset yang menentukan pembagian laba dalam bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik
ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. 7.
Stabilitas keuntungan yang baik mengakibatkan perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentase
yang lebih besar sebab perusahaan memiliki tingkat kepastian perolehan laba yang tinggi pada masa mendatang.
8. Pasar modal dapat membantu perusahaan besar yang memiliki
profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur untuk dapat masuk ke pasar modal dan memperoleh macam-macam dana dari luar untuk
pembiayaannya sehingga perusahaan dapat memenuhi pembayaran dividen kepada investor.
9. Pengendalian terhadap perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
dengan tidak menjual saham baru dan tidak membagikan laba mengakibatkan pembagian dividen dalam bentuk kas menjadi rendah.
10. Keputusan kebijakan dividen dengan mempertahankan dividen per lembar
saham pada tingkat yang konstan yang tidak diimbangi dengan naiknya
Universitas Sumatera Utara
27
keuntungan sehingga mempengaruhi pembagian dividen karena dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan
itu benar-benar mantap dan cukup permanen. Menurut Riyanto 2001:281, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: 1.
Posisi likuiditas yang baik akan memungkinkan pembayaran dividen yang baik. Semakin kuat posisi kas suatu perusahaan terhadap prospek
kebutuhan dana pada masa mendatang mengakibatkan semakin tingginya jumlah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang
saham. 2.
Kebutuhan dana untuk membayar hutang yang dibayarkan melalui bagian dari pendapatan yang ditahan mengakibatkan semakin rendahnya dividen
yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. 3.
Tingkat perluasan perusahaan yang mengakibatkan semakin besar dana yang dibutuhkan karena semakin besar bagian dari pendapatan perusahaan
yang ditahan sehingga jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham akan semakin rendah.
4. Pengawasan terhadap perusahaan yang mempercayakan pada
pembelanjaan internal dalam rangka usaha mempertahankan pengendalian terhadap perusahaan mengakibatkan pembayaran dividen semakin rendah
karena semakin banyak dana yang dibutuhkan yang bersumber dari laba ditahan.
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.2.2. Teori tentang Kebijakan Dividen Teori kebijakan dividen merupakan teori yang mengkaji tentang
penentuan besarnya alokasi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa pada dividen dan laba ditahan terhadap nilai pasar saham yang berlaku yang
menjadi penentu nilai dari suatu perusahaan. Berbagai teori dan temuan empiris berkaitan dengan kebijakan dividen banyak ditemukan dalam literatur
keuangan, tetapi keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang baik tidak dapat digantikan oleh kebijakan dividen. Teori tentang kebijakan
dividen terus berkembang dan mengalami kemajuan dan sampai saat ini ada beberapa teori kebijakan dividen yang telah dikemukakan.
1. Dividend Irrelevance Theory Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani 1961:411 yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebijakan dividen yang diputuskan atau dilaksanakan perusahaan terhadap nilai perusahaan aset yang dimiliki
perusahaan. Investor yang memiliki saham pada perusahaan tidak akan terpengaruh terhadap nilai aset investasi bila perusahaan melakukan atau
memutuskan untuk membagi dividen. Tidak ada pengaruhnya kebijakan dividen terhadap investasi atau aset investor karena investor dapat membuat
dividen sendiri home made. Nilai perusahaan tidak tergantung kepada kebijakan perusahaan atau
dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham melainkan sangat tergantung kepada pilihan investasi optimal yang dilakukan oleh
perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
29
menghasilkan laba dan risiko investasi serta memisahkan antara dividen dan dana internal yang ditahan laba ditahan yang tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan tergantung kepada kebijakan investasi dan bukan
pada berapa jumlah laba yang dibagi untuk dividen dan berapa jumlah laba yang tidak dibagi yang dijadikan sebagai laba ditahan retained earning.
