Lokasi dan Batas Tapak

BAB V DATA DAN ANALISIS

5.1 Aspek Fisik

5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak

Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Parangtritis Km 6, D.I. Yogyakarta. Terletak cukup dekat dengan Pasar Seni Gabusan terletak di Km 9.5. Kompleks kampus ISI Yogyakarta secara administratif termasuk ke dalam wilayah desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta. Gambar 8. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogya 4 Disebelah timur-tenggara tapak dibatasi oleh Jalan Raya Parangtritis dan pemukiman. Di sebelah utara terdapat sekolah dasar dan akademi kebidanan serta 4 Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 beta, data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008 ISI Yogya Titik Nol Yogya pemukiman. Di sebelah barat, dan selatan, batas tapak didominasi oleh areal pemukiman. Gambar 9. Situasi bagian sebelah selatan tapak Pemukiman yang ada di sekeliling kampus terdiri dari rumah penduduk setempat, tempat kost mahasiswa, kios-kios perdagangan toko, warung nasi, warung internet, dsb, dan lahan perkebunan penduduk. Keberadaan pemukiman ini mendukung kegiatan yang berlangsung pada Kampus ISI terutama dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, dan jual beli yang mendukung kegiatan perkuliahan. Tidak semua batas-batas wilayah antara kampus dan lingkungan sekitarnya memiliki border atau pembatas yang jelas. Pagar hanya terdapat pada bagian timur yang berbatasan dengan jalan raya, serta pada bagian perbatasan wilayah utara dan selatan. Tidak adanya pembatas yang jelas ini membuat aksesibilitas lahan menjadi sangat tinggi dan kurang teratur. Secara umum, Kampus ISI memiliki total lahan sebesar kurang lebih 189.660 m2. Secara lebih spesifik, Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri berdiri di atas lahan sebesar kurang lebih 4 hektar. Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri terletak di bagian paling utara kampus ISI Yogyakarta. Fakultas ini berbatasan langsung dengan sekolah dasar, akademi kebidanan, dan pemukiman di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan raya dan pemukiman. Di sebelah Barat berbatasan dengan gedung Dekanat Fakultas Seni Rupa dan Desain. Gambar 10. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta 5 Gambar 11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta 6 5 Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 beta, data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008 6 Sumber gambar: PT Gita Rencana Multiplan proposed masterplan for ISI Yogyakarta Meskipun berbatas langsung dengan Jalan Raya gedung kampus ISI terletak cukup jauh dari jalan raya dan telah dibatasi oleh pagar non masif. Selain itu jalan raya yang ada, yaitu Jalan Parangtritis bukanlah jalan raya yang sibuk dan bising. Namun ada baiknya jika ditambahkan pada bagian yang berbatasan dengan jalan raya diberikan buffer berupa semak. Selain fungsinya untuk menjadi filter kebisingan dan polusi dari jalan raya, buffer ini juga dapat menambah nilai estetika tapak jika dilihat dari luar. Bagian yang berbatasan dengan pemukiman, sekolah, dan lahan masyarakat, sebagian sudah ada yang diberi pembatas non-masif maupun semi- masif, namun alangkah baiknya jika semua batas wilayah kampus diberikan pembatas masif. Dalam Time-Saver Standards for Landscape Architect disebutkan bahwa pembatas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan, memberikan privasi, dan untuk modifikasi lingkungan penahan angin, filter suara, dsb. Tinggi pembatas yang dibutuhkan paling tidak berkisar antara 1,8 – 2,1 meter, dengan tipe pembatas yang solid. 