Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta

(1)

ISI YOGYAKARTA

RIZKY PUJI LESTARINA

A34203016

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

ISI Yogyakarta. Dibimbing oleh SITI NURISJAH.

Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan fisiologi, keamanan, afiliasi, aktualisasi diri, penghargaan, dan terakhir adalah estetika. Semua kebutuhan dasar manusia tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun seringkali lahan di sekolah hanya berupa ruang terbuka yang bernilai estetika tanpa adanya kesinambungan dengan kegiatan pendidikan. Idealnya suatu lanskap buatan manusia juga turut memasukan faktor sosial untuk mengarahkan kondisi dan perilaku pengguna ke arah yang lebih positif. Selain itu, penataan ruang terbuka juga dapat menjadi penyeimbang suasana jenuh dari kegiatan rutin di dalam ruang tertutup. Penataan ruang terbuka dapat memajukan kualitas pendidikan karena adanya lanskap yang aman, nyaman, akomodatif, dan kondusif bagi berjalannya proses belajar-mengajar.

Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang sangat penting (Neuman, 2003): (1) Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi membentuk latarbelakang yang mendukung visi dan misi dari suatu institusi pendidikan tersebut, (2) Menciptakan identitas yang mewakili alumni, civitas akademis, mahasiswa (saat ini dan yang akan datang) serta pengunjung, (3) Membantu mempertahankan status yang melekat pada institusi tersebut diantara lingkungannya.

Fakultas Seni Rupa dan Desain adalah bagian dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Jogyakarta), yang adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karya rancangan lanskap plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta yang diharapkan dapat memfasilitasi seluruh kegiatan dan aktivitas civitas akademikanya serta memberikan identitas tersendiri sebagai kampus seni yang merefleksikan Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar.

Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008. Pada bulan Februari 2008 dan Maret 2009 dilaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pengguna tapak (mahasiswa) serta wawancara terhadap pihak kampus (rektor, dsb). Dalam rangkaian penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan lapang,yang kemudian diikuti dengan pengolahan data, analisis spasial, pembuatan rancangan dan detil rancangan.

Konsep desain kampus ISI Yogyakarta ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan karakteristik budaya sosial, yaitu pengguna (human culture) dalam kawasan FSRD dan identitas kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni. Desain yang akan dikembangkan terinspirasi dari sebuah motif batik khas jogja yang dikenal dengan nama ‘Kawung’. Motif ini berasal dari buah dari pohon aren, yang dikenal juga dengan nama pohon enau yang menghasilkan kolang-kaling. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Secara filosofis kawung memiliki makna yaitu manusia harus dapat berguna


(3)

analisa kebutuhan pengguna, serta harapan dari pengelola kampus. Perancangan plaza FSRD terutama dikembangkan berdasarkan harapan/keinginan pihak kampus yang juga disesuaikan dengan keadaan tapak dan penggunaan tapak, serta kemampuan pihak kampus untuk memelihara tapak yang menjamin keberlanjutan desain pada tapak. Perancangan juga dilakukan untuk memberikan sarana dan fasilitas berkarya bagi mahasiswa, yaitu dengan mengembangkan rencana tata ruang yang mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa baik sosial maupun akademis. Hasil dan kegiatan kreativ mahasiswa juga dapat menunjang lanskap plaza yang memperkuat karakter plaza tersebut.

Permasalahan utama yang muncul di dalam tapak antara lain: kenyamanan yang kurang karena suhu yang tertalu tinggi akibat kurangnya jumlah vegetasi pada tapak, keadaan vegetasi yang tidak terawat, dan jalur sirkulasi tapak yang sering disalahgunakan (kendaraan bermotor roda dua sering melewati jalur pejalan kaki). Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian batasan yang lebih baik (sehingga tidak mudah diterabas dan disalahgunakan), serta penambahan vegetasi pada tapak yang tidak memerlukan perawatan yang berlebihan.

Selain itu sebagai salah satu plaza kampus, maka plaza FSRD harus dapat menjadi landmark bagi kampus ISI Yogyakarta dan memunculkan karakteristik kampus. Karakter yang dimaksud adalah Kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni yang memiliki dan memenuhi kebutuhan komunitas pengguna yang heterogen. Ini berarti karakter yang dimunculkan sebisa mungkin mewakili komunitas pengguna yang heterogen, bukan melulu mewakili karakter budaya tempat kampus itu berada. Ini berarti karakter budaya yang muncul terutama adalah budaya sosial pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, dengan menggunakan elemen yang mengambil karakter budaya tradisional dan budaya modern yang lebih internasional universal.


(4)

ISI YOGYAKARTA

RIZKY PUJI LESTARINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(5)

Judul : Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta

Nama : Rizky Puji Lestarina

NRP : A34203016

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 19571222 198203 1 002


(6)

©Hak cipta milik Rizky Puji Lestarina, tahun 2010 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya

dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(7)

bentuk apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga mana pun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Rizky Puji Lestarina


(8)

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Afrizal Nursin dan Ibu Erry Sriyanti.

Penulis menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1997 di SDN Anyelir I, Depok, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTPN II Depok hingga tamat pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di SMU Negeri 1 Depok.

Pada Tahun 2003, melalui jalur PMDK, penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama masa kuliah penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan Studio Pro Arsitektur Lanskap. Pada tahun 2008 penulis diberi kesempatan menjadi sebagai duta pemuda dalam Kapal Pemuda Asean Jepang bersama 28 rekan lainnya dari seluruh Indonesia, untuk bergabung bersama 330 pemuda dari ASEAN-Jepang diatas kapal Nippon Maru.


(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, serta untuk kesabaran dan pengertian yang luar biasa.

2. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr. selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama masa kuliah.

3. Dr. Ir. Afrizal Nursin, Papi, yang selalu bisa dijadikan teman untuk

brainstorming. Dra. Erry Sriyanti, Mami, yang teramat sabar dan selalu punya kata-kata pembangkit semangat. Rizky Puti Minanga, Adik, my stress relieverat the most crazy times.

4. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Arsitektur Lanskap.

5. Seluruh Staff dan Mahasiswa Kampus ISI Yogyakarta, terutama Fakultas Seni Rupa dan Desain.

6. PT Gita Rencana Multiplan, yang telah membantu dengan pinjaman datanya. 7. Teman-teman seperjuangan ARL angkatan 40 atas persahabatan yang sangat berharga dan seluruh waktu yang telah dilewati bersama-sama, terutama Sasha, Mi-chan, Ayu, Hendri, No-chan, Komti, Opeh … my cheerleaders!!

8. Binbo Joshi (便簿女子): Panda, kak Diti dan Nadia.

9. Teman-teman kontingen Indonesia Participating Youth 2008, cabin mates

358, segenap rekan dan staf admin SSEAYP 35 dan awak kapal Nippon Maru, serta keluarga besar SSEAYP International Indonesia, yang mengajari saya begitu banyak hal dan memberikan saya sebuah ‘keluarga’ baru.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.


(10)

sangat penulis harapkan demi peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi yang menggunakannya.

Bogor, Januari 2010


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR. ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 4

1.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Lanskap ... 6

2.2 Ruang Terbuka ... 6

2.3 Kampus ... 7

2.4 Lanskap Kampus ... 8

2.5 Plaza ... 10

2.6 Perancangan ... 14

2.7 Budaya ... 16

III METODOLOGI ... 18

3.1 Tempat dan Waktu ... 18

3.2 Alat dan Bahan ... 18

3.3 Metode dan Pendekatan Perancangan ... 18

3.4 Proses Perancangan ... 18

3.4.1 Persiapam Penelitian ... 19

3.4.2 Konsep Dasar ... 19

3.4.3 Pengumpulan Data ... 20

3.4.4 Analisis ... 21

3.4.5 Perancangan ... 21

3.5 Batasan Studi... 22

IV KONSEP ... 23

4.1 Konsep Dasar ... 23

4.2 Pengembangan Konsep ... 24

4.2.1 Konsep Tata Ruang ... 24

4.2.2 Konsep Aktivitas ... 25


(12)

4.2.4 Konsep Tata Hijau ... 27

4.2.5 Konsep Fasilitas ... 28

V DATA DAN ANALISIS ... 29

5.1 Aspek Fisik ... 29

5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak ... 29

5.1.2 Tanah dan Topografi ... 32

5.1.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 33

5.1.4 Vegetasi dan Satwa ... 36

5.1.5 Iklim ... 38

5.1.6 Tata Guna Lahan ... 39

5.1.6.1 Lapangan Parkir... 39

5.1.6.2 Plaza FSRD ... 40

5.1.6.3 Bangunan ... 42

5.1.7 Potensi Visual ... 45

5.1.8 Akustik ... 45

5.2 Aspek Sosial ... 45

5.2.1 Latar Belakang ISI Yogyakarta ... 45

5.2.2 Pengguna Tapak ... 48

5.2.3 Wawancara dan Kuesioner ... 48

VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 51

6.1 Sirkulasi Tapak ... 51

6.1.1 Jalur kendaraan ... 51

6.1.1.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 51

6.1.1.2 Sirkulasi Sepeda ... 51

6.1.2 Jalur Pejalan Kaki ... 54

6.1.3 Bollard ... 58

6.2 Tata Hijau ... 60

6.2.1 Tata Hijau dengan Fungsi Ekologis ... 61

6.2.2 Tata Hijau dengan Fungsi Arsitektural ... 63

6.3 Utilitas dan Fasilitas Plaza ... 65

6.3.1 Amphitheatre ... 65

6.3.1.1 Tempat Duduk ... 66

6.3.1.2 Tangga ... 67

6.3.1.3 Boks Tanaman ... 68

6.3.1.4 Pemanfaatan Amphitheatre ... 68

6.3.2 Outlet Listrik ... 69

6.3.3 Pencahayaan ... 70

6.3.4 Light Box Sculpture dan Sign ... 71


(13)

VI SIMPULAN DAN SARAN ... 75

7.1 Simpulan ... 75

7.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman 01. Jenis, sumber, cara pengambilan dan bentuk data biofisik ... 20 02. Jenis, sumber, cara pengambilan dan bentuk data sosial ... 21 03. Konsep fungsi aktivitas pada plaza FSRD ... 26


