31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Pengolahan Susu Kedelai
Dalam pembuatan susu kedelai memerlukan beberapa tahapan, antara lain :
Tabel 14. Proses Pengolahan Susu Kedelai No
Waktu Proses Pengolahan
1. 20.00 WIB
Proses pertama dalam pengolahan susu kedelai adalah perendaman kacang. Kacang kedelai yang akan diolah
direndam ke dalam ember yang berukuran besar. Tujuannya yaitu untuk memudahkan saat proses penggilingan. Kacang
kedelai direndam selama 6-8 jam. 2.
04.00 WIB Kacang kedelai yang telah direndam dicuci bersih, karena saat
perendaman kulit kacang kedelai ada yang terkelupas. Setelah itu, kacang kedelai digiling dengan menggunakan mesin
penggiling kedelai atau blender. Saat proses penggilingan ditambahkan air yang berguna untuk mempermudah proses
penggilingan kedelai. Hasil akhir dari penggilingan yaitu kacang kedelai terlihat seperti bubur.
3. 05.00 WIB
Tahap ketiga yaitu penyaringan. Susu kedelai yang telah digiling selanjutnya disaring dengan menggunakan saringan
atau kain. Tujuannya yaitu agar ampas dari kacang kedelai tidak termasuk ke dalam sari kedelai tersebut.
4. 05.15 WIB
Tahap keempat yaitu perebusan. Sari kedelai yang telah
Universitas Sumatera Utara
disaring selanjutnya direbus atau dimasak sampai mendidih. Dalam proses perebusan, sari kedelai harus terus diaduk hingga
mendidih agar sari kedelai tersebut tidak pecah dan tampilan susu kedelai menjadi lebih bagus. Selama perebusan
ditambahkan gula, garam dan pandan. Sari kedelai yang telah masak kemudian didinginkan ke dalam ember-ember sebelum
dikemas. 5.
06.00 WIB Tahap kelima yaitu pengemasan susu kedelai. Susu kedelai
yang telah cukup dingin selanjutnya dikemas dengan menggunkan plastik es yang berukuran 1,5 ons.
6. 07.00 WIB
Tahap terakhir dalam pengolahan susu kedelai yaitu pemasaran. Susu yang telah dikemas siap untuk diantar ke warung-warung
yang menjadi langganan penitipan susu kedelai oleh produsen susu kedelai. Target utama di pagi hari yaitu warung sarapan
pagi.
5.2 Ketersediaan Input Produksi
5.2.1 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kelangsungan suatu usaha industri. Selain itu, bahan baku juga harus selalu tersedia setiap kali
dibutuhkan dalam pembuatan susu kedelai sehingga dapat menjamin usaha tersebut berlangsung terus menerus. Bahan baku utama yang digunakan dalam
pembuatan susu kedelai adalah kedelai, selain itu bahan baku penunjang yang dibutuhkan adalah gula, garam, pandan, dan air.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Sumber Bahan Baku di Daerah Penelitian No Sampel
Produksi Sendiri
Membeli di Daerah Penelitian
Membeli di Luar Daerah Penelitian
1 -
√ -
2 -
√ -
3 -
√ -
4 -
√ -
5 -
√ -
6 -
√ -
7 -
√ -
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan tabel 15 di atas diketahui bahwa produsen susu kedelai memperoleh bahan baku dengan membeli atau belanja di pasar terdekat dengan daerah tempat
industri mereka. Harga kedelai yang dibeli oleh produsen juga beragam mulai dari Rp 8.000 – Rp 9.000. Jenis kedelai yang dibutuhkan dalam pembuatan susu
kedelai merupakan kedelai dari berbagai jenis yaitu kedelai lokal ataupun kedelai impor agar ketersediaan kedelai tidak pernah kehabisan dan produsen terus dapat
melakukan produksi secara terus menerus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahan baku di daerah penelitian cukup tersedia.
