BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi Depdiknas, 2007.
Pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk mendukung kegiatan pendidikan maka diperlukan
adanya suatu lingkungan yang menyediakan sarana prasarana yang baik. Sudah selayaknya keadaan fisik suatu kompleks pendidikan menjadi titik perhatian
karena menurut Greenbie 1985, kondisi fisik lingkungan dapat membentuk perilaku sosial manusia yang ada didalamnya.
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan fisiologi, keamanan, afiliasi, aktualisasi diri, penghargaan, dan terakhir adalah estetika. Semua
kebutuhan dasar manusia tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun seringkali lahan di
sekolah hanya berupa ruang terbuka yang bernilai estetika tanpa adanya kesinambungan dengan kegiatan pendidikan. Idealnya suatu lanskap buatan
manusia juga turut memasukan faktor sosial untuk mengarahkan kondisi dan perilaku pengguna ke arah yang lebih positif. Selain itu, penataan ruang terbuka
juga dapat menjadi penyeimbang suasana jenuh dari kegiatan rutin di dalam ruang tertutup. Penataan ruang terbuka dapat memajukan kualitas pendidikan karena
adanya lanskap yang aman, nyaman, akomodatif, dan kondusif bagi berjalannya proses belajar-mengajar.
Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang
sangat penting Neuman, 2003 1. Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi akan mendukung visi dan
misi dari suatu institusi pendidikan tersebut. 2. Menciptakan identitas kampus yang mewakili alumni, civitas akademis,
mahasiswa saat ini dan yang akan datang serta pengunjung. 3. Membantu mempertahankan reputasi yang melekat pada institusi tersebut
diantara lingkungannya. Institut Seni Indonesia Yogyakarta ISI Jogyakarta, adalah sebuah
perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. ISI Jogyakarta dibentuk atas Keputusan Presiden RI No: 391984 tanggal 30 Mei
1984, dan diresmikan berdirinya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, pada tanggal 23 Juli 1984. Institut ini mengkhususkan
pada pendidikan di bidang kesenian, yang terkelompok ke dalam tiga fakultas, yakni: Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, Dan Fakultas Seni Media
Rekam. ISI dibentuk setelah dilakukannya penggabungan sejumlah sekolah tinggi bidang kesenian termasuk AMI Akademi Musik Indonesia, ASRI Akademi
Seni Rupa Indonesia dan ASTI Akademi Seni Tari Indonesia. Sebagai kota budaya dan juga kota pelajar, Yogyakarta memiliki Taman
Budaya, Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian, Pusat Pengembangan dan Penataran Guru PPPG Kesenian, serta sanggar-sanggar seni yang tersebar di
seluruh wilayah DIY, dengan demikian keberadaan ISI Yogyakarta tidak saja memperoleh manfaat dari lingkungan seni budaya yang subur, namun juga dapat
lebih berperan serta dalam membina dan mengembangkan kehidupan seni di Indonesia.
Akibat dari gempa yang melanda Yogyakarta 27 Mei 2006, kegiatan di ISI Yogyakarta sempat terhenti karena jumlah kerusakan pada bangunan pendukung
yang cukup besar. Kondisi paska gempa bisa dikatakan hampir 40 bangunan dan infrastruktur telah rusak. Tindakan perbaikan untuk pemanfaatan utility
membutuhkan waktu serta rencana yang matang. Oleh karena itu kajian menyeluruh dilakukan sekaligus dipakai untuk memperoleh keterpaduan antara
program strategis strategic planning dengan rencana tindakan pembangunan fasilitas. Pertumbuhan fasilitas fisik dalam bentuk rencana rekonstruksi dan
pembangunan gedung adalah suatu perencanaan fisik berjangka bertahap yang dicapai melalui keterpaduan yang sistematik dengan rencana strategis
pengembangan perguruan tinggi ISI Yogyakarta. Selain pembangunan fasilitas fisik bangunan, penataan kembali lanskap
Kampus ISI Yogyakarta juga diperlukan. Lanskap Kampus selain memberikan nilai estetika pada tapak, juga memegang peranan penting dalam mendukung dan
memfasilitasi segala kegiatan kampus dan penghuni kampus serta masyarakat disekitarnya. Selain itu lanskap kampus juga dapat memberikan trademark dan
identitas tersendiri bagi kampus. Dalam hal ini kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni dapat menunjukan identitasnya sebagai kampus seni yang sekaligus
dapat mencerminkan Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Kota Pelajar. Sebuah ruang terbuka pada dasarnya merupakan wadah yang dapat
menampung dan menunjang semua aktivitas, baik secara individu maupun berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini tergantung pada pola dan susunan
massa bangunan. Dalam menciptakan ruang terbuka yang ideal bagi kawasan kampus yang
berorientasi terhadap pengembangan kesenian dan kebudayaan perlu diperhatikan mengenai masalah sirkulasi, aktivitas yang ada dan tata ruang terbuka luar
didalam tapak agar dapat menunjang fleksibilitas pemanfaatannya dengan kegiatan seni dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.
1. 2 Tujuan