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

01. Kerangka pikiran penelitian ... 5

02. Diagram yang menunjukan akar dari budaya... 17

03. Bagan proses perancangan penyesuaian (Gold, 1980) ... 19

04. Diagram pembagian zona tata ruang ... 25

05. Berbagai macam kegiatan pengguna yang dapat dilakukan pada tapak ... 26

06. Konsep tata Hijau ... 27

07. Berbagai macam referensi untuk konsep fasilitas plaza ... 28

08. Peta lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogyakarta... 29

09. Situasi bagian sebelah selatan tapak ... 30

10. Peta lokasi Kampus ISI Yogyakarta ... 31

11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta ... 31

12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta ... 33

13. Peta aksesibilitas Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ... 34

14. Peta sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta . 35 15. Peta persebaran vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ... 36

16. Contoh vegetasi yang tersebar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ... 37

17. Perkiraan awal musim hujan 2008/2008 dan perbandingannya terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y) ... 38

18. Perkiraan sifat musim hujan 2008/2008 dan perbandingannya terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y) ... 39

19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta ... 40

20. Peta area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 41

21. Foto area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 42

22. Fasad bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 43

23. Area pada Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta yang kurang sedap dipandang ... 44


(16)

24. Mural yang ada di dinding salah satu gedung departemen desain di

Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 44

25. Lambang ISI Yogyakarta ... 46

26. Area peruntukan jalur sirkulasi pengguna sepeda ... 52

27. Area parkir sepeda berupa rak sepeda ... 52

28. Contoh detil jalur sirkulasi sepeda dan pejalan kaki pada tapak ... 53

29. Contoh paving block triheksagonal yang digunakan pada jalur sepeda ... 53

30. Contoh rak sepeda sederhana yang dapat diterapkan pada tapak ... 54

31. Area sirkulasi berdasarkan kondisi eksisting area plaza FSRD ... 54

32. Hasil desain area sirkulasi pejalan kaki pada tapak ... 55

33. Contoh perkerasan pada sirkulasi pejalan kaki pada tapak ... 56

34. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa concrete ... 56

35. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa paving block triheksagonal (cat hijau) ... 57

36. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa slab stone warna hitam... 57

37. Contoh penggunaan bollard ... 58

38. Area tapak dimana bollard digunakan ... 59

39. Detail bollard yang ada pada tapak ... 59

40. Rencana Tata Hijau untuk plaza FSRD ... 60

41. Rencana Tata Hijau untuk Area yang ditutupi Pennisetum purpureum (rumput gajah) ... 61

42. Rencana Tata Hijau untuk pohon Filicium decipiens (Kerei Payung)... 62

43. Pennisetum purpureum dan Filicium decipiens ... 62

44. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Zephyranthes sp. ... 63

45. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Arenga pinnata ... 64

46. Zephyranthes sp. dan Arenga pinnata... 64

47. Area amphitheatre pada tapak ... 65

48. Konsep seating area yang akan diterapkan pada amphitheatre ... 66

49. Seating area pada amphitheatre ... 67


(17)

51. Zephyranthes sp., Pennisetum purpureum, dan kerikil putih yang akan

mengisi planter box ... 68

52. Contoh kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan di tapak ... 69

53. Titik-titik outlet listrik yang ada pada tapak ... 69

54 Rekomendasi fitur outlet listrik pada tapak ... 70

55. Contoh-contoh pencahayaan yang dapat diterapkan pada tapak ... 70

56. Contoh-contoh lampu yang dapat digunakan untuk pencahayaan pada tapak ... 71

57. Titik-titik pencahayaan pada tapak. ... 71

58. Batik kawung ... 71

59. Titik-titik posisi light box sculpture ... 71

60. Desain light box sculpture tampak atas... 73

61. Contoh signage baru pada ISI Yogyakarta dan signage pada departemen Kriya saat ini ... 72

62. Contoh signage masing-masing departemen ... 73

63. Lokasi dinding mural yang dapat dikembangkan pada tapak ... 74


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

01. Kuisioner Preferensi Pengguna ... 79

02. Site Plan ... 80

03. Planting Plan ... 81

04. Hardscape Plan ... 82

05. Lighting Plan (Night Vision) ... 83

06. Lighting and Electrical Plan ... 84

07. Detil Penanaman ... 85

08. Detil Amphitheatre Plaza FSRD - 1 ... 86

09. Detil Amphitheatre Plaza FSRD - 2 ... 87

10. Konstruksi Amphitheatre Plaza FSRD... 88

11. Detil Perkerasan - 1 ... 89

12. Detil Perkerasan - 2 ... 90

13. Detil Lighting Fixtures dan Electrical Outlet ... 91

14. Detil Light Box Sculpture - 1 “Fine Art” ... 92

15. Detil Light Box Sculpture - 2 “Design” ... 93

16. Detil Light Box Sculpture - 3 “Crafts” ... 93

17. Detil Sign Jurusan Seni Murni ... 94

18. Detil Sign Jurusan Kriya ... 95

19. Detil Sign Jurusan Desain ... 96


(19)

1. 1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Depdiknas, 2007).

Pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk mendukung kegiatan pendidikan maka diperlukan adanya suatu lingkungan yang menyediakan sarana prasarana yang baik. Sudah selayaknya keadaan fisik suatu kompleks pendidikan menjadi titik perhatian karena menurut Greenbie (1985), kondisi fisik lingkungan dapat membentuk perilaku sosial manusia yang ada didalamnya.

Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan fisiologi, keamanan, afiliasi, aktualisasi diri, penghargaan, dan terakhir adalah estetika. Semua kebutuhan dasar manusia tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun seringkali lahan di sekolah hanya berupa ruang terbuka yang bernilai estetika tanpa adanya kesinambungan dengan kegiatan pendidikan. Idealnya suatu lanskap buatan manusia juga turut memasukan faktor sosial untuk mengarahkan kondisi dan perilaku pengguna ke arah yang lebih positif. Selain itu, penataan ruang terbuka juga dapat menjadi penyeimbang suasana jenuh dari kegiatan rutin di dalam ruang tertutup. Penataan ruang terbuka dapat memajukan kualitas pendidikan karena adanya lanskap yang aman, nyaman, akomodatif, dan kondusif bagi berjalannya proses belajar-mengajar.


(20)

Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang sangat penting (Neuman, 2003)

1. Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi akan mendukung visi dan misi dari suatu institusi pendidikan tersebut.

2. Menciptakan identitas (kampus) yang mewakili alumni, civitas akademis, mahasiswa (saat ini dan yang akan datang) serta pengunjung.

3. Membantu mempertahankan reputasi yang melekat pada institusi tersebut diantara lingkungannya.

Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Jogyakarta), adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. ISI Jogyakarta dibentuk atas Keputusan Presiden RI No: 39/1984 tanggal 30 Mei 1984, dan diresmikan berdirinya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, pada tanggal 23 Juli 1984. Institut ini mengkhususkan pada pendidikan di bidang kesenian, yang terkelompok ke dalam tiga fakultas, yakni: Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, Dan Fakultas Seni Media Rekam. ISI dibentuk setelah dilakukannya penggabungan sejumlah sekolah tinggi bidang kesenian termasuk AMI (Akademi Musik Indonesia), ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia).

Sebagai kota budaya dan juga kota pelajar, Yogyakarta memiliki Taman Budaya, Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian, Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Kesenian, serta sanggar-sanggar seni yang tersebar di seluruh wilayah DIY, dengan demikian keberadaan ISI Yogyakarta tidak saja memperoleh manfaat dari lingkungan seni budaya yang subur, namun juga dapat lebih berperan serta dalam membina dan mengembangkan kehidupan seni di Indonesia.

Akibat dari gempa yang melanda Yogyakarta 27 Mei 2006, kegiatan di ISI Yogyakarta sempat terhenti karena jumlah kerusakan pada bangunan pendukung yang cukup besar. Kondisi paska gempa bisa dikatakan hampir 40% bangunan dan infrastruktur telah rusak. Tindakan perbaikan untuk pemanfaatan (utility) membutuhkan waktu serta rencana yang matang. Oleh karena itu kajian menyeluruh dilakukan sekaligus dipakai untuk memperoleh keterpaduan antara


(21)

program strategis (strategic planning) dengan rencana tindakan pembangunan fasilitas. Pertumbuhan fasilitas fisik dalam bentuk rencana rekonstruksi dan pembangunan gedung adalah suatu perencanaan fisik berjangka (bertahap) yang dicapai melalui keterpaduan yang sistematik dengan rencana strategis pengembangan perguruan tinggi ISI Yogyakarta.

Selain pembangunan fasilitas fisik (bangunan), penataan kembali lanskap Kampus ISI Yogyakarta juga diperlukan. Lanskap Kampus selain memberikan nilai estetika pada tapak, juga memegang peranan penting dalam mendukung dan memfasilitasi segala kegiatan kampus dan penghuni kampus serta masyarakat disekitarnya. Selain itu lanskap kampus juga dapat memberikan trademark dan identitas tersendiri bagi kampus. Dalam hal ini kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni dapat menunjukan identitasnya sebagai kampus seni yang sekaligus dapat mencerminkan Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Kota Pelajar.

Sebuah ruang terbuka pada dasarnya merupakan wadah yang dapat menampung dan menunjang semua aktivitas, baik secara individu maupun berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.

Dalam menciptakan ruang terbuka yang ideal bagi kawasan kampus yang berorientasi terhadap pengembangan kesenian dan kebudayaan perlu diperhatikan mengenai masalah sirkulasi, aktivitas yang ada dan tata ruang terbuka luar didalam tapak agar dapat menunjang fleksibilitas pemanfaatannya dengan kegiatan seni dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.

1. 2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karya rancangan lanskap plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta yang diharapkan dapat memfasilitasi seluruh aktivitas dari civitas akademikanya serta memberikan identitas sebagai kampus seni yang merefleksikan Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar.


(22)

1. 3 Manfaat

Hasil perancangan lanskap pada kompleks kampus ISI Yogyakarta ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Acuan dan masukan bagi perencana, perancang dan pengelola kompleks kampus ISI Yogyakarta dalam perencanaan, perancangan dan pengelolaan lingkungan yang dapat mencerminkan trademark serta identitas ISI Yogyakarta sebagai kampus seni, terutama pada fakultas seni rupa, kampus ISI Yogyakarta.

