Tata Hijau 5 Batasan Studi

6.2 Tata Hijau

Tata hijau di dalam tapak berdasarkan konsep tata hijau Vegetasi yang dikembangkan dalam lanskap FSRD ISI Yogyakarta akan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu vegetasi yang memiliki aspek arsitektural dan vegetasi dengan aspek ekologis, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Jenis tanaman yang digunakan dalam perancangan ini dipilih berdasarkan klasifikasi fisik yang meliputi kegunaan tanaman dari segi estetik, arsitektural, teknik, dan sebagainya. Vegetasi yang digunakan juga harus memiliki fungsi secara arsitektural, terutama sebagai pelindung, pembentuk ruang, menambah kualitas estetik, dsb. Vegetasi dengan fungsi ekologis akan berada pada zona dengan aksesibilitas rendah untuk menjaga fungsi vegetasi yang ada. Sementara untuk vegetasi dengan funsgi arsitektural akan berada di zona dengan aksesibilitas tinggi. Vegetasi yang digunakan juga harus sesuai dengan tanaman lokal dan tidak memerlukan perawatan yang berlebihan. Gambar 40. Rencana Tata Hijau untuk plaza FSRD. 6.2.1 Tata Hijau Dengan Fungsi Ekologis Tata hijau ini fungsinya diutamakan untuk memperbaiki iklim mikro. Penggunaan tata hijau ini dapat menurunkan suhu sehingga suasana menjadi lebih teduh dan nyaman. Tanaman yang digunakan harus dapat tumbuh dan berkembang pada daerah terbuka, tahan terhadap kekeringan, tidak mudah tumbang oleh angin, tahan terhadap hama dan penyakit, tajuknya dapat memberi keteduhan, serta tahan polutan. Tanaman yang dapat memperbaiki iklim mikro ini terutama direncanakan untuk daerah disekeliling tapak, berupa pohon peneduh dan rumput. Pada area ini rumput yang digunakan adalah rumput gajah Pennisetum purpureum. Luas area yang ditutupi rumput gajah adalah seluas 9568.86 m 2 . Rumput gajah dipilih karena memiliki ketahanan yang cukup baik dan tidak perlu dilakukan perawatan yang terlalu sulit. Gambar 41. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Pennisetum purpureum Rumput Gajah. Gambar 42. Rencana Tata Hijau untuk pohon Filicium decipiens Kerei Payung. Sedangkan untuk tanaman pohon digunakan Kerei Payung Filicium decipiens sebanyak 85 pohon. Kerei payung memiliki daun berbentuk sirip memanjang dan berwarna hijau mengkilap. Tingginya bisa mencapai 5-10 meter, rimbun dan padat, dan dapat berfungsi sebagai penyaring debu yang baik. Kerei payung dipilih untuk area di lingkar luar tapak sebagai buffer, selain itu pohon ini memiliki sifat menggugurkan daun yang dapat memberikan kesan yang sangat alami pada tapak dan daun keringnya dapat menjadi sumber daya untuk media kreatif mahasiswa seni rupa misalnya untuk departemen kriya, sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan. Gambar 43. Pennisetum purpureum kiri dan Filicium decipiens kanan 6.2.2 Tata Hijau Dengan Fungsi Arsitektural Vegetasi yang memiliki fungsi arsitektural terutama untuk memenuhi kebutuhan estetik ditempatkan di dalam areal plaza. Jenis tumbuhan yang digunakan terdiri dari palem dan tanaman penutup tanah groundcovers. Tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah adalah bawang-bawangan Zephyranthes sp. yang memiliki daun berbenruk panjang tipis berwarna hijau gelap dan bunga berkelopak lima yang cantik. Tanaman ini dapat tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh dan penyiraman yang cukup. Dibutuhkan Zephyranthes sp. untuk area seluas 562.53 m 2 . Gambar 44. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Zephyranthes sp. Palem yang digunakan adalah Pohon Aren Arenga pinnata sebanyak 90 pohon, sesuai dan sekaligus menjadi simbol konsep ‘Kawung’, sehingga akan memberikan kesan tema yang lebih kuat. Gambar 45. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Arenga pinnata. Gambar 46. Zephyranthes sp. kiri dan Arenga Pinnata kanan

6.3 Utilitas dan Fasilitas Plaza