3 Kampus Berkelanjutan sustainable Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta

dan karakter lanskap yang mempengaruhinya Simonds, 1983. Menurut Laurie 1986 bentuk keseluruhan ruang terbuka tersebut dapat dipertegas dengan mengunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan, dan tumbuhan. Tetapi dapat juga dibentuk dengan cara mengkombinasikan antara struktur-struktur buatan manusia dan bahan-bahan alami. Seperti juga yang dikemukakan Lynch 1981 bahwa ruang terbuka tidak selalu berupa area yang bersifat alami saja, tetapi dapat menggunakan struktur buatan manusia. Simonds 1983 mengemukakan bahwa dengan mengatur struktur dan ruang yang baik tidak hanya sekedar menekankan bangunannya saja tetapi juga berfungsi untuk menciptakan kesatuan ruang secara total. Bangunan mempunyai hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang, dan lanskap alami disekitarnya. Hubungan antar ruang, struktur dan lanskap yang mengelilinginya harus dipertimbangkan bersama dalam suatu proses desain Simonds, 1983. Proses mendesain ruang terbuka merupakan bagian dari perencanaan tapak Lynch, 1981.

2. 3 Kampus

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan Universitas Udayana 1989, dalam Setyorini 1999, kampus menjadi sebuah kota tersendiri. Kampus sebagai suatu lingkungan yang lengkap dan merupakan sebuah kota yang mempunyai corak tersendiri yaitu suatu bentuk kehidupan dengan corak kehidupan ilmiah. Penciptaan kehidupan ilmiah dan kehidupan kemanusiannya merupakan hal utama sehingga gubahan lanskap dituntut agar mampu menciptakan suasana fungsional ilmiah dan suasana kemanusian dengan segala kegiatannya. Untuk itu wilayah kampus dibagi kedalam beberapa zona, yaitu: 1. Lingkungan Pendidikan Academic Zone. Lingkungan dimana berlangsung semua proses pendidikan ilmiah termasuk kegiatan laboratorium. Suasana yang perlu diciptakan dalam zona ini adalah suasana teduh, tenang, segar agar proses belajar-mengajar berlangsung baik. 2. Lingkunan Kegiatan Activity Zone. Dalam lingkungan ini terjadi komunikasi antara mahasiswa dengan civitas lainnya, demikian juga antara lembaga dan masyarakat dalam bentuk kegiatan sosial budaya. Suasana yang dikehendaki adalah meriah, indah, segar dan dinamis. 3. Lingkungan Perumahan Residental Zone. Lingkungan ini dimaksudkan untuk tempat tinggal para dosen, pegawai, dan asrama mahasiswa. Suasana yang diperlukan untuk lingkungan ini adalah suasana tenang, teduh, aman, intim, dan privasi terjaga dari kesibukan kampus.