Pendapat ini bertolak dari dua pemikiran. Pertama: diasumsikan bahwa keputusan investasi dan penggunaan utang sudah dibuat dan tidak
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan. Kedua: pasar modal yang sempurna diasumsikan ada. Hal ini berarti 1 investor dapat menjual
dan membeli saham tanpa membayar biaya transaksi karena informasi dalam pasar modal yang sempurna tersebar luas sehingga investor dapat melakukan
sendiri segala sesuatu yang diinginkannya; 2 setiap perusahaan dapat menerbitkan saham tanpa adanya biaya emisi atau flotation cost dan biaya
transaksi; 3 tidak ada pajak pendapatan perseorangan maupun pajak penghasilan perusahaan; 4 informasi yang lengkap mengenai setiap
perusahaan selalu tersedia sehingga investor tidak perlu melihat pengumuman khusus mengenai pembayaran dividen sebagai indikator penting dari kondisi
perusahaan; serta 5 tidak terdapat konflik atau tidak ada masalah keagenan antara pihak manajemen dengan para pemilik saham.
Pembayaran dividen merupakan selisih residual antara pendapatan dan investasi sehingga dividen yang dibayar selalu disesuaikan dengan tingkat
pendapatan dan jumlah sahamnya. Pengaruh pembayaran dividen terhadap
Universitas Sumatera Utara
30
kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain melalui pembelanjaan atau pemenuhan dana
yang lain yaitu dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen yang telah dilakukan perusahaan kepada para pemegang
sahamnya. Dengan demikian, kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat dari penjualan
saham baru sehingga laba yang diperoleh dan dibagikan sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak akan mempengaruhi
kemakmuran pemegang saham. 2. Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner 1963:264 dengan Bird in The Hand Theory berpendapat bahwa dividen lebih baik daripada capital gain karena dividen
yang dibagi kurang berisiko. Investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang
belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak diperoleh padahal perusahaan membagikan dividen tergantung kepada
prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Bila perusahaan melihat adanya prospek yang lebih bagus di masa
mendatang dengan melakukan investasi, maka perusahaan kemungkinan besar tidak akan membagikan dividen. Sebaliknya, perusahaan akan membagikan
dividen bila tidak ada pilihan investasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan harus
memperhatikan pandangan investor tersebut dalam rangka membagikan
Universitas Sumatera Utara
31
dividen. Harapan pembagian dividen sangat dibutuhkan agar harga saham mengalami kenaikan dan akhirnya memperoleh capital gain.
Perusahaan seharusnya membentuk risiko pembayaran dividen dengan menawarkan dividen yield yang tinggi agar dapat memaksimalkan harga
sahamnya. Keyakinan bahwa kebijakan dividen perusahaan itu tidak penting secara implisit mengasumsikan bahwa seorang investor menggunakan
required rate of return yang sama, baik pendapatan itu berupa dividen maupun capital gain. Pendapatan dividen memiliki sifat yang lebih pasti
predictable daripada capital gain. Pihak manajemen perusahaan dapat mengendalikan dividen, tetapi tidak dapat mengendalikan harga sahamnya di
pasar modal. Ini berarti kadar risiko caiptal gain lebih besar. Oleh karena itu, rate of return yang digunakan ketika mengurangi jumlah capital gain harus
lebih tinggi dari yang digunakan terhadap pendapatan dividen. 3. Tax Preference Theory
Tax Preference Theory yang dikemukakan Farrar dan Slewyn 1967:444 dan Brennan 1970:417 menjelaskan bahwa investor lebih
menyukai laba ditahan retained earning daripada dividen. Teori ini menyarankan agar perusahaan membayarkan dividen yang rendah jika ingin
memaksimalkan harga sahamnya. Teori perbedaan pajak ini menerangkan bahwa kebijakan yang terbaik adalah tidak membayar pajak sama sekali.
Teori Miller Modigliani menyatakan bahwa pada pasar persaingan sempurna tidak diperlukan pajak sehingga tidak ada perlakuan pajak yang
berbeda antara dividen dengan capital gain. Tetapi kenyataannya, pajak itu
Universitas Sumatera Utara
32
selalu ada seperti yang dialami investor dimana setiap dividen yang dibayarkan akan dikenakan pajak. Padahal seharusnya dividen yang diterima
investor tidak seharusnya dikenakan pajak dikarenakan perusahaan telah membayar pajak atas bagian keuntungan yang dibagikan dividen tersebut.
Bila investor membayar kembali pajak atas dividen yang diterimanya, maka telah terjadi pajak berganda karena perpindahan keuntungan dividen terjadi
bukan dikarenakan adanya nilai tambah yang dilakukan sehingga dividen tersebut bertambah ketika sampai di tangan investor.