2. Sebagai landasan atau tolak ukur bagi perencana dan perancang dalam mengembangan lanskap kampus seni pada umumnya.

3. Memberi manfaat, fungsi serta kenyamanan bagi civitas akademika maupun warga masyarakat disekitar kampus.

1. 4 Kerangka Pikir Penelitian

Ruang terbuka suatu kawasan dapat diisi dengan hijauan, area perkerasan, maupun dibuat fasilitas-fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang ada di sekitarnya. Sebuah kampus seni seperti ISI yogyakarta seharusnya memiliki ruang terbuka yang dapat mendukung seluruh kegiatan civitas akademi yang ada didalamnya. Ruang terbuka yang ada juga harus dapat memberikan identitas tersendiri pada kampus, terutama karena kampus ISI Yogyakarta merupakan kampus seni yang harus memiliki ciri yang kuat, baik dalam hal seni maupun budaya. Ruang terbuka yang ada pada kampus harus dapat mewadahi kebutuhan mahasiswa dan civitas akademik kampus tersebut, dapat menjadi sarana untuk ruang kelas outdoor, tempat mengisi waktu luang antar kelas, diskusi, bercengkrama, maupun aktivitas lain yang dapat dilakukan secara berkelompok maupun individual.


(23)

 

Gambar 1. Kerangka Pikir penelitian

KAMPUS ISI YOGYAKARTA

Lanskap Kampus

- Sebagai ruang terbuka pada kampus 

- Memenuhi kebutuhan pengguna kampus (terutama civitas akademik)  - Memberikan fasilitas tambahan bagi kegiatan civitas akademik 

- Menjadi ruang sosial pada kampus. 

- Memberikan cerminan pada kampus ISI sebagai kampus seni & budaya  - Menunjukan identitas tersendiri bagi kampus. 

Tata ruang, tata aktivitas, tata sirkulasi, tata letak fasilitas, dan   tata elemen

Plaza Fakultas Seni Rupa

PERANCANGAN

 

PLAZA

 

FAKULTAS

 

SENI

 

RUPA

 

SEBAGAI BAGIAN DARI LANSKAP KAMPUS INSTITUT SENI YOGYAKARTA 


(24)

2. 1 Lanskap

Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun yang buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh indra dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Beberapa objek yang dapat menjadi pengamatan antara lain adalah kota, jalan, lapangan golf, sungai, pantai, pemukiman, sekolah kampus dan lain-lain (Rachman, 1984).

2. 2 Ruang Terbuka

Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang yang pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara individu atau secara kelompok diluar bangunan. Ditinjau dari jenis aktivitasnya maka ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka yang aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung aktivitas manusia didalamnya, antara lain olah raga, dan lain-lain. Ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak terdapat aktivitas manusia didalamnya, yaitu berupa hijauan maupun taman dan lain sebagainya (Hakim, 1991).

Menurut Simonds (1983) ruang terbuka berhubungan langsung dengan penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Fungsi ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lainnya, pembatas, atau jarak antara masa bangunan dan pelembut arsitektur bangunan.

Suatu ruang terbuka menurut Lynch (1981) tidak berdasarkan pada banyaknya struktur yang ada di area tersebut, tetapi ditentukan oleh jumlah aktivitas yang dapat dilakukan oleh penggunanya di dalam area tersebut.

Bentuk dari ruang terbuka sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Hakim 1991). Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap alami dan buatan, tidak berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan


(25)

dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986) bentuk keseluruhan ruang terbuka tersebut dapat dipertegas dengan mengunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan, dan tumbuhan. Tetapi dapat juga dibentuk dengan cara mengkombinasikan antara struktur-struktur buatan manusia dan bahan-bahan alami. Seperti juga yang dikemukakan Lynch (1981) bahwa ruang terbuka tidak selalu berupa area yang bersifat alami saja, tetapi dapat menggunakan struktur buatan manusia.

Simonds (1983) mengemukakan bahwa dengan mengatur struktur dan ruang yang baik tidak hanya sekedar menekankan bangunannya saja tetapi juga berfungsi untuk menciptakan kesatuan ruang secara total. Bangunan mempunyai hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang, dan lanskap alami disekitarnya. Hubungan antar ruang, struktur dan lanskap yang mengelilinginya harus dipertimbangkan bersama dalam suatu proses desain (Simonds, 1983). Proses mendesain ruang terbuka merupakan bagian dari perencanaan tapak (Lynch, 1981).

2. 3 Kampus

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan Universitas Udayana (1989, dalam Setyorini 1999), kampus menjadi sebuah kota tersendiri. Kampus sebagai suatu lingkungan yang lengkap dan merupakan sebuah kota yang mempunyai corak tersendiri yaitu suatu bentuk kehidupan dengan corak kehidupan ilmiah. Penciptaan kehidupan ilmiah dan kehidupan kemanusiannya merupakan hal utama sehingga gubahan lanskap dituntut agar mampu menciptakan suasana fungsional ilmiah dan suasana kemanusian dengan segala kegiatannya. Untuk itu wilayah kampus dibagi kedalam beberapa zona, yaitu: 1. Lingkungan Pendidikan (Academic Zone).

Lingkungan dimana berlangsung semua proses pendidikan ilmiah termasuk kegiatan laboratorium. Suasana yang perlu diciptakan dalam zona ini adalah suasana teduh, tenang, segar agar proses belajar-mengajar berlangsung baik.


(26)

Dalam lingkungan ini terjadi komunikasi antara mahasiswa dengan civitas lainnya, demikian juga antara lembaga dan masyarakat dalam bentuk kegiatan sosial budaya. Suasana yang dikehendaki adalah meriah, indah, segar dan dinamis.

3. Lingkungan Perumahan (Residental Zone).

Lingkungan ini dimaksudkan untuk tempat tinggal para dosen, pegawai, dan asrama mahasiswa. Suasana yang diperlukan untuk lingkungan ini adalah suasana tenang, teduh, aman, intim, dan privasi terjaga dari kesibukan kampus.

2. 4 Lanskap Kampus

Eckbo (1964) menyatakan bahwa ruang terbuka dalam kampus merupakan perlengkapan dalam kehidupan kampus. Di dalamnya tertampung aktivitas belajar, komunikasi sosial, dan hubungan timbal balik dari berbagai disiplin ilmu. Karena itu menurutnya didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan tempat duduk yang menyenangkan. Fasilitas-fasilitas rekreasi dapat dibangun diatasnya.

Lanskap kampus mengacu pada total kompleks dari elemen fisik yang ada dalam kampus dan terbentuk akibat interaksi antara manusia sebagai individu dan bagian dari makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’ (non-human nature) (Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho, 2001). Didalamnya tidak hanya terdiri dari material tanaman (area rumput, pohon, semak, dan penutup tanah, tetapi juga meliputi pengembangan tapak luar seperti elemen keras penutup tanah (ground surfaces) seperti paving, dan cor semen, bentukan lahan seperti ’grading’ dan ’land form’.

Elemen fisik kampus terbangun atas tiga elemen primer (Campus

Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho,

2001). Elemen tersebut adalah elemen struktur (strucure), ruang terbuka,

dan ’alam’(nature). Struktur direpresentasikan sebagai bangunan, jalan, area parkir, dan utilitas. Ruang terbuka direpresentasikan sebagai ruang tanpa ruang terbangun (struktur) diatasnya, seperti plaza, lapangan olah raga, dan sebagainya. ’Alam’ direpresentasikan dalam bentukan lahan (land form), tanaman, bebatuan, dan air, dan habitat satwa didalamnya.


(27)

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan Universitas Udayana (dalam Setyorini, 1999), membagi jenis ruang terbuka pada lanskap kampus berdasarkan fungsi/kegiatan yang terjadi, yaitu:

1. Halaman Utama Kampus (Campus Plaza).

Merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan Universitas atau Universitas dengan masyarakat. Ruang ini bisa diselesaikan dengan perkerasan, dilengkapi dengan pertamanan pada tempat-tempat strategis yang diperlukan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan berskala rendah, dengan variasi tajuk dan warna.

2. Taman Kampus.

Ruang untuk pertamanan terdapat diseluruh zona kegiatan yang penempatannya diatur sedemikian rupa untuk menambah keindahan kampus dan untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing kegiatan yang diwadahi. Berdasarkan fungsinya, taman diklasifikasikan lagi kedalam taman aktif dan taman pasif.

a. Taman Aktif

Dimaksudkan selain sebagai ruang untuk memperindah lingkungan juga dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan dalam kampus yang meliputi kegiatan formal dan non-formal (kegiatan upacara/apel, belajar bersama/outdoor study, istirahat dan kegiatan komunikatif lainnya).

b. Taman Pasif

Dimaksidkan hanya untuk memperindah dan menambah kenyamanan dan kesegaran lingkungan. Penyelesaian lanskapnya merupakan komposisi tanaman-tanaman yang tergolong semak rendah/sedang yang mampu memberikan suasana segar pada lingkungan.

3. Lapangan Olahraga.

Diusahakan terletak dekat dengan lingkungan perumahan (asrama mahasiswa dan perumahan dosen/pegawai). Gubahan lanskapnya agar memberikan suasana segar, santai dan dinamis.


(28)

4. Arboretum.

Merupakan zona laboratorium botani yang terdiri dari gugusan berbagai jenis pohon untuk kepentingan ilmiah.

5. Jalur Hijau.

Merupakan bentangan alam yang terdiri dari kumpulan jenis-jenis pohon untuk jalur hijau. Terkadang tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Jalur hijau juga kadang-kadang berfungsi sebagai pembatas dan penghubung antara bangunan-bangunan fakultas.

6. Jalan-Jalan dan Tempat Parkir

Jalan merupakan ruang terbuka yang langsung merupakan pembatas wilayah kegiatan. Sebagai penghubung ruang ke-ruang, suasana yang tercipla dalam ruang jalan/disekitar jalan dapat sebagai ruang transisi dari ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Tempat/Area parkir ditempatkan pada daerah pinggir dari daerah kegiatan/aktivitas dengan maksud untuk mengurangi

terganggunya lingkungan kegiatan dari kebisingan (noise). Ruang parkir

merupakan ruang peralihan sepanjang pencapaian (street pictures). Sebagai ruang peralihan akan menuntut suatu penataan yang khusus dan berpenampilan lain daripada yang lain, terutama dalam menentukan jenis pohon.