Gambar 2. Susu Kedelai
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Ketersediaan Alat dan Mesin Operasional
Ketersediaan alat dan mesin operasional seperti mesin penggiling, blender, dandang, baskom, gayung, saringan, corong, pisau, cangkir, kompor dan tabung
gas. Para produsen susu kedelai memproleh alat dan mesin operasional di atas dari pasarpajak yang dekat dengan daerah penelitian. Umumnya para produsen susu
kedelai langsung membeli alat dan mesin operasional tersebut di pasarpajak yang dekat dengan tempat industri milik produsen.
Tabel 16. Sumber Alat dan Mesin Operasional No Sampel
Produksi Sendiri
Membeli di Daerah Penelitian
Membeli di Luar Daerah Penelitian
1 -
√ -
2 -
√ -
3 -
√ -
4 -
√ -
5 -
√ -
6 -
√ -
7 -
√ -
Sumber : Analisis Data Primer
Dari tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa semua produsen susu kedelai memperoleh alat operasional tersebut dengan membelinya di pasarpajak di daerah
penelitian atau dekat dengan tempat industri milik produsen susu kedelai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat operasional di daerah penelitian cukup
tersedia. Untuk melihat alat dan mesin operasional yang digunakan di daerah penelitian,
berikut adalah gambar alat dan mesin operasional.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Mesin Penggiling Kedelai Bahan Aluminium
Gambar 4. Mesin Penggiling Kedelai Bahan Besi
Gambar 5. Kompor dan Gas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Baskom dan Dandang 5.2.3
Ketersediaan Modal
Di daerah penelitian usaha industri susu kedelai merupakan usaha industri rumah tangga dan tidak semua masyarakat umum mengkonsumsi susu kedelai sebagai
kebutuhan utama. Jumlah produksi yang dihasilakan oleh konsumen juga beragam, dari produksi yang sedikit hingga lumayan banyak. Oleh karena itu,
untuk pengolahan susu kedelai para produsen susu kedelai menggunakan modal sendiri.
Tabel 17. Sumber Modal Produsen Susu Kedelai No Sampel
Modal Sendiri Modal Pinjaman
1 √
- 2
√ -
3 √
- 4
√ -
5 √
- 6
√ -
7 √
-
Sumber: Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa semua sumber modal produsen susu kedelai berasal dari modal sendiri. Dan dengan mempertimbangkan kriteria usaha
Universitas Sumatera Utara
mikro yaitu investasi sebesar maksimal Rp 50.000.000 sedangkan investasi dalam penelitian sebesar Rp 82.000.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia.
5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang bekerja di usaha industri susu kedelai khusunya dalam pembuatan atau pengolahan kedelai menjadi susu kedelai merupakan Tenaga
Kerja Dalam Keluarga TKDK dikarenakan usaha industri susu kedelai masih merupakan usaha industri rumahan atau industri kecil, sehingga cukup dengan
memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga untuk proses pengolahannya. Namun untuk pemasaran dan kemasan sebagian produsen susu kedelai menggunakan
Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK.
Tabel 18. Ketersediaan Tenaga Kerja No
Jenis Tahapan Kerja
Penggunaan Tenaga Kerja HKO
Total HKO per Tahapan Kerja
TKDK TKLK
1. Pengolahan
4,8 1,6
6,4
2.
Kemasan 2,4
2,4 4,8
3.
Pemasaran 8
3 11
Total Tenaga Kerja 15,2
7 22,2
Sumber: Diolah dari Lampiran 11
Berdasarakan tabel 18 di atas dapat diketahui bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja untuk 1 bulan adalah TKDK sebanyak 15,2 HKO dan TKLK sebanyak 7
HKO maka total tenaga kerja yang dibutuhkan sebnayak 22,2 HKO. Produksi kedelai selama satu bulan sebanyak 136 Kg dan jumlah penduduk dalam
keadaan produktif sebanyak 245.312 jiwa sehingga diperoleh potensi penggunaan tenaga kerja sebanyak 6 HKO per kilogram per bulan. Sedangkan tenaga kerja
yang tersedia untuk mengolah 1 Kg kedelai sebanyak 1.804 HKO. Penggunaan tenaga kerja untuk pengolahan susu kedelai selama satu bulan dibutuhkan 22,2
Universitas Sumatera Utara
HKO sementara itu tenaga kerja yang tersedia yaitu sebanyak 1.804 HKO. Sehingga dapat dikatakan tenaga kerja tersedia di daerah penelitian.
