19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Kota Medan yakni di Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai,
dan Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan
Medan Tembung merupakan tempat produksi susu kedelai dan dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode aksidental yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau
siapapun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian. Berdasarkan prasurvey
yang dilakukan besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 7 sampel. Adapun sebaran usaha pengolahan susu kedelai yaitu di Kecamatan Medan Amplas,
Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Sebaran Usaha Pengolahan Susu Kedelai No
Kecamatan Usaha Pengolahan Unit
1. Medan Amplas
4 2.
Medan Denai 2
3. Medan Tembung
1
Jumlah 7
Sumber: Prasurvey, 2015.
Universitas Sumatera Utara
TC = TFC + TVC 3.3
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
dengan pengusaha susu kedelai dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga
atau instansi, seperti Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan dan Kantor Kecamatan di daerah penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
Identifikasi Masalah 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input kedelai, gula putih, pandan, garam,
alat dan bahan operasional, serta modal dan tenaga kerja di daerah penelitian. Identifikasi Masalah 2 diuji dengan menggunakan analisis secara sederhana yaitu
dengan menghitung total pendapatan yang diperoleh dari usaha industri susu kedelai, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: TC = Total Cost Rp
TFC = Total Fix Cost Rp TVC = Total Variable Cost Rp
Untuk menghitung pemerimaan dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: TR = Total Revenue
Rp
TR = Y. Py
Universitas Sumatera Utara
Pd = TR - TC
Y = Jumlah Produksi Py = Harga Produk Rp
Selanjutnya, jumlah pendapatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Pd = Pendapatan Rp
TR = Total Revenue Rp TC = Total Cost Rp Anonimus
b
, 2016. Identifikasi Masalah 3 diuji dengan memperhitungkan RC Ratio dan Break Event
Point BEP dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
RC Ratio Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya.
RC =
2. Break Event Point BEP adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama
dengan total cost. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Revenue R Cost C
Keterangan: R = Revenue = Penerimaan Rp
C = Biaya Rp Kriteria Penilaian :
Jika RC 1, maka usaha industri susu kedelai layak dilaksanakan. Jika RC 1, maka usaha industri susu kedelai tidak layak dilaksanakan.
Jika RC = 1, maka usaha industri susu kedelai dalam keadaan impas.
BEP Volume Produksi = Total Biaya Produksi Harga di Tingkat Produsen
Universitas Sumatera Utara
BEP Harga Produksi = Total Biaya Produksi Total Produksi
Dengan Kriteria Uji : a.
BEP Volume Produksi Produksi yang dihasilkan, maka usaha industri susu kedeli layak dilaksanakan.
b. BEP Volume Produksi = Produksi yang dihasilkan, maka usaha industri
susu kedelai mencapai titik impas, artinya tidak untung dan tidak rugi. c.
BEP Volume Produksi Produksi yang dihasilkan, maka usaha industri susu kedelai tidak layak dilaksanakan.
d. BEP Harga Produksi Harga jual produk, maka usaha industri susu
kedelai layak dilaksanakan. e.
BEP Harga Produksi = Harga jual produk, maka maka usaha industri susu kedelai mencapai titik impas, artinya tidak untung dan tidak rugi.
f. BEP Harga Produksi Harga jual produk, maka usaha industri susu
kedelai tidak layak dilaksanakan. Soekartawi, 1994.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional