Kerangka Teori Aspek Hukum Jaminan Dalam Perbankan Syariah

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, ada beberapa tesis yang memiliki topik yang sama, namun dalam hal permasalahan dan pembahasannya jelas berbeda dengan isi tesis ini, yakni: 1. Ahmad Fauzi 027011002, Jaminan dalam Akad Pembiayaan pada Bank Syariah yang Bernuansa Konflik Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, tbk Cab. Medan 2. Intan Harahap 077011031, Kedudukan Fidusia sebagai Jaminan Akad Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Studi Kasus: Bank Muamalat Cab. Medan 3. Rina Dahlia 037011072, Kedudukan Lembaga Gadai Syariah Ar-Rahn dalam Sistem Perekonomian Islam Studi di Bank Muamalat Indonesia Cab. Medan dan BNI Unit Syariah Cab. Medan

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. 13 Teori adalah merupakan suatu prinsip satu ajaran pokok yang dianut untuk mengambil suatu tindakan atau memecahkan suatu masalah. Kamus umum Bahasa Indonesia menyebutkan, bahwa salah satu arti teori ialah: 13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1982, hal.6 Universitas Sumatera Utara ”.... pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.” 14 Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati. 15 Dalam sebuah penelitian ilmiah, teori digunakan sebagai landasan berfikir dan mengukur sesuatu berdasarkan variabel-variabel yang tersedia. Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengenai suatu variabel bebas tertentu dimasukan dalam penelitian, karena berdasarkan teori tersebut variabel yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab. 16 ”Menurut W.L.Neuman, yang berpendapatnya dikutip oleh Otje Salman dan Anton F. Susanto, menyebutkan, bahwa: ”Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia. Ini adalah cara yang ringkas untuk berpikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja.” 17 ”Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.” 18 Sedangkan 14 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesisa, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hal. 155. 15 Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya , 1993, hal. 35 16 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum Dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal. 192-193 17 HR. Otje Salman S dan Antón F Susanto, Teori Hukum, Bandung: Refina Aditama, 2005, hal. 22 18 Soejono Soekanto, Op. cit, hal.126 Universitas Sumatera Utara “kerangka teori pada penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris yaitu kerangka teoritis yang berdasarkan pada kerangka acuan hukum, tanpa acuan hukumnya maka penelitian tersebut hanya berguna bagi sosiologis dan kurang relevan bagi ilmu hukum is ini, kerang tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputu implementasi jaminan dalam perbankan syariah dapat dipandang sebagai proses . 19 Kerangka teori itu akan digunakan sebagai landasan berpikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas dalam tesis ini. Terutama tentang aspek hukum jaminan dalam perbankan syariah. Dalam pembahasan pada tes ka teori yang digunakan adalah berdasarkan teori implementasi hukum Kata implementasi berasal dari bahasa Inggris to implement yang berarti to provide the means for carrying out menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu; to give practical effect to menimbulkan dampakakibat terhadap sesuatu. 20 Van Meter dan Van Horn merumuskan proses implementas sebagai : those actions by public or private individuals or group that are directed at the achievement of\ obyectives set forth in prior policy decitions tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan ada san kebijaksanaan. 21 Dengan demikian berdasarkan pengertian kata implemantasi tersebut, maka 19 Ibid, hal. 27 20 Merriam-Webster Online. http:www.merriam webster. com dictionaryimplement. Diakses tanggal 27 Februari 2011 21 Dalam Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari Formulas ke mplementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal. 65. Universitas Sumatera Utara melaksanakan pembiayaan berdasarkan Hukum Islam prinsip-prinsip syariah yang dilakukan oleh pegadaian syariah kepada nasabahnya dengan menggunakan akad. Implementasi hukum sebagaimana pengertian diatas lebih cenderung memandang hukum sebagai jaringan nilai-nilai sebagaimana dikemukakan oleh kalangan ahli filsafat hukum. Hukum dipandang sebagai konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, oleh karena itu dengan sendirinya berkaitan erat dengan persoalan kesadaran hukum. Hal ini disebabkan karena kesadaran hukum itu merupakan suatu penilaian terhadap hukum yang ada serta hukum yang dikehendaki. 