5.3 Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Susu Kedelai
5.3.1 Biaya Bahan Baku
Dalam pengolahan susu kedelai bahan baku yang digunakan adalah kedelai, selain itu bahan penunjang yang dibutuhkan yaitu gula putih, garam, pandan, dan air.
Dalam pembuatannya harus memperhatikan komposisi bahan baku agar menghasilkan rasa susu kedelai yang enak dan tidak bau. Biasanya produsen susu
kedelai menggunakan pandan untuk menghilangkan bau langu pada kedelai setelah diolah menjadi susu kedelai.
Adapun penggunaan bahan baku dalam pengolahan susu kedelai dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 19. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau
No Uraian
Rata-rata Penggunaan Bahan Baku ProdusenBulan
1. Kacang Kedelai Kg
136 2.
Gula Kg 122,71
3. Pandan Lembar
162,28 4.
Air Liter 935,73
5. Garam Sdt
109,43
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
Dapat dilihat pada tabel 19 rata-rata penggunaan bahan baku susu kedelai yaitu kedelai sebagai bahan baku utama selanjutnya pemakaian air, pandan dan gula
sebagai bahan baku pendukung dan bahan baku yang paling sedikit digunakan adalah garam. Hal ini dikarenakan untuk membuat susu kedelai tidak dibutuhkan
garam yang banyak karena rasa manis yang lebih penting bagi konsumen susu kedelai.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan bahan baku di atas merupakan rata-rata bahan baku yang dibutuhkan oleh para produsen susu kedelai dalam melakukan produksi dalam waktu satu
bulan dengan jumlah produksi sebanyak 26-30 kali produksi.
Tabel 20. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan
No Uraian
Rata-rata Penggunaan Bahan Baku ProdusenBulan
1. Kacang Kedelai Kg
33 2.
Gula Kg 29
3. Pandan Lembar
73 4.
Air Liter 225
5. Garam Sdt
50
Sumber: Diolah dari Lampiran 3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui penggunaan bahan baku di musim hujan. Dimana penggunaan bahan baku di musim hujan lebih sedikit dibandingkan
dengan musim kemarau yakni rata-rata penggunaan kedelai saat musim hujan sebanyak 33 Kg, sedangkan di musim kemarau 136 Kg, dan penggunaan bahan
baku yang paling sedikit adalah garam yaitu 50 sdt di musim hujan, sedangkan pada saat musim kemarau penggunaan garam sebanyak 109,43 sdt.
Penggunaan bahan baku yang semakin sedikit ini dikarenakan kurangnya minat konsumen untuk mengonsumsi susu kedelai di saat musim hujan karena cuaca
yang dingin sehingga konsumen tidak tertarik untuk mengonsumsi susu kedelai dalam keadaan dingin juga. Oleh karena itu, para produsen susu kedelai
mengurangi jumlah pemakaian bahan baku dalam proses pembuatan susu kedelai dan proses pembuatan hanya berlangsung tiga kali seminggu atau sebanyak dua
belas kali dalam satu bulan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan
No Uraian
Rata-rata Penggunaan Bahan Baku ProdusenBulan
1. Kacang Kedelai Kg
27,4 2.
Gula Kg 24,6
3. Pandan Lembar
73 4.
Air Liter 200
5. Garam Sdt
40
Sumber: Diolah dari Lampiran 4
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan bahan baku di bulan Ramadhan. Penggunaan bahan baku tersebut lebih sedikit dibandingkan
pada saat musim kemarau dan musim hujan. Penggunaan bahan baku saat musim hujan dan bulan Ramadhan tidak terlalu jauh berbeda karena proses produksi saat
musim hujan dan bulan Ramadhan sama yaitu sebanyak dua belas kali dalam satu bulan tetapi produsen mengurangi jumlah penggunaan bahan baku dalam
pembuatan susu kedelai di bulan Ramdhan. Untuk mengetahui biaya rata-rata penggunaan bahan baku pengolahan susu
kedelai dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 22. Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau
No Uraian
Rata-rata Biaya Bahan BakuProdusen Bulan Rp
1. Kacang Kedelai
1.109.428 2.