2. 4 Lanskap Kampus

Eckbo 1964 menyatakan bahwa ruang terbuka dalam kampus merupakan perlengkapan dalam kehidupan kampus. Di dalamnya tertampung aktivitas belajar, komunikasi sosial, dan hubungan timbal balik dari berbagai disiplin ilmu. Karena itu menurutnya didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan tempat duduk yang menyenangkan. Fasilitas-fasilitas rekreasi dapat dibangun diatasnya. Lanskap kampus mengacu pada total kompleks dari elemen fisik yang ada dalam kampus dan terbentuk akibat interaksi antara manusia sebagai individu dan bagian dari makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’ non-human nature Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho, 2001. Didalamnya tidak hanya terdiri dari material tanaman area rumput, pohon, semak, dan penutup tanah, tetapi juga meliputi pengembangan tapak luar seperti elemen keras penutup tanah ground surfaces seperti paving, dan cor semen, bentukan lahan seperti ’grading’ dan ’land form’. Elemen fisik kampus terbangun atas tiga elemen primer Campus Landscape Master Plan University of California Riverside , 1996 dalam Nugroho, 2001. Elemen tersebut adalah elemen struktur strucure, ruang terbuka, dan ’alam’nature. Struktur direpresentasikan sebagai bangunan, jalan, area parkir, dan utilitas. Ruang terbuka direpresentasikan sebagai ruang tanpa ruang terbangun struktur diatasnya, seperti plaza, lapangan olah raga, dan sebagainya. ’Alam’ direpresentasikan dalam bentukan lahan land form, tanaman, bebatuan, dan air, dan habitat satwa didalamnya. Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan Universitas Udayana dalam Setyorini, 1999, membagi jenis ruang terbuka pada lanskap kampus berdasarkan fungsikegiatan yang terjadi, yaitu: 1. Halaman Utama Kampus Campus Plaza. Merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan Universitas atau Universitas dengan masyarakat. Ruang ini bisa diselesaikan dengan perkerasan, dilengkapi dengan pertamanan pada tempat-tempat strategis yang diperlukan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan berskala rendah, dengan variasi tajuk dan warna. 2. Taman Kampus. Ruang untuk pertamanan terdapat diseluruh zona kegiatan yang penempatannya diatur sedemikian rupa untuk menambah keindahan kampus dan untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan karakteristik masing- masing kegiatan yang diwadahi. Berdasarkan fungsinya, taman diklasifikasikan lagi kedalam taman aktif dan taman pasif. a. Taman Aktif Dimaksudkan selain sebagai ruang untuk memperindah lingkungan juga dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan dalam kampus yang meliputi kegiatan formal dan non-formal kegiatan upacaraapel, belajar bersamaoutdoor study, istirahat dan kegiatan komunikatif lainnya. b. Taman Pasif Dimaksidkan hanya untuk memperindah dan menambah kenyamanan dan kesegaran lingkungan. Penyelesaian lanskapnya merupakan komposisi tanaman-tanaman yang tergolong semak rendahsedang yang mampu memberikan suasana segar pada lingkungan. 3. Lapangan Olahraga. Diusahakan terletak dekat dengan lingkungan perumahan asrama mahasiswa dan perumahan dosenpegawai. Gubahan lanskapnya agar memberikan suasana segar, santai dan dinamis. 4. Arboretum. Merupakan zona laboratorium botani yang terdiri dari gugusan berbagai jenis pohon untuk kepentingan ilmiah. 5. Jalur Hijau. Merupakan bentangan alam yang terdiri dari kumpulan jenis-jenis pohon untuk jalur hijau. Terkadang tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Jalur hijau juga kadang-kadang berfungsi sebagai pembatas dan penghubung antara bangunan-bangunan fakultas. 6. Jalan-Jalan dan Tempat Parkir Jalan merupakan ruang terbuka yang langsung merupakan pembatas wilayah kegiatan. Sebagai penghubung ruang ke-ruang, suasana yang tercipla dalam ruang jalandisekitar jalan dapat sebagai ruang transisi dari ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. TempatArea parkir ditempatkan pada daerah pinggir dari daerah kegiatanaktivitas dengan maksud untuk mengurangi terganggunya lingkungan kegiatan dari kebisingan noise. Ruang parkir merupakan ruang peralihan sepanjang pencapaian street pictures. Sebagai ruang peralihan akan menuntut suatu penataan yang khusus dan berpenampilan lain daripada yang lain, terutama dalam menentukan jenis pohon. Bentuk lanskap yang menarik perhatian juga selalu diusahakan untuk ditampilakan dalam suatu kampus perguruan tinggi dengan bentuk tanaman, kebun tanaman yang tertata. Fungsi utama tanaman lanskap pada suatu kampus adalah untuk menunjang suasana kegiatan kampus dan meningkatkan kualitas visual yang terdapat pada kampus tersebut Carpenter et al., 1975.

