mewakili dirinya untuk melakukan pekerjaan tertentu seperti LC, inkaso dan transfer uang.
Dalam akad wakalah harus jelas tercantum tentang ; tata cara penyelesaian, akibat kelalaian, tugas dan tanggungjawab para pihak, kesepakatan ganti biaya
dan masa berakhirnya pemberian kuasa d.
Al-Sharf jual beli mata uang asing Al-Sharaf
secara harfiah adalah penambahan, pertukaran, penghindaran, pemalingan atau transaksi jual beli. Sharf adalah perjanjian
jual beli suatu valuta asing, yaitu kegiatan jual beli suatu
.
mata uang dengan mata uang lainnya. Jika yang diperjualbelikan adalah mata uang yang sama maka nilai
mata uang tersebut haruslah sama dan penyerahannya juga dilakukan pada waktu yang sama.
Ketentuan Sharf , tidak ada waktu antara penyerahan mata uang yang dipertukarkan, karena bagi sahnya Sharf penegasan objek akad harus dilakukan
secara tunai dan perbuatan saling menyerahkan itu harus berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli valuta asing
B. Urgensi Jaminan dalam Akad Pembiayaan Syariah
1. Jaminan dalam Hukum Islam
Jaminan dalam bahasa Arab adalah ar-Rahn. Secara etimologis, kata ar-rahn
mempunyai pengertian tetap atau kekal. Artinya tetap atau kekalnya di tangan
pemegang jaminan. Secara terminologis ar-rahn adalah menjadikan harta sebagai
Universitas Sumatera Utara
jaminan pelunasan hutang. Para ilmuwan hukum yang menganut aliran Maliki mendefinisikan ar-Rahn sebagai berikut:
130
Artinya: Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat
mengikat.
Menurut para ilmuwan hukum Islam aliran Hanafi, ar-Rahn adalah:
131
Artinya: Menjadikan sesuatu barang sebagai jaminan terhadap hak piutang
yang mungkin dijadikan pembayar hak piutang itu, baik seluruhnya maupun sebagiannya.
Sedangkan para ilmuwan Hukum Islam aliran Syafii mengartikan ar-Rahn sebagai:
132
Artinya: Menjadikan materi barang sebagai jaminan utang, yang dapat
dijadikan pembayar utang, apabila orang yang berutang tidak dapat membayar utangnya itu.
130
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, hal. 252.
131
Ibid.
132
Ibid. hal. 252
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian suatu benda atau barang yang dijadikan jaminan menurut
hukum Islam merupakan penjamin pelunasan suatu utang. Pemegang jaminan dapat mengambil pelunasan hutang dari benda atau barang yang ada padanya, jika orang
yang berhutang tidak melunasi hutangnya. 2.
Dasar hukum jaminan di dalam Hukum Islam
Dalam hukum Islam Jaminan diistilahkan dengan ar-rahn. Dasar pijakan
arRahn di dalam hukum Islam adalah al-Qur an surat al-Baqarah ayat 283.
Artinya: Dan jika kamu dalam perjalanan dalam bermuamalah tidak secara tunai, sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang. Golongan zhahiriyah memahami teks tentang ar-Rahn tersebut secara
tekstual. Yaitu Ar-Rahn hanya khusus diperbolehkan dalam perjalanan dan tidak diperbolehkan dilakukan ketika dalam keadaan menetap dalam tempat tinggalnya.
Pendapat demikian ditolak oleh mayoritas ulama yang menyatakan bahwa ar-Rahn boleh dilakukan dalam keadaan menetap di tempat tinggalnya. Pendapat ini
didasarkan pada sebuah Hadis riwayat Bukhari dan Muslim diriwayatkan:
Artinya : Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menjadikan baju besinya sebagai barang jaminan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut para ilmuwan hukum Islam, jaminan yang diberikan oleh Rasulullah tersebut adalah peristiwa pertama tentang jaminan di dalam Islam. Artinya Rasul
memperkenalkan jaminan ini untuk dijadikan sumber hukum Islam. Hadis ini makin memperjelas dan memperkuat diperbolehkannya ar-Rahn dalam realitas kehidupan
masyarakat dan dipraktekkan sendiri oleh rasulullah SAW. Bahkan dari Hadis tersebut terkandung makna dalam muamalah yang demikian rahmah, bahwa dalam
muamalah tidak dibatasi oleh keyakinan agama. Oleh karena rasulullah sendiri beraktifitas muamalah dengan non-Muslim Yahudi maka seorang Muslim
diperbolehkan melakukan aktifitas muamalah dengan orang non Muslim apapun agama yang diyakininya.
3. Syarat-syarat syahnya jaminan