Gula 1.535.214
3. Pandan
2.704 4.
Air 25.521
5. Garam
2.188
Sumber : Diolah dari Lampiran 5
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya rata-rata terbesar yaitu biaya
pembelian gula dikarenakan harga gula yang lebih mahal dibandingkan harga
Universitas Sumatera Utara
kedelai atau bahan baku lainnya. Sementara itu biaya rata-rata terkecil yaitu pembelian bahan baku garam.
Tabel 23. Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan
No Uraian
Rata-rata Biaya Bahan BakuProdusen Bulan Rp
1. Kacang Kedelai
265.714 2.
Gula 354.714
3. Pandan
1.214 4.
Air 6.486
5. Garam
994
Sumber : Diolah dari Lampiran 6
Biaya rata-rata penggunaan bahan baku di musim hujan dapat dilihat dari tabel di atas yakni biaya rata-rata terbesar yaitu penggunaan gula dan biaya rata-rata
terkecil yaitu penggunaan garam.
Tabel 24. Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan
No Uraian
Rata-rata Biaya Bahan BakuProdusen Bulan Rp
1. Kacang Kedelai
206.057 2.
Gula 270.286
3. Pandan
1.214 4.
Air 5.406
5. Garam
806
Sumber : Diolah dari Lampiran 7
Biaya rata-rata penggunaan bahan baku di musim hujan dapat dilihat dari tabel di atas yakni biaya rata-rata terbesar yaitu penggunaan gula dan biaya rata-rata
terkecil yaitu penggunaan garam. Berdasarkan ketiga tabel di atas dapat disimpulkan bahwa biaya rata-rata
penggunaan bahan baku terbesar yaitu pada saat musim kemarau selanjutnya saat musim hujan dan rata-rata biaya penggunaan bahan baku terkecil yang
dikeluarkan yaitu pada saat bulan Ramadhan.
Universitas Sumatera Utara
5.3.2 Total Biaya
Adapun yang termasuk biaya dalam usaha pengolahan susu kedelai adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan biaya Pajak
Bumi dan Bangunan PBB, sedangkan biaya variabel terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Berikut adalah tabel mengenai
biaya tetap dan biaya variabel dalam usaha pengolahan susu kedelai.
Tabel 25. Rata-rata Total Biaya Tetap Pengolahan Susu Kedelai No
Uraian Biaya Rata-rata ProdusenBulan
Rp
1. Biaya Penyusutan
744.380 2.
Biaya PBB 1.726
3.
Rata-rata Total Biaya Tetap 746.106
Sumber : Diolah dari Lampiran 16
Berdasarkan tabel 25 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya tetap. Besarnya rata-rata total biaya tetap tersebut merupakan penjumlahan dari rata-rata
biaya penyusutan yang terdiri atas biaya penyusutan mesin penggiling kedelai, blender, kompor, dandang, pisau, corong, gayung, baskom, cangkir, saringan,
serta bangunan dan rata-rata biaya PBB. Adapun biaya variabel dalam usaha pengolahan susu kedelai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 26. Rata-rata Total Biaya Variabel Per Bulan Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau
No Uraian
Biaya Rata-rataProdusenBulan Rp
1. Biaya Bahan Baku
2.675.057 2.
Biaya Tenaga Kerja 914.285
3. Biaya Operasional
1.736.914 4.
Rata-rata Total Biaya Variabel 5.326.258
Sumber : Diolah dari Lampiran 17
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 26 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya variabel yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata biaya bahan baku, rata-rata biaya
tenaga kerja dan rata-rata biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya airlistrik, kemasan susu kedelai, BBM transportasi dan gas.
Tabel 27. Rata-rata Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan
No Uraian
Biaya Rata-rataProdusenBulan Rp
1. Biaya Bahan Baku
629.123 2.