Adanya perlakuan pajak yang berbeda ini membuat investor selalu berpikir agar dividen yang diterimanya sudah bersih tanpa ada lagi
pembayaran pajak sehingga jelas perhitungan pendapatannya yang siap dikonsumsikan. Pemikiran investor ini diperhatikan oleh agen perusahaan
agar agen tersebut mengurangi dividen dalam rangka memaksimumkan nilai perusahaan sebab pajak mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan.
Pembayaran dividen yang kecil akan membuat biaya modal kecil dan harga saham mengalami kenaikan dan bila diperhatikan dengan seksama bahwa
pajak dividen selalu lebih tinggi daripada capital gain. Pemegang saham lebih baik menjual saham mereka beberapa lembar
pada suatu saat dan membayar pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Pendapat ini terutama didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak terhadap
pendapatan dividen dan capital gain. Suatu kenyataan bahwa semua investor harus membayar pajak pendapatan. Dengan demikian, bagi investor tujuan
yang harus dicapai adalah maksimalisasi tingkat hasil investasi setelah
Universitas Sumatera Utara
33
dipotong pajak tanpa harus menanggung risiko yang terlalu besar. Tujuan ini direalisir melalui upaya meminimalkan tingkat pajak efektif atas pendapatan
mereka dan sedapat mungkin menunda pembayaran pajak tersebut. Meskipun keuntungan pajak yang terkandung dalam capital gain kini
tidak ada lagi, investor masih memiliki keuntungan tambahan dibandingkan dengan pendapatan dividennya. Pajak untuk pendapatan dividen harus
langsung dibayarkan pada saat dividen itu diterima, tetapi pajak atas apresiasi harga saham capital gain tertunda sampai saham tersebut benar-benar
terjual. 4. Clientele Effect Theory
Teori ini dikemukakan oleh Miller dan Modigliani 1961:414 dalam mempertahankan pandangan teorinya yaitu Dividend Irrelevance Theory.
Pemegang saham perusahaan bervariasi dari segi pendapatan dan karakteristik lainnya sehingga investor tersebut mempunyai preferensi tersendiri atas
investasi pada saham. Kelompok berpendapatan rendah menginginkan dividen yang tinggi untuk menambah pendapatan sementara kelompok yang
berpendapatan yang tinggi menginginkan dividen yang rendah dan capital gain yang tinggi sehingga terjadi kelompok peminat pada pemilik perusahaan
yang disebut clientele. Perusahaan harus memperhatikan clientele ini dalam mengambil
keputusan dalam
membayar dividen.
Pada sisi
lain, pemerintah
memberlakukan pajak yang berbeda terhadap kelompok-kelompok atau
Universitas Sumatera Utara
34
berdasarkan kelembagaan tersebut sehingga lembaga tersebut mempunyai keinginan tersendiri untuk dividen.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang ingin memperoleh pendapatan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi daripada
menahan laba dan kelompok yang tidak membutuhkan pendapatan saat ini lebih menyukai perusahaan menahan laba bersih perusahaan daripada
membagikan dividen. Jika terdapat perbedaan pajak bagi individu, maka kelompok
pemegang saham dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang bila perusahaan
membagikan dividen yang kecil sedangkan kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak yang rendah akan cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari clientele ini ada namun hal tersebut tidak menunjukkan bahwa dividen besar lebih baik daripada
dividen kecil dan sebaliknya dividen kecil tidak lebih baik daripada dividen besar. Efek clientele ini hanya menyatakan bahwa bagi kelompok pemegang
saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan kelompok tersebut. 5. Signaling Hypothesis Theory
Teori ini juga dikemukakan oleh Miller dan Modigliani 1961:418 untuk mempertahankan pandangan teorinya Dividend Irrelevance Theory.
Pembayaran dividen oleh perusahaan mengandung informasi yang dapat
Universitas Sumatera Utara
35
dilihat dari sisi investor dan sisi manajer perusahaan. Manajer perusahaan lebih mengetahui keadaan perusahaan dan kelanjutannya going concern
sementara investor kurang mengetahui keadaan perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan tidak banyak memberikan
informasi mengenai perusahaan. Salah satu tindakan perusahaan yang banyak memberikan informasi mengenai investor adalah pembayaran dividen yang
dilakukan perusahaan. Perusahaan tidak mungkin akan membayar dividen bila kinerja dan kondisi keuangan perusahaan berada pada posisi yang tidak baik.
