Imobilisasi Mikroalga
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
66
akhirnya pada tahun 1990, sebagian besar peneliti melaporkan kajian tentang aplikasi imobilisasi mikroalga untuk treatment logam pada limbah cair.
1. Imobilisasi
Imobilisasi sel didefinisikan sebagai sel yang dipertahankan pergerakannya baik secara natural atau disengaja dalam fase cair dan dalam sistem tertentu dalam suatu matriks
sehingga sebagian besar pergerakannya berkurang namun masih dapat memperlihatkan aktifitas katalitiknya serta dapat digunakan berulang ulang. Teknik imobilisasi ini dapat
dilakukan pada enzim maupun sel mikroba. Berbeda dengan metode entrapment penjeratan, metode imobilisasi tidak hanya terjerat pada matriks pembungkus, namun sel dapat terabsorb
ke dalam material support matriks nya. Salah satu kelebihan metode imobilisasi adalah didapatkannya densitas kultur yang
lebih tinggi dengan tidak membutuhkan banyak tempat dan medium seperti air jika dibanding dengan kultur cara biasa. Selain itu kelebihan imobilisasi sel yaitu:
a. Imobilisasi sel dapat memberikan stabilitas sel yang lebih baik b. Imobilisasi sel dapat digunakan pada sistem aliran kontinyu
c. Pemanenan biomas menjadi lebih mudah Selain memiliki kelebihan, imobilisasi sel juga memiliki kelemahan di antaranya:
a. Ongkos untuk bahan matrik menjadi tinggi bila diaplikasikan dalam skala komersial
b. Transfer massa yang kurang baik c. Kehilangan aktifitas selama imobilisasi
d. Perubahan karakteristik Mallick, 2002
2. Metode Immobilisasi Mikroalga
Dalam laporannya, Mallick 2002 memaparkan beberapa metode imobilisasi yang cocok diterapkan untuk mikroalga, yaitu:
a Covalent Binding Metode ini sering digunakan pada imobilisasi enzim, namun sedikit peneliti yang
melaporkan penggunaannya pada sel. Beberapa cara memasukkan sel ke dalam matrik
Chapter V
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
67
pembungkus di antaranya adalah cara diazotation, amino bond, schiff`s base formation, metode alkilasi dan sebagainya. Kelemahan dari metode ini adalah pada
sel yang digunakan akan mengalami perubahan karakterisasi sel. Persiapan pelekat matrik juga terkadang menjadi kendala sehingga dapat menurunkan kinerja matrik.
b Adsorption Metode ini menggunakan proses penyerapan reversibel. Perbedaan antara penggunaan
sel dan enzim pada metode ini adalah pada sel yang diikat menggunakan sekat multipoint sehingga lebih kuat terhadap sorbent.
c Entrapment Metode entrapment ini terdiri atas penjeratan komponen aktif secara fisik pada film,
gel, fiber, coating dan enkapsulasi. Metode ini dapat digunakan dengan cara mencampur sel dengan polimer matrik sehingga dihasilkan struktur yang dapat
menjerat sel. Kelebihan dari metode ini adalah didapatkannya area permukaan yang lebih luas antara substrat dan sel, dengan volume yang lebih kecil dan kecenderungan
imobilisasi yang simultan. Kelemahan metode ini terletak pada ketidakatifan sel selama mikroenkapsulasi sehingga dibutuhkan konsentrasi sel yang lebih tinggi.
d Imobilisasi afinitas Metode ini didasarkan pada prinsip afinitas kromatografi. Imobilisasi afinitas ini tidak
dipengaruhi reaksi kimia antara matrik dan sel kecuali untuk material absorbent. Selain itu, harus diperhatikan struktur matrik yang dapat mengikat permukaan sel.
Metode ini biasanya digunakan untuk sel yang memiliki karakteristik yang sensitif.
3. Aplikasi