22 Hukum hidup, tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat sebagai sarana menciptakan kesejahteraan, ketentraman dan ketertiban bagi kedamaian dalam hidup sesama warga masyarakat. Hukum akan tumbuh dan berkembang bila masyarakat menyadari makna kehidupan hukum dalam kehidupannya. Sedangkan tujuan hukum sendiri ialah untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. 23 Hukum juga dituntut untuk memenuhi nilai-nilai dasar hukum yang meliputi keadilan, kerugian kemanfaatan dan kepastian hukum. Hukum jaminan tentu saja di tuntut pula untuk memenuhi nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum, walaupun kadang- kadang bila salah satu nilai tersebut tercapai nilai yang lain menjadi terabaikan. 22 Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, CV Jakarta: Rajawali, 1980, hal.207. 23 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta: Rajawali, 1986, hal. 13. Universitas Sumatera Utara Kehadiran hukum itu sendiri mempunyai dua fungsi yang saling berdampingan satu sama lain, yaitu: sebagai sarana pengendalian sosial dan sebagai sarana untuk melakukan social engineering. 24 Hukum sebagai sarana pengendalian sosial adalah fungsi hukum untuk menjaga agar setiap orang menjalankan perannya sesuai dengan yang telah ditentukan atau diharapkan. Perubahan sosial yang terjadi akan berpengaruh pula terhadap bekerjanya mekanisme pengendalian sosial ini. Hukum sebagai alat melakukan rekayasa masyarakat adalah hukum dalam fungsinya untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang telah ada dalam masyarakat, untuk mengarahkan kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan yang dipandang tidak sesuai lagi serta melakukan pola-pola kelakuan baru. 25 Tentang Hukum ekonomi, Satjipto Rahardjo merunut dari esensi ekonomi yang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup masyarakat dan angota-anggotanya berdasarkan asas rasionalitas. Akan tetapi dalam melakukan kegiatan ekonomi tersebut manusia melakukan interaksi dengan yang lainnya supaya mencapai hasil yang maksimal. Dengan demikian muncullah suatu kebutuhan akan aturan, tanpa aturan sulit orang bisa bicara mengenai penyelenggaraan kegiatan ekonomi dalam masyarakat. 26 Kalau Hukum ekonomi konvensional tumbuh di atas asas rasionalitas seperti paham kapitalisme, 24 Satjipto Raharjo, Pemanfaatan Ilmu Sosial bagi Pemanfaatan Ilmu Hukum, Bandung, Alumni, 1977, hal. 143 25 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, 1982, hal. 169. 26 Satjipto Rahardjo, Beberapa Pemikiran tentang Ancangan Antar Disiplin dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Sinar Baru, 1985, hal. 55-57. Universitas Sumatera Utara sosialisme, pasar bebas dan lain-lain, maka ekonomi Syariah Hukum Ekonomi Islam tumbuh di atas asas-asas yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Sesungguhnya di antara karakteristik Islam yang paling menonjol adalah ia hadir di dunia ini demi kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Maka, hukum-hukum syariat datang dengan misi ingin menegakkan kemaslahatan tersebut dan senantiasa menjaga eksistensi dari keterpurukan, dan salah satu manifestasinya adalah tertuang dalam bentuk pengelolaan harta yang menjadi penopang kehidupan, baik dalam tataran personal maupun komunal. Sehingga tidak aneh kalau kemudian nash-nash syariat sangat menaruh perhatian terhadap hukum- hukum yang bertalian dengan masalah materi dan kekayaan, baik secara global maupun terperinci. Demikian halnya para ahli fikih, khususnya fikih harta, juga telah menjelaskan syarat-syarat, kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan di balik usaha mencari materi dan kekayaan, dan bagaimana pula memperoleh dan menggunakannya, dengan penjelasan yang detail dan dapat menghapus ruang keragu-raguan tentang perhatian Islam terhadap masalah harta kekayaan dan juga tentang seruannya kepada umatnya untuk mencari dan mengumpulkannya sesuai dengan tujuan-tujuan dan batasan- batasan syariat. 