Biaya Tenaga Kerja 276.943
3. Biaya Operasional
515.029 4.
Rata-rata Total Biaya Variabel 1.421.094
Sumber : Diolah dari Lampiran 18
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya variabel yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata biaya bahan baku, rata-rata biaya tenaga
kerja dan rata-rata biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya airlistrik, kemasan susu kedelai, BBM transportasi dan gas.
Tabel 28. Rata-rata Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan
No Uraian
Biaya Rata-rataProdusenBulan Rp
1. Biaya Bahan Baku
483.769 2.
Biaya Tenaga Kerja 276.943
3. Biaya Operasional
468.891 4.
Rata-rata Total Biaya Variabel 1.229.603
Sumber : Diolah dari Lampiran 19
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya variabel yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata biaya bahan baku, rata-rata biaya tenaga
kerja dan rata-rata biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya airlistrik, kemasan susu kedelai, BBM transportasi dan gas.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data rata-rata biaya tetap dan data rata-rata biaya variabel maka dapat diketahui besar rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh produsen-produsen
susu kedelai setiap bulan. Adapun rata-rata total biaya dalam usaha industri susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 29. Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau
No Uraian
Rata-rata Total Biaya Produsen Bulan Rp
1. Biaya Tetap
746.106 2.
Biaya Variabel 5.326.258
3. Rata-rata Total Biaya
6.072.364
Sumber: Diolah dari Lampiran 20
Dari tabel 29 di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata total biaya per produsen susu kedelai per bulan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan rata-
rata total biaya tetap dan rata-rata total biaya variabel. Dapat dilihat bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap.
Tabel 30. Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No
Uraian Rata-rata Total Biaya Produsen Bulan
Rp
1. Biaya Tetap
746.106 2.
Biaya Variabel 1.421.094
3. Rata-rata Total Biaya
2.167.200
Sumber: Diolah dari Lampiran 21
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata total biaya per produsen susu kedelai per bulan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan rata-rata total
biaya tetap dan rata-rata total biaya variabel. Dapat dilihat bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 31. Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan
No Uraian
Rata-rata Total Biaya Produsen Bulan Rp
1. Biaya Tetap
746.106 2.
Biaya Variabel 1.229.603
3. Rata-rata Total Biaya
1.975.709
Sumber: Diolah dari Lampiran 22
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata total biaya per produsen susu kedelai per bulan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan rata-rata total
biaya tetap dan rata-rata total biaya variabel. Dapat dilihat bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap.
Dari ketiga perhitungan rata-rata total biaya di atas, rata-rata total biaya yang terbesar adalah rata-rata total biaya pada saat musim kemarau yaitu Rp 6.072.364,
selanjutnya rata-rata total biaya saat musim hujan yaitu Rp 2.167.200 sedangkan rata-rata total biaya terkecil yaitu pada saat bulan Ramadhan yaitu Rp 1.975.709.
5.3.3 Pendapatan Produsen Susu Kedelai
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi susu kedelai dengan harga jual susu kedelai di tingkat produsen. Harga susu kedelai per
bungkusnya Rp 1.500. Pendapatan adalah penerimaan Rp dikurangi total biaya produksi Rp.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan produsen susu kedelai adalah dilihat dari jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing produsen susu
kedelai yang dikalikan dengan harga masing-masing susu kedelai tersebut setelah itu dikurangi dengan total biaya produksi masing-masing produsen susu kedelai.
Selain itu faktor yang mempengaruhi adalah cuaca, jika musim hujan maka permintaan akan susu kedelai berkurang dikarenakan susu kedelai kebanyakan
Universitas Sumatera Utara
dalam keadaan dingin sehingga disaat musim hujan terjadi penurunan konsumsi susu kedelai. Oleh karena itu, produsen susu kedelai biasanya mengurangi
produksi susu kedelai mereka. Untuk melihat pendapatan produsen susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 32. Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai di Musim Kemarau No
Uraian Rata-rata Pendapatan Produsen Bulan
Rp
1. Total Biaya
6.072.364 2.
Penerimaan 10.264.285
3. Pendapatan
4.191.921
Sumber : Diolah dari Lampiran 26
Dari tabel 32 dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan produsen susu kedelai dalam satu bulan. Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dikurang
total biaya. Penerimaan produsen saat musim kemarau adalah rata-rata jumlah produksi dikali rata-rata harga jual yaitu 6.800 bungkus dikali Rp 1.571 sehingga
pendapatan yang diperoleh produsen susu kedelai cukup tinggi dan sangat menguntungkan bagi para produsen susu kedelai.
Tabel 33. Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai di Musim Hujan No
Uraian Rata-rata Pendapatan Produsen Bulan
Rp
1. Total Biaya
2.167.200 2.
Penerimaan 2.665.714
3. Pendapatan
498.514
Sumber : Diolah dari Lampiran 27
Dari tabel 33 dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan produsen susu kedelai dalam satu bulan di musim hujan. Penerimaan yang diperoleh saat musim
hujan diperoleh dari perkalian antara rata-rata jumlah produksi dengan rata-rata harga jual yaitu 1.749 kali 1.571. Pendapatan yang diperoleh produsen susu
Universitas Sumatera Utara
kedelai sangat rendah dibandingkan dengan pendapatan pada saat musim kemarau.
Tabel 34. Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No
Uraian Rata-rata Pendapatan Produsen Bulan
Rp
1. Total Biaya
1.975.709 2.
Penerimaan 2.185.714
3. Pendapatan
210.005
Sumber : Diolah dari Lampiran 28
Dari tabel 34 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan produsen susu kedelai di bulan Ramadhan. Penerimaan yang diperoleh saat bulan Ramadhan diperoleh dari
perkalian antara rata-rata jumlah produksi dengan rata-rata harga jual yaitu 1.800 kali 1.571. Pendapatan yang diperoleh produsen susu kedelai sangat rendah
dibandingkan dengan pendapatan pada saat musim kemarau dan musim hujan.
5.4 Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Susu Kedelai
Untuk melihat usaha susu kedelai layak atau tidak layak maka dapat diukur dengan menggunakan RC Ratio yaitu perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya produksi dalam usaha pengolahan susu kedelai. Adapun kelayakan pengolahan susu kedelai di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 35
dibawah ini.
Tabel 35. Rata-rata RC Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau
No Uraian
Rata-rata RC RatioProdusen Bulan Rp
1. Penerimaan
10.264.285 2.
Total Biaya 6.072.364
3. RC Ratio
1,69
Sumber : Diolah dari Lampiran 29
Dari tabel 35 diatas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata RC Ratio sebesar 1,69 dimana RC Ratio lebih besar dari 1 1,691. Dengan demikian dapat
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka akan
memperoleh hasil sebesar Rp 1,69.
Tabel 36. Rata-rata RC Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan
No Uraian
Rata-rata RC RatioProdusen Bulan Rp
1. Penerimaan
2.665.714 2.
Total Biaya 2.167.200
3. RC Ratio
1,2
Sumber : Diolah dari Lampiran 30
Dari tabel 36 diatas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata RC Ratio sebesar 1,2 dimana RC Ratio lebih besar dari 1 1,21. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka akan memperoleh
hasil sebesar Rp 1,2. Dapat dilihat di lampiran 30 bahwa untuk masing-masing usaha pengolahan susu
kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai RC lebih kecil dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan pada saat musim hujan. Tapi secara keseluruhan nilai RC Ratio lebih besar 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk
dilaksanakan.
Tabel 37. Rata-rata RC Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan
No Uraian
Rata-rata RC RatioProdusen Bulan Rp
1. Penerimaan
2.185.714 2.
Total Biaya 1.975.709
3. RC Ratio
1,1
Sumber : Diolah dari Lampiran 31
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 37 di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata RC Ratio sebesar 1,1 dimana RC Ratio lebih besar dari 1 1,11. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka akan
memperoleh hasil sebesar Rp 1,1. Dapat dilihat di lampiran 31 bahwa untuk masing-masing usaha pengolahan susu
kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai RC lebih kecil dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan. Tapi secara keseluruhan nilai RC Ratio lebih besar 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk
dilaksanakan.
