Upah Atas Jasa Kafalah Akibat-akibat Hukum Kafalah

b. Kafalah bi al-nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini, bank dapat bertindak sebagai juridical personality yang dapat memberikan jaminan untuk tujuan tertentu. c. Kafalah bi al-taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian barang sewaan pada saat masa sewanya berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk keperluan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan, leasing company. Jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa depositotabungan, dan pihak bank diperbolehkan memungut uang jasa fee kepada nasabah tersebut. d. Kafalah al-munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu dan untuk tujuan kepentingan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal dengan bentuk performance bond jaminan prestasi. e. Kafalah al-mu’allaqah, Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula.

9. Upah Atas Jasa Kafalah

Adiwarman A. Karim memberikan keterangan tentang upah atas jasa kafalah ini yang ia kemukakan dengan mengawali sebuah pertanyaan: Bolehkah si pejamin mengambil upah atas jasanya itu? Kemudian ia menjelaskan bahwa, ulama kontemporer, seperti Mustafa Abdullah al-Hamsyari yang mengutip pendapat Imam Syafii, berpadangan bahwa pemberian uang fee kepada orang yang ditugaskan untuk mengadukan suatu masalah kepada raja tidak dapat dianggap sebagai uang Universitas Sumatera Utara sogok riswah, tetapi dianggap sebagai upah jualah, dan hukumnya sebagai ganjaran lelah atau biaya perjalanannya. Ulama lain, Abdu al-Sai al-Misri mengatakan, bahwa seorang penanggung penjamin haruslah mendapatkan upah sesuai dengan pekerjaannya sebagai penjamin. Pendapat ini membuka peluang dimasukkannya pertimbangan besarnya risiko yang dipikul oleh si penjamin dalam memperhitungkan upahnya. 73

10. Akibat-akibat Hukum Kafalah

Apabila orang yang ditanggung tidak ada pergi atau menghilang, maka kafil berkewajiban menjamin sepenuhnya. Dan ia tidak dapat keluar dari kafalah, kecuali dengan jalan memenuhi hutang yang menjadi beban ashil orang yang ditanggung. Atau dengan jalan, bahwa orang memberikan pinjaman hutang -dalam hal ini bank- menyatakan bebas untuk kafil, atau ia mengundurkan diri dari kafalah. la berhak mengundurkan diri, karena memang itu haknya. Adapun yang menjadi hak orangbank sebagai makful lahu menfasakh akad kafalah dari pihaknya. Karena hak menfasakh ini adalah hak makful lahu. 74 Dalam hal orang yang ditanggung melarikan diri, sedangkan ia tidak mengetahui tempatnya, maka si penanggung tidak wajib mendatangkannya, tetapi apabila ia mengetahui tempatnya, maka ia wajib mendatangkannya, dan si penanggung diberikan waktu yang cukup untuk keperluan tersebut. 75 73 Adiwarman A. Karim, Op. cit, hal. 107 74 Sayid Sabiq, Ibid., hal. 287 75 Taqiyyudin Abu Bakar al-Husaini, Kifayat al-Akhyar, Terjemahan, Surabaya: Bina Iman, 1995, hal. 627 Universitas Sumatera Utara

11. Penerapan Kafalah Dalam Perbankan