Kultivasi Mikroalga
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
18
adaptasi, sel alga lebih sensitif terhadap nutrient, temperatur, dan kondisi yang berbeda dari kondisi aslinya. Sel alga dapat sewaktu waktu memiliki pertumbuhan
sel yang semakin menurun, bahkan mati, apabila tidak dapat beradaptasi dengan baik.
2. Fase Eksponensial fase log
Pada fase ini kecepatan pertumbuhan mikroalga dapat dihitung berdasarkan kenaikan biomassan dan selisih waktu yang dibutuhkan. Kecepatan pertumbuhan growth rate
adalah salah satu indikasti penting sel berhasil melalui fase adaptasi. Durasi fase eksponensial bergantung pada volume inokulum, kecepatan pertumbuhan, medium,
dan kondisi lingkungan untuk mensupport pertumbuhan alga. Fase eksponensial ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang cepat, sel membelah dengan
laju konstan, aktivitas metabolik konstan, dan keadaan pertumbuhan seimbang antara supply makanan dan kenaikan mikroalga. Pada fase ini dapat dilakukan pemanenan
biomassa sehingga hasil yang didapatkan akan maksimum.
3. Penurunan Fase Log
Penurunan pertumbuhan secara umum dipengaruhi oleh biomassa yang telah mencapai tahap populasi maksimum, sehingga kebutuhan makanan pada medium
menjadi berkurang. Selain itu fase penurunan pertumbuhan mikroalga dapat dipengaruhi oleh sumber cahaya, dan akumulasi oksigen yang dihasilkan dari reaksi
fotosintesis. Akumulasi oksigen dapat mempengaruhi keasaman sel. Sedangkan jumlah sel yang semakin banyak dapat menghalangi cahaya masuk ke medium.
4. Fase Stasioner
Fase stasioner adalah fase di mana tidak adalah lagi pertumbuhan mikroalga, atau kecepatan pertumbuhan growth rate menjadi nol. Pada fase ini, terjadi akumulasi
racun akibat metabolisme mikroalga, kekurangan nutrien, dan perubahan kondisi lingkungan. Jumlah sel mikroalga yang hidup sama dengan jumlah sel yang mati.
5. Fase Kematian
Pada fase ini jumlah sel mikroalga yang mati lebih banyak dari jumlah sel yang hidup. Nutrien semakin menipis bahkan habis, cadangan makanan dalam tubuh sel
menjadi berkurang, dan penumpukan racun semakin meningkat. Pada fase ini sel yang mati bahkan dapat lisis pecah dan larut ke dalam medium.
Chapter II
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
19
5. Kultivasi Mikroalga
Beberapa metode kultivasi mikroalga dapat diterapkan sesuai dengan kenginginan. Kultivasi ini dapat ditinjau dari berbagai segi seperti dari segi nutrien, cara pemanenan, dan
sistem pond yang ingin digunakan.
1. Sistem Kultivasibudidaya
Kultivasi mikroalgae dibedakan menjadi dua, open pond dan closed pond photobioreactor. Masing masing cara kultivasi memiliki kelebihan dan kekurangan
ditinjau dari beberapa aspek seperti biaya investasi, kontaminasi dan sebagainya. a. Open Pond
Sistem kultivasi open pond rentan terhadap serangan mikroalgae dan protozoa asing. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk mikroalga
jenis tertentu yang hidup pada lingkungan ekstrim seperti Spirulina yang dapat tumbuh pada alkalinitas yang tinggi, Dunaliella yang tumbuh pada salinitas
yang tinggi, dan Chlorella yang tumbuh pada medium dengan nutrien yang tinggi dan kompleks. Ditinjau dari produktivitas biomas, sistem open pond
kurang efisien dibanding photobioreaktor sistem tertutup. Hal ini dikarenakan potensi evaporasi medium, temperatur yang fluktuatif, dan pengadukan yang
kurang sempurna.