Selanjutnya kelayakan usaha pengolahan susu kedelai dapat dilihat dengan menghitung nilai BEP Break Event Point. BEP merupakan keadaan dimana
suatu perusahaan atau usaha dalam melakukan produksi tidak untung dan tidak rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang
diterima perusahaan. BEP harga produksi dapat dianalisis dengan membandingkan total biaya produksi dengan volume atau jumlah produksi,
sedangkan BEP volume produksi dapat dihitung dengan membandingkan total biaya produksi dengan harga jual ditingkat produsen susu kedelai.
Adapun perhitungan BEP harga produksi dan BEP volume produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 38. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau
No Uraian
Rata-rata
1. Total Biaya
6.072.364 2.
Harga Jual 1.571
3. Jumlah Produksi
6.800 4.
BEP Harga Produksi 893
5. BEP Volume Produksi
3.864
Sumber : Diolah dari Lampiran 32
Berdasarkan tabel 38 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata BEP harga produksi sebesar 893 yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan
rata-rata harga jual ditingkat produsen yaitu 1.571 893 1.571, dan BEP volume produksi sebesar 3.864 yang berarti rata-rata BEP volume produksi lebih lecil
dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 6.800 3.864 6.800. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan volume
produksi melewati titik impas, yang artinya usaha pengolahan susu kedelai layak untuk dilaksanakan di daerah penelitian.
Tabel 39. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan
No Uraian
Rata-rata
1. Total Biaya
2.167.200 2.
Harga Jual 1.571
3. Jumlah Produksi
1.749 4.
BEP Harga Produksi 1.239
5. BEP Volume Produksi
1.380
Sumber : Diolah dari Lampiran 33
Berdasarkan tabel 39 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata BEP harga produksi sebesar 1.239 yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan
rata-rata harga jual ditingkat produsen yaitu 1.571 1.239 1.571, dan rata-rata BEP volume produksi sebesar 1.380 yang berarti BEP volume produksi lebih lecil
dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 1.749 1.380
Universitas Sumatera Utara
1.749. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan volume produksi melewati titik impas, yang artinya usaha pengolahan susu kedelai layak untuk
dilaksanakan di daerah penelitian. Dapat dilihat dari lampiran 33 bahwa secara masing-masing industri susu kedelai
ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai BEP Volume Produksi total produksi, dan nilai BEP Harga Produksi Harga di tingkat produsen
sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan pada saat musim hujan. Tapi secara keseluruhan nilai BEP Volume Produksi dan
BEP Harga Produksi memenuhi kriteria kelayakan sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk dilaksanakan.
Tabel 40. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan
No Uraian
Rata-rata
1. Total Biaya
1.975.709 2.
Harga Jual 1.571
3. Jumlah Produksi
1.423 4.
BEP Harga Produksi 1.389
5. BEP Volume Produksi
1.258
Sumber : Diolah dari Lampiran 34
Berdasarkan tabel 40 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata BEP harga produksi sebesar 1.389 yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan
rata-rata harga jual ditingkat produsen yaitu 1.571 1.389 1.571, dan rata-rata BEP volume produksi sebesar 1.389 yang berarti BEP volume produksi lebih lecil
dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 1.423 1.389 1.423. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan volume
produksi melewati titik impas, yang artinya usaha pengolahan susu kedelai layak untuk dilaksanakan di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Dapat dilihat dari lampiran 34 bahwa secara masing-masing industri susu kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai BEP Volume Produksi
total produksi, dan nilai BEP Harga Produksi Harga di tingkat produsen sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan
pada saat bulan Ramadhan. Tapi secara keseluruhan nilai BEP Volume Produksi dan BEP Harga Produksi memenuhi kriteria kelayakan sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk dilaksanakan. Dengan memperhatikan nilai RC Ratio 1 dan BEP harga produksi dan BEP
volume produksi maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan usaha industri susu kedelai layak diusahakan di daerah penelitian dapat diterima.
5.5 Analisis Skala Ekonomi