5.1.2 Tanah dan Topografi Bentuk dasar permukaan tanah topografi merupakan salah satu sumber daya visual dan estetika yang dapat mempengaruhi alternatif tata guna lahan Chiara, 1990. Penyesuaian antara rancangan tapak dengan topografi eksisting akan mengurangi biaya pembangunan serta pemeliharaannya. Secara umum, Kampus ISI Yogyakarta terletak di desa Timbul harjo yang merupakan daerah dataran dengan ketinggian berkisar 45 meter diatas permukaan air laut. Jenis tanah pada Kabupaten Bantul umumnya merupakan tanah legosol dengan gugusan vulkanis muda. Secara umum wilayah kampus ISI yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar, meskipun terletak didekat daerah yang berbukit-bukit. Hal ini dikarenakan bentukan wilayah di dalam tapak sudah tidak alami lagi karena adanya bangunan. Selain itu, ruang terbuka yang masih ada juga sudah diberi perkerasan dengan menggunakan paving block dan beton. Keadaan ini tentunya akan memberikan kemudahan dalam membangun struktur dan fasilitas-fasilitas yang ada pada kampus. Akibat letaknya yang berada di kaki perbukitan, maka arah drainase akan menuju kawasan kampus ISI Yogyakarta, yaitu semua aliran air bergerak menuju kawasan kampus. Hal ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi kampus sekaligus menjadi ancaman. Tanpa struktur drainase yang baik dan penanganan terhadap erosi, maka kawasan kampus akan terancam akan terjadinya penggenangan air. Namun dengan adanya penanganan yang baik, misalnya dengan menyediakan struktur drainase untuk melancarkan aliran drainase, yaitu untuk mengalirkan air berlebih keluar tapak . Pada kampus ISI Yogyakarta sudah ada sistem drainase yang cukup baik, yang berupa selokan-selokan kecil yang ada di tempat-tempat tertentu dan semua aliran akan keluar di drainase utama yang berada tepat diantara pagar terluar di sebelah utara kampus. Gambar 12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta 7 . 5.1.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas Lokasi Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta ke lokasi kampus dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 20-30 menit. Secara relatif cukup jauh dari pusat kota, namun masih dapat diakses dengan angkutan umum yang melewati daerah ini ada 4 jalur bus umum. Selain menggunakan angkutan umum, dapat juga menggunakan kendaraan pribadi, taksi, motor, sepeda dan berjalan kaki. Jalur sirkulasi primer untuk kendaraan beroda 4 atau lebih berupa jalan yang diaspal, bermulai di jalan raya menuju tempat parkir. Jalan yang diaspal sekaligus menjadi penanda jalur 7 Sumber gambar: Hasil survey topografi PT. Gita Rencana Multiplan, selisih antara garis kontur 0.2 m utama pada Kampus ISI Yogyakarta. Jalur sirkulasi sekunder untuk kendaraan bermotor roda dua, sepeda, dan pejalan kaki, terdiri dari jalan beraspal sama dengan jalur sirkulasi primer, jalur pejalan kaki dan sepeda yang diberi perkerasan berupa paving block, dan jalan setapak yang ada pada entrance sekunder pada bagian utara tapak. Alangkah baiknya jika ada jalur khusus pedestrian dan jalur sepeda yang dimulai dari gerbang utama Kampus ISI Yogyakarta. Untuk kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, dapat diakses dengan kendaraan maupun berjalan kaki dapat dilihat pada Gambar 13. Untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih dapat melalui gerbang utama ISI Yogyakarta dan berhenti di pelataran parkir disebelah selatan maupun di sebelah barat laut-utara Fakultas. Bagi pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan bermotor roda dua dapat mengakses dari pintu masuk utama ISI Yogyakarta dan melalui pintu masuk alternatif yang berada disebelah utara tapak. Dapat dilihat juga terjadi jalur pejalan kaki yang mengakses tapak dengan jalan setapak yang menembus areal rerumputan di bagian selatan tapak garis berwarna biru putus-putus, yang tentunya merusak lanskap yang telah ada. Lahan kosong yang ada antara gedung seni dan gedung kriya sebaiknya diberi buffer sehingga tidak dimanfaatkan sebagai ‘jalur pintas’ oleh pejalan kaki Gambar 14 atau justru dibuatkan jalur pedestrian yang benar sehingga pejalan kaki dapat mengakses tapak lebih nyaman tanpa menggangu desain lanskap yang ada. Keterangan : Jalur Kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Jalur Kendaraan bermotor roda 2, sepeda, pejalan kaki Gambar 13. Peta Aksesibilitas Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta Gambar 14. Peta Sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta Selain pejalan kaki yang sering menerobos area hijau secara sembarangan, beberapa pengguna sepeda motor seringkali menggunakan perkerasan sebagai jalan, misalnya diatas jalur perkerasan yang diperuntukan untuk