Katakanlah Muhammad Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
d. Kebersamaan dan Tolong Menolong
Dasar hukumnya antara lain : Q.S. Al-Asr 103;2
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”. Al-Araf 7;10
“Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu dibumi dan disana Kami sediakan sumber penghidupan untukmu, Tetapi sedikit sekali kamu
bersyukur” Al-Baqarah: 2;212
“Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal
orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari
Universitas Sumatera Utara
kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan”.
Adapun bentuk
,
nyata prinsip-prinsip perbankan syariah tersebut di atas diwujudkan dalam bentuk-bentuk usaha berikut ini :
117
a. Al Wadiah
Yaitu perjanjian antara pemilik barang termasuk uang dengan penyimpan termasuk bank dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga
keselamatan barang dan atau uang yang dititipkan kepadanya. Jadi al-wadiah ini merupakan titipan murni yang dipercayakan oleh pemiliknya. Semua manfat dan
keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadi hak penyimpan. Dasar hukum Al-wadiah adalah: Q.S. Baqarah: 238 dan Q.S. An-Nisa: 58
Akad wadi’ah adalah Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk
menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.
118
b. Al-Mudharabah
Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
119
117
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996, hal 31.
118
Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf a Undang-Undang tentang Perbankan Syariah.
119
Abdurrahman al Jaziri, Op. cit. hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
Akad mudharabah” dalam Pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama malik, shahibul mal, atau Bank Syariah yang menyediakan
seluruh modal dan pihak kedua ‘amil, mudharib, atau Nasabah yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan
yang dituangkan dalam Akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau
menyalahi perjanjian.
120
Secara etimologi bahasa, “Al Mudharabah” berasal dari kata Adh Dhard yang memiliki dua relevansi antara keduanya, yaitu: pertama karena yang melakukan
usaha ‘amil yadhrib fil ardhi berjalan di muka bumi dengan bepergian padanya untuk bergadang, maka ia berhak mendapatkan keuntungan karena usaha dan
kerjanya. Kedua, karena masing-masing orang yang bersyarikat yadhribu bisahmin memotong mengambil bagian dalam keuntungan.
121
Menurut Hasballah Thaib, Mudharabah pada bank Islam adalah suatu sistem pendanaan operational realitas bisnis bersaham mengembangkan kegaitan ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu mudharabah termasuk dalam kategori bekerja yang merupakan salah satu sebab kepemilikan yang sah menurut syara’. Maka, seorang
pengelola berhak memiliki harta yang merupakan hasil keuntungan dari transaksi
120
Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf c Undang-Undang tentang Perbankan Syariah.
121
Ibnu Faris dalam Muhammad, Kontruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah: Mudharabah dalam Wacana Fiqh dan Praktik Ekonomi Modern, Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam STIS,
2003, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
mudharabah karena kerjanya sesuai dengan prosentase yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
122
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak
mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam
bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan profit.
123
Dasar hukum A1-Mudharabah ialah: Q.S. Al-Muzammil: 73;20
“... Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik
dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Q.S. Al Jumah: 62;10
122
Hasballah Thaib, Hukum Akad Kontrak dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem Syariah, Medan: Program Pasca Sarjana USU, 2005, hal. 114.
123
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, Cet. ke-1, hal. 100.
Universitas Sumatera Utara
“Apabila sholat telah dilaksanakan , maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”. Q.S. Al-Baqarah: 2;198
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil perniagaan dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafah, berzikirlah kepada
Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”.
c. Al-Musyarakah