Pengidentifikasian Model Antalgin Peramalan Produk Antalgin 1. Pemeriksaan Kestasioneran Data Antalgin

15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Lag P a rt ia l A u to c o rr e la ti o n Partial Autocorrelation Function for Data Penjualan Antalgin Setelah Pembedaan 1 w ith 5 significance limits for the partial autocorrelations Gambar 5.13. Grafik Autokorelasi Parsial Data Penjualan Antalgin Setelah Pembedaan 1 Grafik autokorelasi pada Gambar 5.12 menunjukkan bahwa grafik berbentuk cuts off sedangkan grafik autokorelasi pada Gambar 5.13, menunjukkan bahwa grafik berbenuk dies down. Dengan demikian, data penjualan antalgin telah stasioner dalam mean karena grafik autokorelasi dan grafik autokorelasi parsialnya berbentuk cuts off dan dies down.

5.2.2.2. Pengidentifikasian Model Antalgin

Langkah pertama metode peramalam Box Jenkins menunjukkan bahwa data telah stasioner baik dalam variansi maupun dalam mean. Langkah kedua, pengidentifikasian model, dapat dilakukan apabila langkah pertama telah menyatakan bahwa data telah stasioner. Universitas Sumatera Utara Penentuan model peramalan Box Jenkins bergantung pada hasil pengidentifikasian terhadap sifat atau bentuk grafik dari autokorelasi dan autokorelasi parsial. Untuk mempermudah penentuan model peramalan yang dihasilkan dari grafik autokorelasi dan autokorelasi parsial, dapat dilihat pada Tabel 5.24. Tabel 5.24. Pengidentifikasian Model Data Penjualan Antalgin Pengidentifikasian model peramalan Box-Jenkins dapat dilakukan dengan tepat apabila tidak terjadi salah pemahaman terhadap bentuk grafik autokorelasi dan autokorelasi parsial. Pengidentifikasian model peramalan menjadi lebih mudah dengan adanya bantuan dari Tabel 5.24. Adapun ketentuan pengidentifikasian adalah sebagai berikut: 1. Grafik autokorelasi dan grafik autokorelasi parsial dapat berbentuk dies down maupun cuts off . Kombinasi dari masing-masing bentuk autokorelasi dan autokorelasi parsial akan memberikan model yang terdapat pada kolom 3 dan Grafik Autokorelasi Grafik Autokorelasi Parsial Model yang terbentuk jika tidak ada I differencing Model yang terbentuk jika ada I differencing Dies down menurun cepat secara sinusoidal Cuts off terputus setelah lag ke sekian ARp ARIp,d Cuts off terputus setelah lag ke sekian Dies down menurun cepat secara sinusoidal MAq IMAd,q Dies down menurun cepat secara sinusoidal Dies down menurun cepat secara sinusoidal ARMAp,q ARIMAp,d,q Universitas Sumatera Utara kolom 4. Pada data penjualan Antalgin, grafik autokorelasi berbentuk cuts off dan autokorelasi parsial berbentuk dies down, oleh karena itu, model yang mungkin terbentuk adalah model MA atau IMA 2. Setelah ditentukan model yang mungkin terbentuk, diteliti apakah data historis mengalami proses differencing atau tidak. Jika data historis mengalami proses differencing maka model yang terbentuk memiliki unsur I. Data penjualan Antalgin menunjukkan bahwa data telah stasioner dalam mean setelah dilakukan differencing sebanyak 1 kali , maka model yang terbentuk adalah IMAd,q Model yang terbentuk adalah model IMAd,q. Jumlah differencing dinyatakan dalam d. Jadi, nilai d yang diperoleh adalah 1 karena dilakukan differencing sebanyak 1 kali. Nilai q dapat diperoleh dari pengamatan terhadap grafik autokorelasi dan autokorelasi parsial. Pada grafik autokorelasi penjualan antalgin, dapat dilihat bahwa data terputus setelah lag 1. Hal yang sama juga dapat dilihat pada grafik autokorelasi parsial yang menurun secara cepat setelah lag 1. Hal ini berarti bahwa model yang terbentuk adalah IMA1,1.

5.2.2.3. Pengestimasian Parameter Model Antalgin