Bentuk lanskap yang menarik perhatian juga selalu diusahakan untuk ditampilakan dalam suatu kampus perguruan tinggi dengan bentuk tanaman, kebun tanaman yang tertata. Fungsi utama tanaman lanskap pada suatu kampus adalah untuk menunjang suasana kegiatan kampus dan meningkatkan kualitas visual yang terdapat pada kampus tersebut (Carpenter et al., 1975).

2.5 Plaza

Menurut Greenbaum (2009), plaza berasal dari bahasa Spanyol plaza,dari bahasa latin platea, dan dari bahasa yunani kuno πλατεῖα (plateia, kependekan dari πλατεῖα ὁδόςplateia hodos), plaza memiliki arti pusat kota, atau area pusat perkumpulan. Sebuah plaza adalah area yang merupakan ameniti bagi masyarakat, dimana area itu melayani berbagai macam pengguna dan segala kebutuhan mereka.


(29)

Pertimbangan yang paling utama dari fungsi sebuah plaza adalah pertimbangan potensi tapak tersebut di masa kini dan masa yang akan dating. Plaza harus didesain mengikuti berbagai macam aktivitas baik pasif maupun aktif, untuk kelompok maupun perorangan, formal maupun informal, terencana ataupun umpromptu. Plaza haruslah dapat mengundang pengguna untuk menggunakan fasilitas yang sudah disediakan (misalnya: penyediaan tempat duduk dan meja di area teduh dapat digunakan untuk makan siang di area tersebut), tetapi juga harus fleksibel untuk mengakomodir aktivitas lain yang terpikirkan oleh pengguna (misalnya: area teduh berumput dapat menjadi area untuk diadakan pertunjukan seni impromptu, dsb).

Biasanya plaza pada pada umumnya memiliki tujuan desain yang dapat diterapkan seperti berikut:

1. Aksesibilitas:

• Akses terhadap fitur yang ada: Desain yang ada (kontur lanskap, level, pembatas arsitektural lainnya) tidak akan menjadi penghalang bagi pengguna tapak untuk mengakses amenity yang ada pada plaza tersebut.

• Rute yang mudah dilalui: plaza dengan rumput dan tanah harus terjaga

dengan baik untuk menjaga adanya jalur yang dapat dilalui oleh pengguna. Bagaimanapun permukaan dengan perkerasan juga dapat didesain dengan kemiringan untuk memenuhi standar aksesibilitas dan mengalirkan air permukaan.

2. Estetika

• Material: Gunakan material, furniture, signage, dan elemen lainnya yang mencerminkan atmosfir yang ingin dicapai di plaza tersebut.

• Fitur Air: Air dapat dijadikan sebagai elemen visual dan akustik. Namun keberadaannya tidaklah mutlak dan jangan sampai membebani perawatan lanskap yang harus dilakukan.

• Instalasi seni (patung): Penempatan patung sebaiknya disesuaikan dengan tema dan atmosfer tapak. Jika menempatkan lebih dari satu patung akan lebih baik jika patung tersebut letaknya berkesinambungan dan jika perlu konsultasikan dengan seniman yang mengerjakan patung tersebut. Akan lebih baik jika rangkaian patung tersebut mempunyai tema dan cerita dan


(30)

didesain alur bagi pengguna untuk dapat menikmati rangkaian isntalasi seni tersebut.

3. Biaya Efisien

• Perawatan dengan biaya efisien: adalah hal yang penting untuk

memastikan adanya program perawatan yang rutin terhadap tapak yang telah di desain. Fungsinya adalah untuk menjaga kondisi tapak denagn biaya yang efisien dan seminimal mungkin.

• Gunakan material tahan cuaca: Sebaiknya penggunaan material untuk

tapak dipilih yang sangat tahan cuaca, tahan lama, dan tidak mudah dirusak (dengan vandalisme).

4. Fungsional/Operasional

• Fleksibel: Plaza harus di desain dengan utilitas dan infrastruktur yang sederhana untuk memudahkan penggunaan dan fleksibilitas dan penggunaan yang multifungsi.

• Furnitur Outdoor: Tempat duduk, bollards, rak sepeda, tempat sampah, dan sebagainya harus dipertimbangkan sebagai bagian dari desain awal tapak tersebut. Furnitur ini harus seirama dengan arsitektur bangunan dan lanskap disekitarnya, baik ukuran, desain, dan warnanya. Furnitur Outdoor adalah elemen yang esensial dalam menciptakan ruang outdoor yang fungsional.

• Maintenance: perawatan jangka panjang terhadap elemen lanskap,

pencahayaan, dan elemen sejenisnya harus dipertimbangkan pada tahap desain.

• Program Plaza: pertimbangan harus diberikan untuk pengembangan plaza

untuk pengguna tapak, untuk aktivitas aktif dan pasif, baik yang terencana maupun yang impromptu. Dapat juga fungsi bangunan yang ada disekitarnya dimasukan kedalam plaza.

5. Produktif

• Memenuhi kebutuhan pengguna gedung yang ada disekitarnya: Plaza yang

didesain dengan baik dapat memberikan fungsi tambahan bagi pengguna gedung yang ada di sekitarnya.


(31)

• Dukungan untuk berbagai macam aktifitas: desainer harus berdiskusi dengan calon pengguna tapak untuk dapat menambahkan potensi kedalam tapak. Tapak dapat mendukung potensi kegiatan outdoor dan berkaitan dengan kegiatan indoor di gedung yang berkaitan dengan tapak. Aktivitas yang direncanakan harus meliputi kegiatan aktif maupun pasif, untuk kegiatan terencana maupun impromptu, berkelompok maupun perseorangan, dan sebagainya,

6. Keamanan dan Keselamatan

• Bollard dan elemen lanskap: untuk menghindari jalur masuk dari arah

yang tidak dikehendaki, sangat disarankan penggunaan pembatas di bagian pinggir dari plaza. Pembatas yang dimaksud dapat berupa bollard, tangga, patung, elemen air, boks tanaman, dan elemen lanskap lainnya yang dapat dinikmati nilai estetiknya oleh pengguna tapak namun tetap memberikan keamanan bagi pengguna tapak.

7. Berkelanjutan (sustainable)

• Perencanaan tapak: entrance plaza harus memiliki kemiringan minimal

1% dan maksimal 5% untuk memastikan aliran air permukaan (akibat hujan).

Storm Water Management: Dimana area dengan perkerasan yang berbatasan langsung dengan gedung memiliki kemiringan minimal 2% dari struktur ke alur drainase untuk memastikan adanya mengalirnya aliran permukaan ke drainase.

• Konservasi Air: Konsumsi air harus diminimalisir, terutama pada daerah dengan iklim kering dengan laju evaporasi yang tinggi.

• Rak sepeda: berkaitan dengan program go green yang mendukung bike to campus maupun bike to work, sebaiknya disediakan rak sepeda untuk pengguna tapak, minimal untuk mengakomodir 5% pengguna gedung yang berdekatan dengan tapak. Rak sepeda dapat diletakan di plaza, dekat dan dapat dilihat dari entrance gedung, dan aman. Rak harus dapat digunakan untuk menggunakan kunci bagi sepeda dan sesuai dengan disain gedung dan tapak.


(32)

2. 6 Perancangan

Perancangan adalah perluasan dari perencanaan yang berkenaan dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya sebagai pemecah masalah di dalam perencanaan. Disamping dasar dasar teknik mengenai bahan-bahan atau elemen-elemen, perancang juga berhubungan dengan visual. Seperti halnya dalam perencanaan, bentuk dan wujud dalam rancangan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak serta suatu perumusan yang jelas atas masalah perancangan (Laurie, 1986).

Perhatian pada perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang, setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain. Kesemuaan ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang diinginkan (Simonds 1983).

Dasar-dasar estetika dalam perancangan lanskap berkaitan dengan titik, garis, tekstur, warna, variasi, perulangan, keseimbangan dan penekanan. Garis merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual, dan fisik. Bentuk berkaitan dengan bentuk vertikal dan horizontal dan kedalaman. Tekstur berkaitan dengan halus-kasarnya bentuk. Bentuk dan tekstur dalam perancangan lanskap banyak dibentuk oleh elemen tanaman. Warna dikaitkan dengan pengaruh kejiwaan yang dihasilkannya. Variasi berperan dalam mengurangi kemonotonan. Sementara perulangan menjadikan variasi menjadi lebih memiliki ekspresi. Keseimbangan berperan dalam penentuan bentukan formal maupun non-formal dan simetris maupun asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dalam sebuah komposisi (Carpenter et al, 1975).

Pemilihan materi atau bahan juga merupakan hal penting dalam perancangan lanskap (Laurie, 1986). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang obyek, ruang dan materi harus didisain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983).

Seorang perancang harus memiliki kemampuan imajinatif untuk merencana bentuk baru dan kreatif dalam menganalisa permasalahan dan faktor-faktor penentu bentuk. Sebuah rancangan yang dibangun di atas tapak dapat


(33)

dinilai berhasil jika terlihat keterkaitan antara tapak dengan program-programnya (Laurie, 1986).

Sasaran dari perancangan adalah kesesuaian dan respon terhadap situasi sekitar. Kesesuaian, menurutnya, adalah sasaran mayor dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting bagi perancang untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak, baik kondisi awal maupun fungsi yang diusulkan. Respon terhadap situasi dan keadaan sekitar berkaitan dengan respon terhadap identitas atau ciri pokok suatu karakter yang menonjol dari tapak. Keberhasilan dari perancangan adalah bila perancang dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan penggunanya, mempertemukan fungsi yang dibutuhkan dan beradaptasi terhadap tekanan dari lingkungan yang mempengaruhinya.

