Skala laboratorium Skala semi massal Skala komersial

Chapter II Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan 13 kerapatan sel yang tinggi dalam suatu kutur budidaya yang berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan sel dan juga dapat mengurangi kandungan air saat proses pemanenan. Serta kemampuan untuk memflokulasi ketika ada suatu penambahan bahan kimia dapat mengurangi biaya pemanenan sejauh hal tersebut masih dapat dikendalikan selama proses kultivasi.

2. Scale up Mikroalga

Secara umum budidaya mikroalga didasarkan pada tiga tahap. Tahap pertama dimulai dengan skala laboratorium pembibitan, dilanjutkan pada skala semi massal, dan berakhir pada skala komersial Chaumont, 1993 dan Kabinawa, 2006.

a. Skala laboratorium

Pada skala laboratorium, dilakukan kulturisasi mikroalga yang diperoleh dari beberapa laboratorium yang membudidayakan mikroalga jenis tunggal. Sebagai contoh laboratorium penyedia bibit adalah BBPBAP Jepara, BBPBAP Bogor, LIPI, dan sebagaianya. Pada tahap inokulasi transfer ke medium yang lebih besar, mikroalga yang digunakan sebagai bibit harus benar-benar steril, memiliki kepekatan yang tinggi. Pada skala laboratorium, mikroalga ditempatkan pada erlenmeyer atau gelas kaca yang steril, dan benar-benar dijaga kondisi lingkungan seperti pH, intensitas cahaya, nutrien, dan pertumbuhannya.

b. Skala semi massal

Skala semi massal digunakan untuk mempersiapkan mikroalga ke skala komersial. Kabinawa 2006 menyarankan, pada fase ini sebaiknya kultur mikroalga dilakukan pada rumah kaca untuk menghindari kontaminan dan air hujan. Pada tahap ini mikroalga akan beradaptasi ke lingkungan semi steril sebelum dijadikan skala komersial. Kolam kultur berbentuk bulat dengan tinggi maksimum 50 cm, dan diameter antara 2- 5 m, dengan jumlah kultur 10-15 dari total volume. Intensitas cahaya berada pada range 3500-5000 lux, dengan penambahan lampu TL sebagai back-up apabila terjadi mendunghujan. Pengadukan kultur dilakukan dengan kecepatan 50-60 cmdetik dengan durasi 2 jam pada pagi hari 08.00-10.00, 12.00-14.00 dan 16.00-18.00, untuk menghindari Kultivasi Mikroalga Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan 14 pengendapan, penyebaran nutrien yang merata, dan pencahayaan yang seragam. Pada kurun waktu selama 6-10 hari, mikroalgae sudah dapat dipindah ke skala komersial skala pilot.

c. Skala komersial

Pada skala komersial, keberhasilan mikroalga tergantung pada cuaca luar, lingkungan dan kontaminan lain. Beberapa metode kultivasi skala komersial yang umum digunakan adalah open pond raceways sistem bak terbuka, dan photobioreactor sistem tertutup, dan masing-masing metode memiliki kelebihan serta kekurangan tersendiri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya secara komersial adalah faktor kontaminan dari mikroorganisme atau mikroalga lain. Beberapa mikroalga dapat dimanipulasi keadaan lingkungannya untuk menghindari atau memperkecil kontaminan lain. Seperti contoh, Spirulina platensis dapat hidup di lingkungan ber pH dan salinitas yang tinggi. Kondisi ini menguntungkan bagi Spirulina dan dapat mematikan beberapa kontaminan mikroba lain. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah durasi pemanenan, serta peremajaan medium. Beberapa mikroalga hanya dapat digunakan pada rentang pemanenan 3 sampai 4 kali, untuk itu perlu dilakukan peremajaan atau pengurasan bak. Gambar 2.2. Beberapa contoh pengembangan mikroalga skala komersial. www.algaeindustrymagazine.com Chapter II Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan 15

3. Faktor Pertumbuhan