2.5 Plaza

Menurut Greenbaum 2009, plaza berasal dari bahasa Spanyol plaza,dari bahasa latin platea, dan dari bahasa yunani kuno πλατεῖα plateia, kependekan dari πλατεῖα ὁδός plateia hodos, plaza memiliki arti pusat kota, atau area pusat perkumpulan. Sebuah plaza adalah area yang merupakan ameniti bagi masyarakat, dimana area itu melayani berbagai macam pengguna dan segala kebutuhan mereka. Pertimbangan yang paling utama dari fungsi sebuah plaza adalah pertimbangan potensi tapak tersebut di masa kini dan masa yang akan dating. Plaza harus didesain mengikuti berbagai macam aktivitas baik pasif maupun aktif, untuk kelompok maupun perorangan, formal maupun informal, terencana ataupun umpromptu. Plaza haruslah dapat mengundang pengguna untuk menggunakan fasilitas yang sudah disediakan misalnya: penyediaan tempat duduk dan meja di area teduh dapat digunakan untuk makan siang di area tersebut, tetapi juga harus fleksibel untuk mengakomodir aktivitas lain yang terpikirkan oleh pengguna misalnya: area teduh berumput dapat menjadi area untuk diadakan pertunjukan seni impromptu, dsb. Biasanya plaza pada pada umumnya memiliki tujuan desain yang dapat diterapkan seperti berikut: 1. Aksesibilitas: • Akses terhadap fitur yang ada: Desain yang ada kontur lanskap, level, pembatas arsitektural lainnya tidak akan menjadi penghalang bagi pengguna tapak untuk mengakses amenity yang ada pada plaza tersebut. • Rute yang mudah dilalui: plaza dengan rumput dan tanah harus terjaga dengan baik untuk menjaga adanya jalur yang dapat dilalui oleh pengguna. Bagaimanapun permukaan dengan perkerasan juga dapat didesain dengan kemiringan untuk memenuhi standar aksesibilitas dan mengalirkan air permukaan. 2. Estetika • Material: Gunakan material, furniture, signage, dan elemen lainnya yang mencerminkan atmosfir yang ingin dicapai di plaza tersebut. • Fitur Air: Air dapat dijadikan sebagai elemen visual dan akustik. Namun keberadaannya tidaklah mutlak dan jangan sampai membebani perawatan lanskap yang harus dilakukan. • Instalasi seni patung: Penempatan patung sebaiknya disesuaikan dengan tema dan atmosfer tapak. Jika menempatkan lebih dari satu patung akan lebih baik jika patung tersebut letaknya berkesinambungan dan jika perlu konsultasikan dengan seniman yang mengerjakan patung tersebut. Akan lebih baik jika rangkaian patung tersebut mempunyai tema dan cerita dan didesain alur bagi pengguna untuk dapat menikmati rangkaian isntalasi seni tersebut. 3. Biaya Efisien • Perawatan dengan biaya efisien: adalah hal yang penting untuk memastikan adanya program perawatan yang rutin terhadap tapak yang telah di desain. Fungsinya adalah untuk menjaga kondisi tapak denagn biaya yang efisien dan seminimal mungkin. • Gunakan material tahan cuaca: Sebaiknya penggunaan material untuk tapak dipilih yang sangat tahan cuaca, tahan lama, dan tidak mudah dirusak dengan vandalisme. 4. FungsionalOperasional • Fleksibel: Plaza harus di desain dengan utilitas dan infrastruktur yang sederhana untuk memudahkan penggunaan dan fleksibilitas dan penggunaan yang multifungsi. • Furnitur Outdoor: Tempat duduk, bollards, rak sepeda, tempat sampah, dan sebagainya harus dipertimbangkan sebagai bagian dari desain awal tapak tersebut. Furnitur ini harus seirama dengan arsitektur bangunan dan lanskap disekitarnya, baik ukuran, desain, dan warnanya. Furnitur Outdoor adalah elemen yang esensial dalam menciptakan ruang outdoor yang fungsional. • Maintenance: perawatan jangka panjang terhadap elemen lanskap, pencahayaan, dan elemen sejenisnya harus dipertimbangkan pada tahap desain. • Program Plaza: pertimbangan harus diberikan untuk pengembangan plaza untuk pengguna tapak, untuk aktivitas aktif dan pasif, baik yang terencana maupun yang impromptu. Dapat juga fungsi bangunan yang ada disekitarnya dimasukan kedalam plaza. 5. Produktif • Memenuhi kebutuhan pengguna gedung yang ada disekitarnya: Plaza yang didesain dengan baik dapat memberikan fungsi tambahan bagi pengguna gedung yang ada di sekitarnya. • Dukungan untuk berbagai macam aktifitas: desainer harus berdiskusi dengan calon pengguna tapak untuk dapat menambahkan potensi kedalam tapak. Tapak dapat mendukung potensi kegiatan outdoor dan berkaitan dengan kegiatan indoor di gedung yang berkaitan dengan tapak. Aktivitas yang direncanakan harus meliputi kegiatan aktif maupun pasif, untuk kegiatan terencana maupun impromptu, berkelompok maupun perseorangan, dan sebagainya, 6. Keamanan dan Keselamatan • Bollard dan elemen lanskap: untuk menghindari jalur masuk dari arah yang tidak dikehendaki, sangat disarankan penggunaan pembatas di bagian pinggir dari plaza. Pembatas yang dimaksud dapat berupa bollard, tangga, patung, elemen air, boks tanaman, dan elemen lanskap lainnya yang dapat dinikmati nilai estetiknya oleh pengguna tapak namun tetap memberikan keamanan bagi pengguna tapak.

7. Berkelanjutan sustainable

• Perencanaan tapak: entrance plaza harus memiliki kemiringan minimal 1 dan maksimal 5 untuk memastikan aliran air permukaan akibat hujan. • Storm Water Management : Dimana area dengan perkerasan yang berbatasan langsung dengan gedung memiliki kemiringan minimal 2 dari struktur ke alur drainase untuk memastikan adanya mengalirnya aliran permukaan ke drainase. • Konservasi Air: Konsumsi air harus diminimalisir, terutama pada daerah dengan iklim kering dengan laju evaporasi yang tinggi. • Rak sepeda: berkaitan dengan program go green yang mendukung bike to campus maupun bike to work, sebaiknya disediakan rak sepeda untuk pengguna tapak, minimal untuk mengakomodir 5 pengguna gedung yang berdekatan dengan tapak. Rak sepeda dapat diletakan di plaza, dekat dan dapat dilihat dari entrance gedung, dan aman. Rak harus dapat digunakan untuk menggunakan kunci bagi sepeda dan sesuai dengan disain gedung dan tapak.

2. 6 Perancangan