Pembayaran dividen merupakan sumber informasi bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sangat baik bahkan investor memandang pemberian
dividen merupakan kinerja perusahaan yang baik dan adanya kelebihan dana. Pada sisi lain, manajer perusahaan membuat keputusan bahwa
pemberian dividen dikarenakan tidak ditemukannya investasi yang optimal sesuai dengan Teori Miller dan Modigliani, dimana nilai perusahaan
meningkat karena pilihan investasi yang optimal, artinya perusahaan memberikan dividen kepada investor agar dana tersebut dikelola untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih baik bila tetap hanya di perusahaan.
Teori ini mengemukakan bahwa kenyataannya dividen memiliki pengaruh terhadap harga saham karena dividen digunakan investor sebagai
prediktor kinerja perusahaan pada masa mendatang. Kenaikan dividen pada umumnya diikuti dengan kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen
Universitas Sumatera Utara
36
diikuti dengan penurunan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gain.
Ketika perusahaan memiliki risiko pembayaran dividen yang stabil sepanjang waktu dan perusahaan meningkatkan rasio tersebut, keadaan ini
menberi sinyal kepada para investor bahwa pihak manajemen mengumumkan perubahan positif dalam profitabilitas pada masa mendatang. Selanjutnya
harga saham akan bereaksi positif terhadap kenaikan dividen ini. Penurunan dividen dan kenaikan dividen yang berada di bawah kenaikan yang biasanya
merupakan sinyal bagi investor bahwa perusahaan menghadapi masa sulit pada masa yang akan datang.
Para manajer perusahaan yang mengetahui lebih banyak tentang keadaan perusahaan yang sebenarnya diharapkan dapat menggunakan dividen
sebagai alat untuk menyampaikan informasi yang baik dan yang belum dikenal di pasar. Para investor dapat menggunakan informasi tentang
perubahan dividen ini sebagai sinyal atas kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya terutama tingkat kemampuannya menghasilkan keuntungan.
Kenaikan dividen yang lebih besar diharapkan mengisyaratkan kepada investor bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan keuntungannya
sedangkan penurunan dividen yang lebih besar dari yang diperkirakan menandakan bahwa keuntungan perusahaan akan mengalami penurunan.
6. Teori Dividen Residual Teori dividen residual menyatakan bahwa ketika perusahaan akan
memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang
Universitas Sumatera Utara
37
saham, ada dua hal yang harus tetap diingat, yaitu: 1 tujuan utamanya adalah untuk memaksimumkan nilai pemegang saham, dan 2 arus kas yang dihasilkan
perusahaan merupakan milik pemegang saham Brigham dan Houston, 2001:110. Manajemen harus menahan diri dengan upaya menahan laba kecuali jika
laba itu dapat diinvestasikan kembali guna menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi yang juga ikut dirasakan oleh pemegang saham daripada yang
diperoleh pemegang saham jika mereka menginvestasikan uang itu dalam investasi yang berisiko sama. Dengan demikian, ekuitas internal, laba ditahan,
lebih rendah biaya modalnya daripada ekuitas eksternal, saham biasa baru. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk menahan laba karena menambah
dasar ekuitas internal dan dengan demikian mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan harus menambah ekuitas eksternal di masa mendatang untuk
mendanai investasinya. Adanya biaya penerbitan saham baru menonjolkan perbedaan antara
modal internal dan eksternal. Tanpa biaya penerbitan, perusahaan tidak akan bersusah payah menentukan berapa besarnya dividen dan berapa besarnya laba
ditahan, demikian pula berapa besarnya pendanaan eksternal. Dengan adanya biaya penerbitan itu, perusahaan jelas akan mengutamakan pendanaan internal.
Konsekuensinya, perusahaan akan melakukan pembayaran dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi; dengan kata lain, hanya jika ada
“pendapatan tersisa” atau pendapatan residual, maka dividen akan dibayarkan. Inilah inti dari teori dividen residual atau residual dividend theory Elton dan
Gruber, 1970:68.