Dalam Campus Landscape Master Plan University of California Riverside,

(1996, dalam Nugroho, 2001) dijelaskan secara lebih spesifik tentang perancangan sebuah lanskap kampus. Perancangan lanskap kampus haruslah mempertimbangkan prinsip desain lanskap kampus, yaitu :

1. Lanskap sangat penting dalam komunitas kampus, oleh sebab itu harus

memperhitungkan rencana pengembangan bangunan kampus ke depan,

2. Perancangan lanskap kampus haruslah menjadi komponen integral dari

lingkungan kampus,

3. Perancangan lanskap harus memperhatikan atribut yang telah eksis

sebelumnya,

4. Habitat tanaman harus diperhatikan baik dalam pemilihan jenis maupun dalam peletakannya (lay out). Untuk menghindari kelebihan penanaman, perawatan berlebihan, kebutuhan penggunaan air yang berlebihan, dan konflik dengan tanaaman lain, maupun struktur.

5. Perancangan ruang terbuka harus memperhatikan lokasi dan gerak pengguna

dan pemerhati tapak (viewer). Perancangan lanskap harus memperhatikan

pandangan dinamis, bukan statis.

6. Perancangan yang bersifat multi-sensory dengan memberikan warna, aroma, tekstur, dan pencahayaan dalam lanskap akan memberikan kesan mendalam.


(34)

Laurie (1986) dalam perencanaan Foothill Collage di California menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan perkerasan khusus dan tumbuhan-tumbuhan ornamental diperlukan untuk memberikan identitas pada suatu tapak ataupun bagian-bagiannya. Kampus direncanakan secara logis dan efisien mencerminkan program untuk sekolah tersebut dan sekaligus tanggap terhadap lingkungan sekitar beserta faktor-faktor sosialnya.

2. 7 Budaya

Budaya merupakan sebuah kata yang memiliki pengertian yang kompleks. Raymond Williams, seorang pengamat dan kritikus kebudayaan mengatakan bahwa ‘kebudayaan’ (culture) merupakaan satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaannya. Budaya sering diartikan secara sempit sebagai bentuk kegiatan intelektual artistic dengan produknya yang turun temurun (heritage). Sering kali terjadi salah kaprah bahwa budaya disama artikan dengan kesenian tradisional.

Menurut Meuthia Djaluputro (2008) budaya (culture) berakar dari

kebiasaan (habbit) dan gaya hidup (lifestyle) yang ada pada sebuah kelompok. Kebiasaan tersebut akan berkembang dan diteruskan secara turun temurun dan

dan menjadi perilaku (manner) dari kelompok tersebut. Manner yang terus

menerus dilakukan ini akan menjadi sebuah dasar dari etika (ethic) yang ada dalam masyarakat tersebut. Etika yang ada mulai memiliki nilai (value) dan ada konsekuensi jika dilaksanakan maupun jika tidak dilaksanakan, etika tersebut

menjadi norma (norm). Norma-norma yang ada pada suatu kelompok akan

berkembang dan diteruskan secara turun temurun oleh pelaku hingga lama-kelamaan menjadi budaya (culture) bagi kelompok tersebut.


(35)

Gambar 2. Diagram yang menunjukan akar dari budaya 1

1

Meuthia Djaluputro dalam Pelatihan Kepemimpinan Kapal Pemuda ASEAN-Jepang 2008 (SSEAYP), kerjasama antara Kemenegpora dan SSEAYP International Indonesia.


(36)

3. 1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008. Pada bulan Februari 2008 dan Maret 2009 dilaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pengguna tapak (terutama mahasiswa) serta wawancara terhadap pihak kampus (rektor,pengurus kampus). Dalam rangkaian penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan lapang, yang kemudian diikuti dengan pengolahan data, analisis spasial, pembuatan rancangan dan detil rancangan.

3. 2 Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan seperti: kamera, komputer, tablet, scanner, printer/plotter, peralatan gambar, kertas, dan lain-lain. Kamera diperuntukan sebagai alat dokumentasi, Komputer digunakan untuk pengolahan data, tablet sebagai alat bantu dalam membuat ilustrasi, scanner untuk memindai gambar atau data yang perlu dimasukan dalam pengolahan data,

printer/plotter untuk mencetak hasil penelitian dan gambar pendukung.

3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan

Penelitian ini menggunakan metode survai dan analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan antroposentris, dengan metode Gold (1980) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

3. 4 Proses Perancangan

Proses perancangan lanskap kampus ini berdasarkan metode Gold (1980) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Bagan proses perancangan penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.


(37)

Penelitian ini merupakan perancangan lanskap kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni, yang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu.

3. 4. 1 Persiapan penelitian

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, pembuatan usulan penelitian dan perijinan penelitian.

Gambar 3. Bagan proses perancangan penyesuaian (Gold,1980) 3. 4. 2 Konsep Dasar

Pada tahap ini dilakukan pembuatan konsep dasar rancangan kampus yang akan dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh kawasan penelitian dan gambaran serta informasi umum yang telah diperoleh.

Persiapan   Penelitian 

Pengumpulan 

Data Analisis Perancangan 

Usulan &   Perijinan  Penelitian 

Biofisik 

‐ Lokasi  Tapak 

‐ Topografi  

‐ Iklim 

‐ Sirkulasi &       

   Aksesibilitas 

‐ Tata guna 

   Lahan 

‐ Vegetasi dan 

   satwa 

‐ Kualitas visual 

  dan akustik 

‐ Nilai Estetik 

  SDM:  Preferensi  pengguna  (Civitas  Akademika  Kampus   ISI‐Jogja 

Potensi Kenyamanan Rancangan  akhir  Potongan   Perspektif  Detail   Konsep Dasar 


(38)

3. 4. 3 Pengumpulan Data

Merupakan tahapan pengambilan data berupa data primer dan data sekunder serta informasi tapak di lapangan maupun dari pustaka yang mendukung penelitian melalui survei tapak berupa pengamatan dan pengambilan foto atau sketsa, pengambilan pustaka dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap keinginan mahasiswa, civitas akademika, maupun pihak tertentu lainnya yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Data Biofisik

Jenis Sumber Cara Pengambilan Bentuk Data

Lokasi Lahan Lokasi dan batas tapak Topografi Sirkulasi dan Aksesibilitas Primer dan Sekunder Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi Jenis satwa Iklim Curah hujan, Hari hujan,Suhu udara Kelembaban udara, Kecepatan angin, Radiasi matahari Tata Guna Lahan Zonasi Tata Guna Lahan

Sense of Quality Sounds, Kenyamanan, Visual Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang BMKG Lapang Lapang Lapang Survey lapang Gita Rencana Multiplan Survey lapang Survey lapang Survey Lapang BMKG Survey Lapang Survey lapang Wawancara Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif Deskriptif dan spasial Deskriptif Deskriptif Keterangan :


(39)

Tabel 2. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Data SDM

Jenis Sumber Cara Pengambilan Bentuk Data

Sumber Daya Manusia Keadaan sosial tapak Pengguna Aktivitas dan intensitas Lapang Lapang Lapang Survey lapang Survey lapang Survey lapang Deskriptif Deskriptif Deskriptif

3. 4. 4 Analisis

Data Fisik yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan akan dianalisis setelah sebelumnya diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu potensi tapak dan kenyamanan.

Potensi adalah segala hal, di dalam dan luar tapak, yang bersifat menguntungkan dan positif bagi tapak dan penggunanya. Segala potensi yang dimiliki oleh sebuah tapak sebisa mungkin dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan kendala tapak yang bersifat mengganggu ataupun menghambat sebaiknya segera ditanggulangi.

Kenyamanan meliputi hal-hal yang mendukung pengembangan tapak lebih lanjut. Elemen ini perlu dipertahankan dan dikembangkan di tapak. Berbeda dengan itu, bahaya yang mungkin ada dalam tapak sedapat mungkin harus dihilangkan dan dicari solusinya agar tidak membahayakan pengguna tapak.

Dari data sosial akan dapat diketahui rencana, keinginan dan harapan dari berbagai pihak terhadap tapak. Tentu saja keinginan dari tiap pihak belum tentu selaras satu sama lainnya. Oleh karena itu desain yang ada akan menyelaraskan dan sebisa mungkin mengakomodir seluruh kebutuhan pengguna tapak.

3. 4. 5 Perancangan

Tahap perancangan merupakan tahap akhir dari proses disain. Produk yang dihasilkan dari tahap ini adalah gambar rencana tapak (Site Plan), rancangan detil (detail plan), potongan (Section Plan), dan gambar perspektif dalam bentuk


(40)

tertulis. Serta sketsa-sketsa pelengkap dan gambar lainnya untuk memperlihatkan suasana lanskap kampus yang telah dirancang.

3. 5 Batasan Studi

Penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap perancangan melalui penerapan konsep dengan memperhatikan kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan. Pada akhirnya akan didapat hasil perancangan lanskap plaza FSRD ISI Yogyakarta yang tidak hanya mendukung fungsi dan aktivitas yang ada tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat di sekitar kampus.


(41)

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN

4.1 Konsep Desain

Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung fakultas. Plaza ini dapat dianggap sebagai central core dari keseluruhan tapak.

Plaza memiliki berbagai fungsi dan mengakomodasi kebutuhan berbagai pengguna. Plaza kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Perancangan terhadap Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan karakteristik budaya, yaitu pengguna (human culture) dalam kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain dan identitas kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus berwawasan seni dan budaya.

Desain yang akan dikembangkan terinspirasi dari sebuah motif batik khas Yogja yang dikenal dengan nama ‘Kawung’. Kawung adalah salah satu batik yang digunakan oleh keluarga kesultanan Yogyakarta. Motif ini berasal dari buah dari pohon aren, yang dikenal juga dengan nama pohon enau yang menghasilkan kolang-kaling. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Secara filosofis kawung memiliki makna yaitu manusia harus dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Inspirasi dari kawung ini dituangkan kedalam konsep tata ruang dimana tiap bagian dari tapak memiliki kegunaan bagi pengguna tapak. Selain itu bentuk dari motif kawung ini juga dituangkan kedalam bentuk-bentuk elemen desain.