pejalan kaki, plaza, dsb. Jika terus berlanjut maka bukan hanya fisik jalur sirkulasi yang mengalami kerusakan, tetapi akan juga terbentuk kebiasaan yang tidak baik bagi pengguna jalan. Kebiasaan ini harus dihilangkan sebelum menjadi budaya. Karena sirkulasi intens terjadi antara gedung jurusan desain maka perlu dipikirkan kembali layout sirkulasi yang ada. Dimensi pedestrian juga perlu dipertimbangkan, sehingga kegiatan pengguna tapak dapat terakomodasi dengan baik. Lebar pedestrian paling tidak dapat mengakomodasi 2-3 orang, yaitu sekitar 1,4 – 2,6 m, perlu diperhatikan agar jarak antar pengguna tapak tidak terlalu dekat sehingga pengguna tetap nyaman. Untuk jalur sirkulasi sepeda perlu dipikirkan tipe jalur sepeda yang akan digunakan. Meskipun pengguna sepeda belum terlalu banyak pada tapak, namun tidak ada salahnya mengantisipasi kemungkinan akan berkembangnya eco-trend bike to campuss seperti yang sudah berkembang di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Akan lebih baik jika jalur sepeda yang digunakan adalah jalur multi- mode yang bisa mengakomodasi pejalan kaki maupun pengguna sepeda, serta jalur ini terpisah dari jalur kendaraan untuk menghindari konflik dengan kendaraan bermotor. Menurut Time-Saver Standards for Landscape Design untuk jalur multi-mode diperlukan lebar kurang lebih 3 meter. Selain jalur sepeda, tentunya juga diperlukan parkir khusus untuk sepeda. 5.1.4 Vegetasi dan Satwa Ruang terbuka hijau di kawasan Fakultas Seni Rupa dan desain di dominasi oleh hamparan rumput. Rumput yang ada kebanyakan sudah kering dan ditumbuhi oleh ilalang. Terdapat pepohonan pada beberapa titik pada tapak bagian selatan yang sudah cukup lebat dan bisa memberikan keteduhan Gambar 15. Pada utara tapak ada beberapa tanaman yang baru ditanam yaitu berupa Polyalthia longifolia namun kurang rimbun dan memiliki bentuk tajuk yang tidak dapat memberikan keteduhan pada tapak. Pada bagian barat terdapat beberapa pepohonan di beberapa titik, meskipun masih kecil, jenis pepohonan yang ada di area tersebut memiliki bentuk tajuk yang dapat memberikan keteduhan nantinya. Beberapa jenis pepohonan yang ada membutuhkan perawatan tinggi karena menggugurkan daunnya. Terdapat beberapa jenis semak yang tersebar di titik-titik sembarang pada tapak. Keadaan vegetasi ini menunjukan bahwa tapak tidak terencana dan terawat dengan baik. Gambar 15. Peta Pesebaran Vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta Beberapa jenis vegetasi yang ada pada tapak antara lain: Delonix regia, Schefflera sp., Filicium decipiens, Terminalia Cattapa, Polyalthia longifolia, Pennisetum purpureum, dan sebagainya. Carpenter et al. 1975 menyatakan, fungsi utama penanaman dalam kompleks pendidikan adalah untuk menciptakan kesinambungan. Vegetasi berfungsi sebagai pengikat variasi visual lingkungan menjadi satu. Penanaman pohon-pohon besar dari hanya beberapa spesies akan menciptakan kesinambungan visual. Penggunaan vegetasi sebagai penghalang maupun pembatas daerah-daerah tertentu juga perlu diperhatikan. Pada tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta sangat diperlukan vegetasi jenis pohon sebagai peneduh dengan tajuk yang lebar dan penuh, selain itu juga diperlukan tanaman pohonsemak yang bisa dijadikan buffer untuk tapak tersebut. Seperti yang tertulis dalam Time-Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal. Selain itu mengingat minimnya tingkat maintenance pada tapak, alangakah baiknya jenis vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi low maintenance. Gambar 16. Contoh vegetasi yang terserbar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta Dalam tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta tidak ditemukan satwa liar maupun satwa budidaya. Tapak ini hanya menjadi habitat bagi serangga kecil, jangkrik, semut, dan sebagainya. Beberapa jenis burung kecil, kupu-kupu, kucing liar juga dapat ditemukan pada tapak. 5.1.5 Iklim Iklim di D.I. Yogyakarta memiliki temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, dengan temperatur mínimum 18°C dan temperatur maksimum 35°C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 74 dengan kelembaban mínimum 65 dan kelembaban maksimum 84. Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Februari, dan April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm. Gambar 17. Perkiraan awal musim hujan 20072008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y 8 8 Sumber Gambar: BMG Gambar 18. Perkiraan sifat hujan musim hujan 20072008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y 9 Suhu udara di kota Yogyakarta cukup panas dan tidak nyaman. Dengan temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, sedangkan menurut Laurie 1984 kisaran nyaman berada pada rentang 10°C hingga 26,6°C. Oleh karena sangat diperlukan modifikasi iklim mikro pada tapak, untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman. Sebagai contoh tidak ada mahasiswa yang ingin memanfaatkan area plaza yang awalnya diperuntukan sebagai gathering area, alasannya adalah karena area plaza tersebut terlalu terik dan tidak ada pohon yang benar-benar teduh. 5.1.6 Tata Guna Lahan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 38.894 m 2 . Didalam luasan itu terdapat gedung-gedung kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain plaza, ruang terbuka hijau dan lapangan parkir. 5.1.6.1 Lapangan Parkir Disekitar kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta terdapat 3 lapangan parkir terdekat. Yang pertama adalah di bagian selatan tapak, tipe 9 Sumber Gambar: BMG parkir tegak lurus 90°, memiliki kapasitas sekitar 27 kendaraan roda 4, perkerasan berupa paving block, terdapat 4 pohon yang diharapkan dapat memberikan keteduhan di areal parkir tersebut. Lapangan parkir kedua terletak di sebelah barat tapak, yaitu belakang gedung dekanat FSRD yang diperuntukan khusus untuk staff. Tempat parkir ini tidak memiliki hijauan yang cukup berarti, namun dapat dipastikan cukup teduh karena sinar matahari terhalang oleh gedung dekanat FSRD. Lapangan parkir ketiga terletak di bagian barat laut dan memanjang hingga utara tapak, tempat parkir ini diperuntukan untuk kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan bermotor roda empat. Gambar 19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta 5.1.6.2 Plaza FSRD Salah satu bentuk ruang terbuka yang ada pada kampus adalah taman kampus. Taman kampus dihadirkan untuk mewujudkan ruang rekreasi dan tempat istirahat sebagai ruang komunikasi antar civitas. Keberadaan taman ini sangat penting, terutama bagi mahasiswa. Umumnya taman kampus terletak dalam ruang-ruang mikro antara bangunan dan pada ruang ruang yang memang dibuat untuk taman. Bentuk gubahannya berupa kelompol-kelompok pepohonan, kelompok perdu, hamparan rumput, perkerasan yang dilengkapi dengan lampu Parkir ○ 1 Parkir ○ 2 Parkir ○ 3 dan elemen hias lain. Bentuk ruang disesuaikan dengan fungsi yang diinginkan dan pada dasarnya memberikan suasana intim dan akrab. Pada FSRD tidak terdapat taman kampus, namun ada area berbentuk plaza yang memanjang dan menghubungkan 3 gedung jurusan yang ada di FSRD, dengan perkerasan batu, dan bentuk menyerupai semi-ampitheatre Gambar 20. Namun area ini juga tidak dapat menarik banyak massa, karena tidak memiliki kenyamanan. Area yang terlalu terbuka dan sinar matahari yang tidak tertahan oleh pepohonan yang sangat jarang sekali ada dalam tapak. Gambar 20. Peta Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ditandai dengan warna abu-abu Sedikit berbeda dengan taman kampus, Plaza Kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Pada kampus ISI Yogyakarta tidak terdapat ruangan seperti ini. Padahal fungsi dari ruangan ini akan sangat krusial dalam membentuk hubungan antar pengguna tapak dan sekitarnya. Keberadaan Campus Plaza juga dapat menjadi icon dan juga ciri khas tersendiri dari sebuah kampus. Gambar 21. Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta Saat memasuki area plaza FSRD melalui entrance utama yaitu di depan gedung dekanat, pengunjung tapak akan melewati sebuag gerbang yang menyerupai gerbang a la kuil jepang, menandai masuknya pengunjung ke area FSRD. Bentuk plaza adalah memanjang dari depan gedung dekanat FSRD hingga gedung kriya seolah olah membelah FSRD dengan sebuah amphitheatre di bagian tengahnya. Plaza ini menghubungkan antara gedung-gedung yang ada di FSRD. Amphitheatre yang ada pada tapak sangat berpotensi dijadikan point of interest utama pada lanskap FSRD. Plaza ini juga berpotensi sebagai lokasi untuk kegiatan akademik maupun non akademik. Kampus ISI yogyakarta sebagai kampus yang berwawasan seni dan budaya hendaknya mampu menghadirkan plaza kampus yang dapat mewakili nafas dari visi dan misi kampus tersebut. Keberadaannya dapat menjadi sebuah landmark dari fakultas sekaligus kampus ISI Yogyakarta, serta memberikan first impression yang kuat. Diharapkan kampus ini dapat dijadikan sebagai ruangan multifungsi yang dapat menjadi gathering area civitas akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain, sekaligus dapat memberikan identitas yang kuat bagi FSRD dan ISI Yogyakarta. 5.1.6.3 Bangunan Bangunan-bangunan yang terdapat pada area Fakultas Seni Rupa dan Desain terbagi kedalam 3 cluster utama. Cluster ini terbagi berdasarkan jurusan yang ada di FSRD, yaitu Seni Murni, Desain, dan Kriya. Bangunan jurusan Seni Murni terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan dan berada di bagian selatan tapak. Bangunan Jurusan Desain berada di sebelah utara tapak juga terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan. Jurusan Kriya berada di bagian timur terdiri dari 5 buah gedung besar dan 2 bangunan yang lebih kecil. Hampir semua bangunan terdiri dari 3 level. Struktur bangunan yang ada di Fakultas seni rupa semuanya seragam, sederhana, dinding bangunan berwarna off-white, dengan atap miring yang sesuai dengan iklim tropis yang berwarna merah bata. Salah satu ciri khas bangunan yang ada di FSRD adalah bagian depan yang memiliki relief geometrik yang asimetris seperti yang dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22. Fasad bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta Pada lahan kosong diantara jurusan kriya dan jurusan seni murni terdapat semacam gudang terbuka yang berisi sisa-sisa patung yang merupakan hasil karya mahasiswa. Selain itu di dinding gedung kriya yang di dekat gedung seni terdapat vandalisme berupa coretan-coretan yang sangat menggangu pemandangan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23. Area pada Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta yang kurang sedap dipandang Alangkah baiknya jika studio seni patung jurusan seni murni ditata lebih baik sehingga memiliki nilai positif bagi tapak. Selain itu hasil karya seni patung dapat ditata menjadi semacam galeri seni outdoor yang dapat menghiasi tapak. Mengenai vandalisme pada dinding, mungkin dapat dialih fungsikan menjadi media mural bagi mahasiswa seperti yang dapat dilihat pada Gambar 24. Sehingga mural-mural ini dapat memberikan identitas yang kuat dan nilai visual positif bagi tapak. Gambar 24. Mural yang ada di dinding salah satu gedung jurusan desain di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta 5.1.7 Potensi Visual Pandangan keluar tapak sulit dilakukan. Kalaupun dapat dilakukan maka pemandangan adalah pemandangan ke arah pemukiman pnduduk yang kurang indah ataupun ke arah bangunan akademi kebidanan yang posisinya bersebelahan dengan bagian utara tapak. Dengan alasan itu, maka pandangan pengguna tapak dikonsentrasikan ke bagian tengah tapak, yaitu plaza FSRD. Untuk menarik pandangan ke arah lapangan, perlu adanya penataan vegetasi serta perkerasan yang menarik. Arah pandangan ke bagian yang negatif seperti tumpukan karya seni patung, jika tidak diberikan treatmeant apapun, dapat dialihkan dengan penggunaan screen, untuk memblokir pandangan. 5.1.8 Akustik Bunyi-bunyian yang ada di dalam tapak didominasi oleh bunyi yang berasal dari kegiatan pengguna tapak sendiri seperti: langkah kaki, percakapan, dan sebagainya, bunyi kendaraan bermotor yang ada di dalam tapak maupun berasal dari jalan raya. Selain itu, terkadang juga terdengar suara kendaraan bermotor yang melintas di dalam maupun diluar tapak dari jalan raya di sebelah timur tapak. Bunyi dari pemukiman dan dan sekolah yang ada diluar tapak tidak terlalu mengeluarkan suara bising. Jika ada bunyi yang ada dapat di redam dengan bantuan buffer pada perbatasan tapak.

5.2 Aspek Sosial