Aspek Sosial 5 Batasan Studi

5.1.7 Potensi Visual Pandangan keluar tapak sulit dilakukan. Kalaupun dapat dilakukan maka pemandangan adalah pemandangan ke arah pemukiman pnduduk yang kurang indah ataupun ke arah bangunan akademi kebidanan yang posisinya bersebelahan dengan bagian utara tapak. Dengan alasan itu, maka pandangan pengguna tapak dikonsentrasikan ke bagian tengah tapak, yaitu plaza FSRD. Untuk menarik pandangan ke arah lapangan, perlu adanya penataan vegetasi serta perkerasan yang menarik. Arah pandangan ke bagian yang negatif seperti tumpukan karya seni patung, jika tidak diberikan treatmeant apapun, dapat dialihkan dengan penggunaan screen, untuk memblokir pandangan. 5.1.8 Akustik Bunyi-bunyian yang ada di dalam tapak didominasi oleh bunyi yang berasal dari kegiatan pengguna tapak sendiri seperti: langkah kaki, percakapan, dan sebagainya, bunyi kendaraan bermotor yang ada di dalam tapak maupun berasal dari jalan raya. Selain itu, terkadang juga terdengar suara kendaraan bermotor yang melintas di dalam maupun diluar tapak dari jalan raya di sebelah timur tapak. Bunyi dari pemukiman dan dan sekolah yang ada diluar tapak tidak terlalu mengeluarkan suara bising. Jika ada bunyi yang ada dapat di redam dengan bantuan buffer pada perbatasan tapak.