Gambar 2.4. Budidaya mikroalga sistem open pond. sumber:
www.algaeindustrymagazine.com
Kultivasi Mikroalga
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
20
Pada umumnya, kultivasi mikroalgae secara komerisial menggunakan metode open pond karena dipilih berdasarkan biaya investasinya yang murah. Di antara
desain open pond lainnya, desain raceway lazim ditemui dalam industri pengolahan mikroalga. Sistem raceway ini ditujukan untuk menghindari
sedimentasi biomas dan mempermudah pencampuran nutrien dengan medium. Pond memiliki kedalaman 0.2-0.5 meter, dan medium diaduk menggunakan
paddle wheel.
Gambar 2.5. Komponen Open Pond Photobioreactor
b. Closed Pond Photobioreactor Sistem kultivasi ini lebih memiliki ketahanan terhadap kontaminan bakteri dan
algae lain dibanding sistim terbuka, sehingga spesies algae tunggal dapat terjaga dan menaikkan yield biomass.
Gambar 2.6. Budidaya mikroalgae sistem tertutup closed pond sumber:
www.algaeindustrymagazine.com
Chapter II
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
21
Closed pond biasanya didesain dalam bentuk tubular, plate, dan bentuk kolom. Sistem ini juga lebih fleksibel, reaktor dapat dioptimasi sesuai karakterisasi
mikroalgae. Parameter seperti pH, temperatur, konsentrasi CO2 dan nutrien dapat dikontrol dengan mudah. Kelemahan dari sistem ini adalah biaya yang
tinggi apabila diterapkan dalam skala komersial dan kesukaran dalam proses scale up. Dalam skala kecil, luas area permukaan terhadap rasio volume dapat
dengan mudah didapatkan. Akan tetapi jika skala desain dinaikkan, rasio antara volume dan luas permukaan cenderung menurun. Di lain hal, terjadinya
akumulasi oksigen pada sistem tertutup juga dapat merugikan pertumbuhan mikroalgae Lannan, 2011.
Gambar 2.7. komponen closed pond photobioractor sumber: www.algaestrain.com
Beberapa metode kultivasi terkadang cocok dibiakkan pada kondisi lahan tertentu, atau mikroalga jenis tertentu, atau didasarkan pada kondisi
iklimpencahayaan. Beberapa metode terkadang cocok digunakan di satu tempat dan juga didasarkan pada aspek ekonominya, kemudahan dalam
perawatan, efisiensi energi, dan biomas yang didapatkan.
Kultivasi Mikroalga
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
22
Tabel. 2.1. Kelebihan dan Kelemahan beberapa Sistem Kultivasi
Sistem Budidaya Kelebihan
Kekurangan Open Pond
Relatif murah Mudah dibersihkan
Mudah perawatan Input energy rendah
Dapat digunakan pada area non-agricultur
Kontrol kultur minim Mixing rendah
waktu kultivasi yang lama Produktivitas rendah
Mudah terkontaminasi
Tubular PBR
Area permukaan pencahayaan luas
Cocok untuk sistem luar ruangan
Produktivitas biomas bagus
Membutuhkan area yang luas Fouling
Dapat merubah pH, DO, dan CO2 Akumulasi oksigen
Flat PBR Relatif murah
Mudah dibersihkan Cocok untuk cultur luar
ruangan Konsumsi energi rendah
Mengurangi akumulasi oksigen
Biomas tinggi Akumukasi oskigen
rendah Area permukaan pencahayaan
rendah Efisiensi fotosintesis rendah
Kendala kontrol suhu Kendala scale-up
Kolom PBR Konsumsi energi rendah
Transfer massa tinggi Pengadukan bagus
Efisiensi fotosintesis tinggi
Area permukaan pencahayaan rendah
Konstruksi material mudah rusak Mengakibatkan kematian pada
beberapa jenis alga Biaya konstruksi dan operasi
mahal Kendala scale-up
Brennan dan Owende, 2009
Chapter II
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
23
2. Material Pond