Meskipun tapak berada di Yogyakarta yang sarat akan unsur tradisionalnya namun tidak berarti bahwa semua elemen desain yang ada harus menjadi serba tradisional. Unsur traditional sudah terwakili oleh gaya arsitektur bangunan yang ada. Maka pada plaza dapat diterapkan gaya yang lebih modern


(42)

dan tidak konvensional. Misalnya penggunaan warna yang mencolok pada point of interest atau signage tapak, untuk memberikan kesan menarik diluar warna-warna monoton yang biasa digunakan pada kampus (hitam, putih, kuning gading, coklat, hijau, dsb). Selain itu dapat juga dikembangkan elemen-elemen desain dengan skala non-human untuk memberikan aksen pada tapak.

Tentunya keseluruhan desain harus tetap menjaga kesatuan dan keharmonisan tapak.

4.2 Pengembangan Konsep Desain

Konsep dasar kampus ini dikembangkan dalam bentuk penataan yang meliputi tata ruang, tata aktivitas, tata sirkulasi, tata hijau, dan konsep fasilitas dan prasarana kampus.

4.2.1 Konsep Tata Ruang

Pengembangan tata ruang dalam Kampus ini dibagi menjadi ruang-ruang yang akan memfasilitasi aktivitas dan kebutuhan seluruh civitas akademi kampus. Zonasi dibagi kedalam zona aktif dan zona pasif. Zona pasif adalah zona yang diperuntukan bagi tujuan ekologis tapak. Zona ini diperuntukan sebagai tempat penanaman tumbuhan yang akan berkontribusi terhadap perbaikan iklim, sekaligus sebagai buffer tapak. Zona vegetasi ini akan berada di bagian terluar dari tapak. Zona aktif adalah zona yang dimanfaatkan sebagai tempat beraktivitas bagi pengguna tapak. Zona ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : zona budaya, zona edukasi, zona sosial. Zona budaya diperuntukan sebagai display area bagi mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI, bisa dianggap sebagai galeri karya mahasiswa. Zona edukasi adalah zona yang dimanfaatkan untuk keperluan edukatif, seperti outdoor class dan outdoor studio bagi mahasiswa. Zona sosial meliputi area sirkulasi dan area berkumpulnya pengguna tapak baik untuk berdiskusi, bercengkrama, dan sebagainya.

Berikut adalah diagram pembagian zona tata ruang berdasarkan keterangan diatas.


(43)

Gambar 4. Diagram pembagian zona tata ruang

4.2.2 Konsep Aktivitas

Berdasarkan konsep tata ruang yang ada, zona pasif (vegetasi) adalah zona yang ada disekeliling tapak, sementara zona aktif adalah zona yang terdapat di bagian tengah tapak yang menghubungkan antar gedung yang ada di dalam tapak, yaitu plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Plaza harus didesain untuk mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan aktivitas yang mungkin dilakukan pada area tersebut, baik kegiatan tersebut adalah kegiatan pasif ataupun aktif, formal ataupun informal, diperuntukan untuk berkelompok maupun perorangan, terencana maupun impromptu. Plaza harus dapat menjadi area yang fleksibel dan adaptif untuk berbagai macam kemungkinan aktivitas yang ada.

Plaza pada sebuah kampus sebaiknya dapat menjadi area rekreasi dan

meeting point bagi pengguna. Pengguna tapak dapat beristiraht, bercengkrama dan mengakses layanan internet dengan teknologi wifi selama berada di tapak. Hal ini dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok.


(44)

Sebagai sebuah kampus seni, maka plaza ini selain dapat menjadi sarana bagi kegiatan akademis (misalnya untuk outdoor classroom / studio), maka alangkah baiknya jika plaza juga dapat dijadikan area pameran (exhibition) untuk hasil karya mahasiswa kampus. Dinding-dinding gedung bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain juga dapat dijadikan sebagai salah satu media kreativitas bagi mahasiswa.

Tabel 3. Konsep fungsi aktivitas pada plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain

Fungsi:  Contoh Penggunaan:

Rekreasi/Sosial 

‐  Tempat beristirahat

‐  Tempat bercengkrama / mengobrol 

‐  Tempat berdiskusi 

‐  Tempat mengakses internet dengan teknologi wi‐fi  Edukasi  ‐  Outdoor class

‐  Outdoor studio  Eksibisi (budaya) 

‐  Ruang pameran bagi karya mahasiswa 

‐  Panggung untuk pertunjukan ataupun kegiatan lain  bagi mahasiswa 

Gambar 5. Berbagai macam kegiatan pengguna yang dapat dilakukan pada tapak2

2


(45)

4.2.3 Konsep Tata Sirkulasi

Sirkulasi yang ada adalah sirkulasi kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki di bagian luar tapak dan sirkulasi untuk pejalan kaki dan sepeda di dalam tapak. Fakultas Fakultas Seni Rupa dan Desain terdiri dari beberapa gedung yang berbeda, tempat parkir yang ada di luar tapak dan arus sirkulasi yang cukup tinggi dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk sirkulasi diupayakan supaya dapat memfasilitasi kebutuhan sirkulasi pengguna tapak dan tidak berada di luar jalur sirkulasi yang ada.

4.2.4 Konsep Tata Hijau

Vegetasi yang dikembangkan dalam lanskap Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta akan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu vegetasi yang memiliki aspek arsitektural dan vegetasi dengan aspek ekologis, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Vegetasi tersebut secara ekologis diharapkan untuk dapat membuat iklim mikro pada tapak menjadi lebih nyaman, yaitu dengan pohon yang melindungi tanah dan air, mengurangi polusi, dsb. Vegetasi yang digunakan juga harus memiliki fungsi secara arsitektural, terutama sebagai pelindung, pembentuk ruang, menambah kualitas estetik, dsb. Vegetasi dengan fungsi ekologis akan berada pada zona dengan aksesibilitas rendah untuk menjaga fungsi vegetasi yang ada. Sementara untuk vegetasi dengan fungsi arsitektural akan berada di zona dengan aksesibilitas tinggi.

Fungsi    Peran Jenis 

Ekologi 

  ™ melindungi tanah dan air

™ mengendalikan iklim mikro 

™ dsb  Tanaman Lokal/

Tanaman Non  Lokal  Arsitektural 

 

™ sebagai pelindung

™ sebagai pembentuk ruang 

™ sebagai penambah estetik 

™ dsb 

Gambar 6. Konsep tata hijau

Species yang digunakan sebisa mungkin akan didominasi oleh species lokal dengan kebutuhan perawatan seminimal mungkin, sehingga lanskap Fakultas Seni Rupa dan Desain tidak akan membutuhkan perawatan yang terlalu


(46)

tinggi. Selain itu penggunaan species lokal dapat membantu pembentukan identitas tapak. Variasi tanaman yang digunakan tidak perlu terlalu beragam untuk mempermudah perawatan

4.2.5 Konsep Fasilitas

Fasilitas yang dikembangkan di tapak adalah fasilitas yang akan mendukung seluruh aktivitas yang dapat dilakukan pada tapak, yaitu kegiatan dengan fungsi rekreasi, edukasi dan eksibisi, seperti yang dapat dilihat pada gambar 7. Fasilitas yang disediakan harus dapat berkelanjutan, dan fleksibel.

Fasilitas yang ada harus memiliki identitas Kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus berwawasan seni dan budaya.

Gambar 7. Berbagai macam referensi untuk konsep fasilitas plaza3

3


(47)

BAB V

DATA DAN ANALISIS

5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak

Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Parangtritis Km 6, D.I. Yogyakarta. Terletak cukup dekat dengan Pasar Seni Gabusan (terletak di Km 9.5). Kompleks kampus ISI Yogyakarta secara administratif termasuk ke dalam wilayah desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta.

Gambar 8. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogya4

Disebelah timur-tenggara tapak dibatasi oleh Jalan Raya Parangtritis dan pemukiman. Di sebelah utara terdapat sekolah dasar dan akademi kebidanan serta

4

Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008

ISI 

Yogya 

Titik Nol  Yogya 


(48)

pemukiman. Di sebelah barat, dan selatan, batas tapak didominasi oleh areal pemukiman.

Gambar 9. Situasi bagian sebelah selatan tapak

Pemukiman yang ada di sekeliling kampus terdiri dari rumah penduduk setempat, tempat kost mahasiswa, kios-kios perdagangan (toko, warung nasi, warung internet, dsb), dan lahan perkebunan penduduk. Keberadaan pemukiman ini mendukung kegiatan yang berlangsung pada Kampus ISI terutama dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, dan jual beli yang mendukung kegiatan perkuliahan. Tidak semua batas-batas wilayah antara kampus dan lingkungan sekitarnya memiliki border atau pembatas yang jelas. Pagar hanya terdapat pada bagian timur (yang berbatasan dengan jalan raya), serta pada bagian perbatasan wilayah utara dan selatan. Tidak adanya pembatas yang jelas ini membuat aksesibilitas lahan menjadi sangat tinggi dan kurang teratur.

Secara umum, Kampus ISI memiliki total lahan sebesar kurang lebih 189.660 m2. Secara lebih spesifik, Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri berdiri di atas lahan sebesar kurang lebih 4 hektar. Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri terletak di bagian paling utara kampus ISI Yogyakarta. Fakultas ini berbatasan langsung dengan sekolah dasar, akademi kebidanan, dan pemukiman di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan raya dan pemukiman. Di sebelah Barat berbatasan dengan gedung Dekanat Fakultas Seni Rupa dan Desain.


(49)

Gambar 10. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta5

Gambar 11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta6

5

Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008 6


(50)

Meskipun berbatas langsung dengan Jalan Raya gedung kampus ISI terletak cukup jauh dari jalan raya dan telah dibatasi oleh pagar non masif. Selain itu jalan raya yang ada, yaitu Jalan Parangtritis bukanlah jalan raya yang sibuk dan bising. Namun ada baiknya jika ditambahkan pada bagian yang berbatasan dengan jalan raya diberikan buffer berupa semak. Selain fungsinya untuk menjadi filter kebisingan dan polusi dari jalan raya, buffer ini juga dapat menambah nilai estetika tapak jika dilihat dari luar.

Bagian yang berbatasan dengan pemukiman, sekolah, dan lahan masyarakat, sebagian sudah ada yang diberi pembatas non-masif maupun semi-masif, namun alangkah baiknya jika semua batas wilayah kampus diberikan pembatas masif. Dalam Time-Saver Standards for Landscape Architect disebutkan bahwa pembatas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan, memberikan privasi, dan untuk modifikasi lingkungan (penahan angin, filter suara, dsb). Tinggi pembatas yang dibutuhkan paling tidak berkisar antara 1,8 – 2,1 meter, dengan tipe pembatas yang solid.

5.1.2 Tanah dan Topografi

Bentuk dasar permukaan tanah (topografi) merupakan salah satu sumber daya visual dan estetika yang dapat mempengaruhi alternatif tata guna lahan (Chiara, 1990). Penyesuaian antara rancangan tapak dengan topografi eksisting akan mengurangi biaya pembangunan serta pemeliharaannya.

Secara umum, Kampus ISI Yogyakarta terletak di desa Timbul harjo yang merupakan daerah dataran dengan ketinggian berkisar 45 meter diatas permukaan air laut. Jenis tanah pada Kabupaten Bantul umumnya merupakan tanah legosol dengan gugusan vulkanis muda. Secara umum wilayah kampus ISI yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar, meskipun terletak didekat daerah yang berbukit-bukit. Hal ini dikarenakan bentukan wilayah di dalam tapak sudah tidak alami lagi karena adanya bangunan. Selain itu, ruang terbuka yang masih ada juga sudah diberi perkerasan dengan menggunakan paving block dan beton. Keadaan ini tentunya akan memberikan kemudahan dalam membangun struktur dan fasilitas-fasilitas yang ada pada kampus.


(51)

Akibat letaknya yang berada di kaki perbukitan, maka arah drainase akan menuju kawasan kampus ISI Yogyakarta, yaitu semua aliran air bergerak menuju kawasan kampus. Hal ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi kampus sekaligus menjadi ancaman. Tanpa struktur drainase yang baik dan penanganan terhadap erosi, maka kawasan kampus akan terancam akan terjadinya penggenangan air. Namun dengan adanya penanganan yang baik, misalnya dengan menyediakan struktur drainase untuk melancarkan aliran drainase, yaitu untuk mengalirkan air berlebih keluar tapak . Pada kampus ISI Yogyakarta sudah ada sistem drainase yang cukup baik, yang berupa selokan-selokan kecil yang ada di tempat-tempat tertentu dan semua aliran akan keluar di drainase utama yang berada tepat diantara pagar terluar di sebelah utara kampus.

Gambar 12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta7 .

5.1.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas

Lokasi Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta ke lokasi kampus dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 20-30 menit. Secara relatif cukup jauh dari pusat kota, namun masih dapat diakses dengan angkutan umum yang melewati daerah ini (ada 4 jalur bus umum). Selain menggunakan angkutan umum, dapat juga menggunakan kendaraan pribadi, taksi, motor, sepeda dan berjalan kaki. Jalur sirkulasi primer (untuk kendaraan beroda 4 atau lebih) berupa jalan yang diaspal, bermulai di jalan raya menuju tempat parkir. Jalan yang diaspal sekaligus menjadi penanda jalur

7


(52)

utama pada Kampus ISI Yogyakarta. Jalur sirkulasi sekunder (untuk kendaraan bermotor roda dua, sepeda, dan pejalan kaki), terdiri dari jalan beraspal (sama dengan jalur sirkulasi primer), jalur pejalan kaki dan sepeda yang diberi perkerasan berupa paving block, dan jalan setapak yang ada pada entrance

sekunder pada bagian utara tapak. Alangkah baiknya jika ada jalur khusus pedestrian dan jalur sepeda yang dimulai dari gerbang utama Kampus ISI Yogyakarta.

Untuk kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, dapat diakses dengan kendaraan maupun berjalan kaki (dapat dilihat pada Gambar 13). Untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih dapat melalui gerbang utama ISI Yogyakarta dan berhenti di pelataran parkir disebelah selatan maupun di sebelah barat laut-utara Fakultas. Bagi pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan bermotor roda dua dapat mengakses dari pintu masuk utama ISI Yogyakarta dan melalui pintu masuk alternatif yang berada disebelah utara tapak. Dapat dilihat juga terjadi jalur pejalan kaki yang mengakses tapak dengan jalan setapak yang menembus areal rerumputan di bagian selatan tapak (garis berwarna biru putus-putus), yang tentunya merusak lanskap yang telah ada. Lahan kosong yang ada antara gedung seni dan gedung kriya sebaiknya diberi buffer sehingga tidak dimanfaatkan sebagai ‘jalur pintas’ oleh pejalan kaki (Gambar 14) atau justru dibuatkan jalur pedestrian yang benar sehingga pejalan kaki dapat mengakses tapak lebih nyaman tanpa menggangu desain lanskap yang ada.

Keterangan : 

     Jalur Kendaraan         bermotor roda 4       atau lebih    

     Jalur Kendaraan         bermotor roda 2,       sepeda, pejalan              kaki 

 


(53)

Gambar 14. Peta Sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta

Selain pejalan kaki yang sering menerobos area hijau secara sembarangan, beberapa pengguna sepeda motor seringkali menggunakan perkerasan sebagai jalan, misalnya diatas jalur perkerasan yang diperuntukan untuk pejalan kaki, plaza, dsb. Jika terus berlanjut maka bukan hanya fisik jalur sirkulasi yang mengalami kerusakan, tetapi akan juga terbentuk kebiasaan yang tidak baik bagi pengguna jalan. Kebiasaan ini harus dihilangkan sebelum menjadi budaya.

Karena sirkulasi intens terjadi antara gedung jurusan desain maka perlu dipikirkan kembali layout sirkulasi yang ada. Dimensi pedestrian juga perlu dipertimbangkan, sehingga kegiatan pengguna tapak dapat terakomodasi dengan baik. Lebar pedestrian paling tidak dapat mengakomodasi 2-3 orang, yaitu sekitar 1,4 – 2,6 m, perlu diperhatikan agar jarak antar pengguna tapak tidak terlalu dekat sehingga pengguna tetap nyaman.

Untuk jalur sirkulasi sepeda perlu dipikirkan tipe jalur sepeda yang akan digunakan. Meskipun pengguna sepeda belum terlalu banyak pada tapak, namun tidak ada salahnya mengantisipasi kemungkinan akan berkembangnya eco-trend bike to campuss seperti yang sudah berkembang di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Akan lebih baik jika jalur sepeda yang digunakan adalah jalur multi-mode yang bisa mengakomodasi pejalan kaki maupun pengguna sepeda, serta jalur ini terpisah dari jalur kendaraan untuk menghindari konflik dengan


(54)

kendaraan bermotor. Menurut Time-Saver Standards for Landscape Design untuk jalur multi-mode diperlukan lebar kurang lebih 3 meter. Selain jalur sepeda, tentunya juga diperlukan parkir khusus untuk sepeda.

5.1.4 Vegetasi dan Satwa

Ruang terbuka hijau di kawasan Fakultas Seni Rupa dan desain di dominasi oleh hamparan rumput. Rumput yang ada kebanyakan sudah kering dan ditumbuhi oleh ilalang. Terdapat pepohonan pada beberapa titik pada tapak bagian selatan yang sudah cukup lebat dan bisa memberikan keteduhan (Gambar 15). Pada utara tapak ada beberapa tanaman yang baru ditanam (yaitu berupa

Polyalthia longifolia) namun kurang rimbun dan memiliki bentuk tajuk yang tidak dapat memberikan keteduhan pada tapak. Pada bagian barat terdapat beberapa pepohonan di beberapa titik, meskipun masih kecil, jenis pepohonan yang ada di area tersebut memiliki bentuk tajuk yang dapat memberikan keteduhan nantinya. Beberapa jenis pepohonan yang ada membutuhkan perawatan tinggi karena menggugurkan daunnya. Terdapat beberapa jenis semak yang tersebar di titik-titik sembarang pada tapak. Keadaan vegetasi ini menunjukan bahwa tapak tidak terencana dan terawat dengan baik.

Gambar 15. Peta Pesebaran Vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta


(55)

Beberapa jenis vegetasi yang ada pada tapak antara lain: Delonix regia, Schefflera sp., Filicium decipiens, Terminalia Cattapa, Polyalthia longifolia, Pennisetum purpureum, dan sebagainya.

Carpenter et al. (1975) menyatakan, fungsi utama penanaman dalam kompleks pendidikan adalah untuk menciptakan kesinambungan. Vegetasi berfungsi sebagai pengikat variasi visual lingkungan menjadi satu. Penanaman pohon-pohon besar dari hanya beberapa spesies akan menciptakan kesinambungan visual.

Penggunaan vegetasi sebagai penghalang maupun pembatas daerah-daerah tertentu juga perlu diperhatikan. Pada tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta sangat diperlukan vegetasi jenis pohon sebagai peneduh dengan tajuk yang lebar dan penuh, selain itu juga diperlukan tanaman pohon/semak yang bisa dijadikan buffer untuk tapak tersebut. Seperti yang tertulis dalam Time-Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal. Selain itu mengingat minimnya tingkat maintenance pada tapak, alangakah baiknya jenis vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi low maintenance.

Gambar 16. Contoh vegetasi yang terserbar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta


(56)

Dalam tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta tidak ditemukan satwa liar maupun satwa budidaya. Tapak ini hanya menjadi habitat bagi serangga kecil, jangkrik, semut, dan sebagainya. Beberapa jenis burung kecil, kupu-kupu, kucing liar juga dapat ditemukan pada tapak.

5.1.5 Iklim

Iklim di D.I. Yogyakarta memiliki temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, dengan temperatur mínimum 18°C dan temperatur maksimum 35°C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 74% dengan kelembaban mínimum 65% dan kelembaban maksimum 84%. Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Februari, dan April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.

Gambar 17. Perkiraan awal musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y8

8


(57)

Gambar 18. Perkiraan sifat hujan musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y9

Suhu udara di kota Yogyakarta cukup panas dan tidak nyaman. Dengan temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, sedangkan menurut Laurie (1984) kisaran nyaman berada pada rentang 10°C hingga 26,6°C. Oleh karena sangat diperlukan modifikasi iklim mikro pada tapak, untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman. Sebagai contoh tidak ada mahasiswa yang ingin memanfaatkan area plaza yang awalnya diperuntukan sebagai gathering area, alasannya adalah karena area plaza tersebut terlalu terik dan tidak ada pohon yang benar-benar teduh.