Universitas Sumatera Utara
38
Lebih ditegaskan lagi, bahwa apabila fakta biaya-biaya penerbitan sekuritas diperhitungkan, maka kebijakan dividen perusahaan memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1 mempertahankan rasio hutang optimum dalam pendanaan investasi mendatang; 2 menerima suatu investasi hanya jika NPV
Net Present Valuenya positif; 3 mendahulukan pendanaan internal, kalau ternyata tidak mencukupi, barulah perusahaan akan menerbitkan saham tambahan;
dan 4 apabila setelah kebutuhan dana investasi terpenuhi masih ada sisa, maka perusahaan akan membayar dividen. Sedangkan apabila tidak ada dana yang
tersisa, maka dividen tidak dibayarkan Elton dan Gruber, 1970:70. Dengan demikian, konsekuensi dari apa yang telah diuraikan di atas adalah
bahwa, rasio pembayaran dividen yang optimal merupakan fungsi dari empat faktor, yaitu: 1 pilihan investor atas dividen lawan keuntungan modal,
2 peluang investasi perusahaan, 3 struktur modal yang ditargetkan, dan 4 ketersediaan dan biaya dari modal eksternal. Ketiga elemen terakhir
digabungkan ke dalam model dividen residual residual dividend model. Menurut teori ini, kebijakan dividen memiliki pengaruh yang pasif, jadi
tidak bisa mempengaruhi secara langsung harga saham umum di bursa Brigham dan Houston, 2001:115.
2.1.2.3. Jenis-jenis Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menurut Riyanto 2001:289 dapat dibagi ke dalam
4 empat bagian berikut:
Universitas Sumatera Utara
39
1. Kebijakan dividen yang stabil
Kebijakan dividen yang stabil merupakan jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu
tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 2.
Kebijakan pembayaran dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih
baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang
konstan. Kebijakan ini menjelaskan bahwa perusahaan yang menjalankan
kebijakan dividend payout ratio yang konstan dan juga dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai
dengan perkembangan keuntungan bersih yang diperoleh setiap tahunnya. 4.
Kebijakan dividen yang fleksibel Perusahaan menetapkan rasio pembayaran dividen yang
besarnya tiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan pendanaan dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila
keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibagikan relatif tinggi. Sebaliknya, jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen
Universitas Sumatera Utara
40
yang dibayarkan juga rendah atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungan.
2.1.2.4. Rasio Kebijakan Dividen Kebijakan dividen dikonfirmasikan melalui Dividend Payout Ratio dan
Dividen Yield. Menurut Kallapur dan Trombley 1992:505. Dividend Payout Ratio DPR adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran
dividen kepada setiap pemegang saham yang dapat diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh
per lembar saham Sundjaja dan Barlian, 2002 : 391. Menurut Darmadji 2001 dividen merupakan pembagian sisi laba bersih perusahaan yang
didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Dividend itu bisa berbentuk uang tunai cash
dividend atau dividen saham stock dividend. Jika dividen dibayar dalam bentuk tunai, maka besarnya rasio pembayaran dividennya dapat dihitung
dengan rumus: Dividen kas per lembar saham
DPR = Laba per lembar saham
Menurut Sundjaja dan Barlian, 2002 : 437 dividen kas per lembar saham atau dividend per share DPS merupakan jumlah dividen tunai yang dibagikan
kepada setiap pemegang saham dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham.
Dividen Kas per Lembar Saham Dividend per Share DPS dapat dihitung dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
41
Jumlah dividen tunai DPS =
Jumlah saham beredar
Menurut Baridwan 2003:448, laba bersih setelah pajak atau earning per share EPS merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode
biasanya satu tahun untuk tiap saham yang beredar. Laba per Lembar Saham Earning per Share EPS dapat dihitung dengan rumus:
Laba bersih EPS =
Jumlah saham beredar
Jika dividen dibayar dalam bentuk saham, maka pembayaran dividennya dapat dihitung dengan menggunakan Dividend Yield Ratio DYR
adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar dengan harga saham biasa Warsono, 2003:275. Dividend Yield Ratio dapat dihitung
dengan menggunakan rumus: Dividen per lembar saham tahunan
DYR = Harga per lembar saham
2.1.3. Profitabilitas