27 Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan akan terlibat dengan berbagai jenis kontrak perdagangan syariah dan dalam setiap kontrak perdagangan syariah mempunyai prinsip yang jelas dalam menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan syariah. Penyaluran dana yang dilakukan oleh Bank Syariah haruslah 27 Abdullah Lam bin Ibrahim, fiqih finansial, Solo: Intermedia, 2005, hal. vi Universitas Sumatera Utara memiliki suatu yang menguatkan kedudukan Bank Syariah dalam memperoleh kembali atas dana yang telah disalurkan, yaitu dengan adanya suatu lembaga jaminan. Perbankan syariah dalam menerapkan kehati-hatian dan pembiayaan yang sehat diwujudkan dengan adanya jaminan atau agunan dari nasabah penerima pembiayaan. Jaminan atau agunan ini berfungsi untuk mendukung keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah penerima pembiayaan untuk melunasi pembiayaan yang diterimanya sesuai dengan perjanjian. Dalam Hukum Islam, istilah jaminan biasanya dikenal dengan istilah kafalah, sedangkan objekbarang yang dijaminkan dengan rahn, akan tetapi mengenai pengikatan objekbarang yang dijaminkan tidak diatur dan dinyatakan secara rinci tetapi yang digunakan dalam muamalat sesuai dengan kebiasaan dalam masyarakat. Objek barang yang dijaminkan dalam rahn berada ditangan bank. Rahn merupakan bentuk jaminan bukan pengikatan jaminan barang, oleh karena itu terhadap rahn digunakan gadai sebagai pengikat jaminan barang. Adanya jaminan dalam pembiayaan syariah didasarkan atas pemahaman dalam surat Al-Baqarah ayat 283 yang menyebutkan bahwa dalam bermuamalah barang yang dijadikan jaminanpertanggungan dipegang dikuasai oleh pemberi utang, sehingga hal ini yang dijadikan dalam rahn, akan tetapi hal tersebut dilakukan apabila satu sama lain tidak percaya mempercayai. 28 28 Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya dengan Transliterasi Arab dan Latin, Semarang: CV. Asy-Syifa’, 2001, hal. 102. Universitas Sumatera Utara Apabila dilihat penjelasan yang diuraikan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283, maka ayat tersebut dapat dijadikan dasar hukum menurut Al-Quran dalam penggunaan jaminan fidusia dalam pembiayaan syariah, sehingga tidak hanya rahn gadai yang dijadikan dasar hukum pada ayat tersebut, tapi ayat itu merupakan ayat yang menjadi dasar hukum bagi adanya jaminan dalam pembiayaan syariah. Penggunaan ketentuan tersebut karena dalam hukum Islam yang mengatur mengenai syariah yang mana termasuk didalamnya adalah kegiatan muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia. Dalam bidang muamalah diserahkan pada manusia dengan proses ijtihad, seperti sabda nabi Muhammad SAW: “Antum a’lamu bi umuuri dunyakum”, yang artinya kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian dan dalam hukum muamalat menyatakan bahwa “segala sesuatunya boleh dilakukan, kecuali ada larangan dari Al-Quran atau Sunnah”, 29 jadi dalam bidang muamalah terdapat lapangan yang luas sehingga boleh saja menambah, menciptakan, mengembangkan dan lainlainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bermuamalah, selama “kreativitas” tersebut tidak bertentangan dengan hal yang dilarang dalam Al-Quran dan Sunnah. Berdasarkan hal tersebut maka terhadap transaksi perbankan syariah yang tidak diatur oleh ketentuan syariah, maka perbankan syariah tunduk pada ketentuan- ketentuan yang terkait dengan kegiatan perbankan pada umumnya, demikian halnya dengan transaksi-transaksi yang tidak dilarang oleh syariah dan perbankan syariah 29 Adiwarman Karim, Bank Islam: Aanalisis Fiqih dan Keuangan, Ed.2. Cet.1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 9. Universitas Sumatera Utara dapat mengadop sistem perbankan konvensional, akan tetapi apabila transaksi tersebut merupakan transaksi yang dilarang dan bertentangan dengan syariah Islam maka perbankan syariah dapat menentukan jalannya sendiri sesuai dengan ketentuan- ketentuan Hukum Syariah.

2. Konsepsi