5.1.6 Tata Guna Lahan

Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 38.894 m2. Didalam luasan itu terdapat gedung-gedung kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain plaza, ruang terbuka hijau dan lapangan parkir.

5.1.6.1Lapangan Parkir

Disekitar kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta terdapat 3 lapangan parkir terdekat. Yang pertama adalah di bagian selatan tapak, tipe

9


(58)

parkir tegak lurus (90°), memiliki kapasitas sekitar 27 kendaraan roda 4, perkerasan berupa paving block, terdapat 4 pohon yang diharapkan dapat memberikan keteduhan di areal parkir tersebut. Lapangan parkir kedua terletak di sebelah barat tapak, yaitu belakang gedung dekanat FSRD yang diperuntukan khusus untuk staff. Tempat parkir ini tidak memiliki hijauan yang cukup berarti, namun dapat dipastikan cukup teduh karena sinar matahari terhalang oleh gedung dekanat FSRD. Lapangan parkir ketiga terletak di bagian barat laut dan memanjang hingga utara tapak, tempat parkir ini diperuntukan untuk kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan bermotor roda empat.

Gambar 19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta

5.1.6.2Plaza FSRD

Salah satu bentuk ruang terbuka yang ada pada kampus adalah taman kampus. Taman kampus dihadirkan untuk mewujudkan ruang rekreasi dan tempat istirahat sebagai ruang komunikasi antar civitas. Keberadaan taman ini sangat penting, terutama bagi mahasiswa. Umumnya taman kampus terletak dalam ruang-ruang mikro antara bangunan dan pada ruang ruang yang memang dibuat untuk taman. Bentuk gubahannya berupa kelompol-kelompok pepohonan, kelompok perdu, hamparan rumput, perkerasan yang dilengkapi dengan lampu

Parkir

1   Parkir

2  


(59)

dan elemen hias lain. Bentuk ruang disesuaikan dengan fungsi yang diinginkan dan pada dasarnya memberikan suasana intim dan akrab.

Pada FSRD tidak terdapat taman kampus, namun ada area berbentuk plaza yang memanjang dan menghubungkan 3 gedung jurusan yang ada di FSRD, dengan perkerasan batu, dan bentuk menyerupai semi-ampitheatre (Gambar 20). Namun area ini juga tidak dapat menarik banyak massa, karena tidak memiliki kenyamanan. Area yang terlalu terbuka dan sinar matahari yang tidak tertahan oleh pepohonan yang sangat jarang sekali ada dalam tapak.

Gambar 20. Peta Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta (ditandai dengan warna abu-abu)

Sedikit berbeda dengan taman kampus, Plaza Kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Pada kampus ISI Yogyakarta tidak terdapat ruangan seperti ini. Padahal fungsi dari ruangan ini akan sangat krusial dalam membentuk hubungan antar pengguna tapak dan sekitarnya. Keberadaan Campus Plaza juga dapat menjadi icon dan juga ciri khas tersendiri dari sebuah kampus.


(1)

7.1.1 Simpulan

Ruang terbuka dalam kampus merupakan perlengkapan dalam kehidupan kampus. Didalamnya tertampung aktivitas belajar, komunikasi sosial dan hubungan timbal balik dari berbagai pihak. Lanskap kampus terbentuk akibat interaksi antar manusia sebagai individu dan makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’. Ruang terbuka pada kampus berkontribusi terhadap keseluruhan kampus, menunjang kebutuhan manusia sebagai fasilitas dalam berbagai kegiatan, memperkuat ciri dan karakteristik kampus, dan sekaligus dapat menjadi landmark bagi kampus tersebut.

Fakultas Seni Rupa dan Desain harus turut memperkuat ciri dan karakteristik kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni yang ada. perencanaan dan perancangan Plaza pada Fakultas Seni Rupa dan Desain digarap dengban konsep yang didasarkan pada budaya sosial pengguna yang ada serta karakter budaya tradisional yang di padukan dengan unsur modern.

Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta:

1. Perancangan tapak dapat dikembangkan berdasarkan berberapa pendekatan, namun dalam perancangan plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain dikembangkan berdasarkan harapan/keinginan pihak kampus yang juga disesuaikan dengan keadaan tapak dan penggunaan tapak, serta kemampuan pihak kampus untuk memelihara tapak yang menjamin keberlanjutan desain pada tapak.

2. Fakultas Seni Rupa dan Desain dapat memperkuat karakter dan ciri khas kampus ISI yogyakarta sebagai kampus seni. Baik sebagai landmark maupun sebagai refleksi karakter kampus.

3. Memberikan sarana & fasilitas berkarya bagi mahasiswa, yaitu dengan mengembangkan rencana tata ruang yang mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa baik sosial maupun akademis.

4. Manfaatkan kreativitas mahasiswa pada lanskapnya, untuk memperkuat karakter Fakultas Seni Rupa dan Desain


(2)

76

7.2 Saran

Perencanaan dan perancangan plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ini dapat diterapkan dan menjadi sesuatu yang berkelanjutan. Namun tetap sangat diperlukan perhatian dari pihak kampus untuk menjaga fungsi tapak seperti seharusnya dan namun tetap fleksibel sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang mungkin timbul di masa yang akan datang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Faruq. 2007. Batik dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Yogyakarta. Http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/nus-8.htm. (Tanggal akses 20 November 2009).

Carpenter, P. L., T. D. Walker dan F. O. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman and Co. San Fransisco.

Chiara, D.J. dan L.E. Koppelman. 1990. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Djaluputro, Meuthia. 2008. Panduan Diskusi ‘Traditional Culture’ Pelatihan Kepemimpinan Kapal Pemuda Asean Jepang, SSEAYP International Indonesia – Kemenegpora (Tidak Dipublikasikan). Jakarta.

Dober, Richard P. 2000. Campus Landscape: Functions, Form, Features. John Wiley and Sons. New Jersey.

Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. Mc. Graw Hill Book Co. New York Gold, S.M. 1980. Recreation and Planning Design. McGraw-Hill Book Co. New

York.

Greenbaum, Sophia. 2009. Whole Building Design Guide: Plaza. Http://www.wbdg.org/design/plaza.php. (Tanggal akses 11 November 2009)

Greenbie, B. B. 1981. Spaces; Dimension of the Human Landscape. New Haven and London Yale University.

Hakim, R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. Jakarta.

Harris, C.W. and N.T. Dines. 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York.

Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra, Bandung.

Lynch, K. 1981. Site Planning. Press Cambridge. London.

Neuman, David J. 2003. Building Type Basics for College and University Facilities. John Wiley and Sons Inc. Canada.

Nugroho, Cahyo. 2001. Studi Perancangan Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Darmaga Bogor (Tidak Dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(4)

78

Nurisjah, S. Dan Qodarian Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian IPB. Bogor.

Rahman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Makalah Diskusi Festa VI Himagron (Tidak Dipublikasikan). Bogor.

Setyorini, Diah. 1999. Perencanaan Lanskap Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT Telkom) Bandung (Tidak Dipublikasikan) Institut Pertanian Bogor. Bogor

Simha, O. Robert. 2003. MIT Campus Planning, 1960-2000: An Annotated Chronology. MIT Press. Massachusetts.

Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. Mc Graw - Hill Co., New York. Wiryawan, Mendiola B. 2009. Investasi Menuju “The Brand Called

INDONESIA”. dalam Versus 05/2009. Jakarta.

WS., Don, Threes Emir dan Cherry Hadibroto. 2000. Rahasia Kebun Asri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(5)

Lampiran. Kusioner Preferensi Pengguna

Kuisioner Preferensi Pengguna

1. Apakah menurut anda lingkungan FSRD sudah nyaman?

a. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no.3)

b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no.2) 2. Apa penyebab ketidaknyamanan tersebut?

a. Iklim panas b. Bising/berisik c. Bau

d. Lainnya………..

3. Apakah anda pernah melakukan kegiatan dalam kelompok kecil (2-5 orang) pada plaza FSRD?

a. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no.5)

b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no.4)

4. Apakah alasan anda untuk tidak pernah melakukan kegiatan kelompok kecil pada plaza FSRD?

a. Tidak ada tempat berkumpul

b. Lebih suka berkumpul di tempat lain

c. Lainnya………..

5. Apakah anda pernah melakukan kegiatan dalam kelompok besar (6 orang atau lebih) pada plaza FSRD?

a. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no.7)

b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no.6)

6. Apakah alasan anda untuk tidak pernah melakukan kegiatan kelompok besar pada plaza FSRD?

a. Tidak ada tempat berkumpul

b. Lebih suka berkumpul di tempat lain

c. Lainnya………..

7. Jika anda pernah melakukan kegiatan berkelompok pada plaza FSRD, biasanya kapan anda melakukannya?

a. Pada pagi-siang hari b. Pada sore-malam hari


(6)

8. Apakah anda akan lebih sering berada pada plaza FSRD jika suasannya lebih nyaman?

a. Ya b. Tidak

9. Jenis kegiatan apakah yang anda akan lakukan pada plaza FSRD jika suasananya lebih nyaman?

a. Kegiatan berkelompok (diskusi, mengobrol, dsb)

b. Kegiatan individual (mengerjakan tugas, akses internet, dsb)

c. Lainnya………..

10. Apakah perlu dilakukan penambahan tanaman pada plaza FSRD?

a. Ya b. Tidak

11. Jenis taman seperti apa yang anda inginkan pada plaza FSRD? a. Taman natural/organic b.Taman geometric

12. Fungsi tanaman seperti apakah yang anda inginkan? a. Tanaman peneduh

b. Tanaman pengarah c. Tanaman estetik

13. Jenis tanaman seperti apakah yang anda inginkan? a. Tanaman berdaun lebat

b. Tanaman berbunga c. Tanaman berbuah

14. Perlukah dibuat area khusus untuk Seating Area?

a. Ya, (seperti apa seating area yang anda inginkan………) b. Tidak

15. Apakah anda ingin menjadikan Plaza FSRD sebagai point of interest dari FSRD?

a. Ya b. Tidak

16. Apakah anda ingin menjadikan Plaza FSRD sebagai sarana akademis bagi FSRD?