5.2 Aspek Sosial

5.2.1 Latar Belakang ISI Yogyakarta ISI Yogyakarta didirikan pada tahun 1984, awalnya merupakan gabungan dari akademi seni dan sekolah tinggi seni. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor ISI Yogyakarta Nomor 2874PT.44 UM.00.19 1985 tanggal 20 April 1985, ISI Yogyakarta memiliki lambang dengan bentuk kombinasi yang serasi antara motif-motif Dewi Saraswati, Angsa dan Bunga Teratai, yang dilukiskan secara linier dalam suatu bentuk dasar lingkaran Gambar 25.Lambang tersebut merupakan hasil karya cipta dua orang dosen Fakultas Seni Rupa, yaitu Drs. Subroto Sm., M.Hum. dan Drs. Parsuki. Gambar 25. Lambang ISI Yogyakarta Lambang ISI Yogyakarta memiliki makna sebagai berikut: ™ Dewi Saraswati sebagai inti lambang adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni, sesuai dengan tujuan Institut untuk membentuk seniman yang mempunyai sikap dan kompetensi ilmiah. Sebagai dewi yang dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan seni, Dewi Saraswati membawa di masing-masing tangannya: 1. Lontar sebagai lambang perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan yang amat penting bagi setiap insan yang ingin menuntut ilmu. 2. Vina atau mandolin yang lambang seni budaya, ditempatkan di tengah, mengandung arti ISI Yogyakarta menempatkan seni budaya bangsa sebagai pusat inspirasi dan kegiatan. 3. Tasbih atau aksamala, melambangkan ketidakterbatasan ilmu pengetahuan yang dapat dituntut manusia sesuai falsafah belajar seumur hidup. 4. Bunga teratai merupakan lambang kesucian, suatu syarat yang didambakan Institut untuk menjadi pegangan bagi setiap warga dalam segala tindakannya. Bunga teratai digambarkan bermahkota bunga lima helai, dua helai di belakang dan tiga helai di depan, yang berarti tanggal 23 Juli tanggal berdirinya ISI Yogyakarta. Dewi Saraswati ini dilukiskan berdiri tegak dengan wajah menatap ke depan, yang mengandung maksud bahwa setiap warga selalu siap dan waspada dalam menghadapi masa depan. ™ Angsa merupakan kendaraan Dewi Saraswati yang diartikan sebagai lambang kebijaksanaan, yakni kualitas yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap warga institut. Dalam lambang ini angsa tersebut digambarkan sebagai berikut: 1. Masing-masing sayap berbulu lima merupakan lambang Pancasila. Kedua sayap itu mengembang secara simetris ke kanan dan ke kiri, artinya dengan Pancasila warga institut berkembang terus secara imbang dan harmonis antara jasmani dan rohani, ilmu dan seni, serta pribadi dan dengan dharma baktinya kepada masyarakat dan negara. 2. Kepala agak tengadah dan menengok ke kanan, melambangkan kehendak segenap sivitas akademika selalu memihak kepada kebenaran dan kebajikan, dan dengan itu memiliki sifat berani karena benar. 3. Bunga Teratai besar bermahkota tiga helai merupakan latar belakang Dewi Saraswati laksana praba yang mengitari dirinya, artinya institut melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi didasari oleh kesucian dan keluhuran budi. Tiga daun bunga dan empat tangan Saraswati melambangkan angka tujuh, menggambarkan bulan ketujuh Juli bulan kelahiran ISI Yogyakarta. ISI Yogyakarta terbagi menjadi beberapa fakultas,yang kemudian dibagi lagi dalam beberapa jurusan, yaitu: 1. Fakultas Seni Rupa: a. Jurusan Seni Rupa Murni Lukis, Patung, Grafis b. Jurusan Kriya Kayu, Logam dan Perhiasan, Kulit, Tekstil, Keramik c. Jurusan Desain Interior, Komunikasi Visual 2. Fakultas Seni Pertunjukan a. Jurusan Seni Tari Tari, Komposisi Tari b. Jurusan Seni Karawitan Karawitan, Komposisi Karawitan c. Jurusan Etnomusikologi d. Jurusan Pedalangan e. Jurusan Teater Pemeranan, Penyutradaraan, Tata Artistik f. Jurusan Musik Musik Sekolah, Musikologi 3. Fakultas Seni Media Rekam a. Jurusan Televisi b. Jurusan Fotografi ISI Yogyakarta bertujuan akan menjadi institut seni yang unggul dan terdepan dalam penelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi, sebagai center of excellence dalam bidang pendidikan seni, untuk menghasilkan lulusan yang bermoral, memiliki semangat kerakyatan dan kemandirian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang mendukung pembangunan nasional memajukan masyarakat dan melestarikan budaya bangsa. 5.2.2 Pengguna Tapak ISI Yogyakarta memiliki 274 dosen tetap dan sekitar 2.698 mahasiswa dari seluruh negeri, terutama dari pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu ISI Yogyakarta juga menerima siswa dari manca negara yang berminat untuk mempelajari seni tradisional Indonesia, dalam program-program non gelar. Program studi yang popular bagi siswa asing antara lain adalah program tari tradisional, karawitan, dan batik. Data ini menunjukan bahwa pengguna tapak cukup heterogen. 5.2.3 Wawancara dan Kuesioner Untuk pengambilan data sosial dilakukan penelitian dengan metode survei dan wawancara. Wawancara pertama dilakukan kepada pihak Kampus ISI Yogyakarta. Pihak kampus, menginginkan area outdoor dapat digunakan oleh mahasiswa kampus sebagai area sosialisasi dimana mahasiswa dapata berdiskusi dan bercengkrama. Ditambah dengan adanya wi-fi technology yang merupakan feature terbaru dari kampus, diharapkan area lanskap kampus menjadi tempat mahasiswa dapat berkumpul dan memperlihatkan karya dan identitas mereka. Berdasarkan keadaan nyata pada saat survey lapang, tapak nyaris tidak pernah digunakan oleh mahasiswa maupun dosen. Berdasarkan pengamatan, aktivitas yang dilakukan di tapak hanya meliputi kegiatan berjalan dari satu gedung ke gedung lainnya dan menunggu teman meeting point. Masih sangat banyak potensi yang belum dikembangkan dari tapak ini. Wawancara juga dilakukan pada 3 orang mahasiswa FSRD, ISI Yogyakarta serta dilakukan survey terhadap 30 orang mahasiswa yang dipilih secara acak. Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa FSRD jarang sekali menggunakan plaza untuk sebagai tempat berkumpul dikarenakan oleh iklim yang kurang nyaman. Mereka lebih suka berkumpul di area kantin, di lobi gedung atau pada area pinggiran gedung, atau di tempat kos. Mereka biasanya berkumpul dalam grup-grup kecil 3-8 orang. Dan menurut pengakuan mereka outdoor area jarang sekali digunakan baik untuk tujuan akademis maupun non-akademis, jikalau ada kegiatan biasanya dilakukan pada sore hari pada saat iklim tapak lebih nyaman. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di ISI Yogyakarta, terhadap 30 orang responden, didapat hasil sebagai berikut: a. 83 menyatakan kondisi lanskap FSRD ISI Yogyakarta tidak nyaman, 77 memberikan alasan karena iklim yang terlalu panas. b. 73 menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan dalam kelompok kecil di area plaza, dengan 43 diantaranya beralasan karena tidak ada tempat khusus untuk berkumpul, 30 karena plaza tidak nyaman untuk berkumpul dan mereka memiliki tempat berkumpul lain. c. 57 menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan dalam kelompok besar di area plaza, 43 menyatakan pernah namun hanya jika kegiatannya dilakukan pada sore atau malam hari. d. 93 responden akan lebih sering berada di area plaza FSRD jika suasananya lebih nyaman. e. 47 responden menginginkan kegiatan berkelompok diskusi, mengobrol, dsb, 33 responden menginginkan kegiatan pribadi internet browsing dengan wi-fi, beristirahat, dsb f. 87 responden menginginkan penambahan tanaman. g. 77 responden menginginkan taman berbentuk naturalorganik h. 83 menginginkan tanaman yang bersifat meneduhkan. i. 67 responden menginginkan penambahan pepohonan. j. 53 responden menginginkan pohon dengan daun lebat, dan 37 menginginkan pohon dengan bunga cantik. k. 63 responden menginginkan penambahan seating area terbuka yang teduh untuk berkumpul, hanya 23 yang menginginkan seating area yang semi tertutup. l. 63 responden bereaksi positif terhadap fungsi tapak sebagai point of interest FSRD m. 43 responden bereaksi positif terhadap fungsi tapak sebagai sarana akademis outdoor classstudio, dsb Berdasarkan hasil survei dan wawancara diatas terlihat bahwa keinginan yang diinginkan kampus belum dapat terlaksana saat ini, dan ketika dilihat dari sudut pandang mahasiswa ternyata masalah utama terletak pada kenyamanan tapak. Jika tapak bisa menjadi lebih nyaman, maka kegiatan di dalam tapak juga dapat bertambah. Perbaikan kenyamanan yang diharapkan adalah dalam bentuk penambahan teduhan pohon yang bertajuk lebat. Penambahan fungsi tapak juga disambut positif oleh mahasiswa. BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA

6.1 Sirkulasi Tapak.