Chapter VII
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
93
dipisahkan dari campurannya berupa bagian bawah yang mengandung sisa biomassa dan air, bagian atas berupa gliserol dan FAME faty acid methyl ester atau biasa
disebut biodiesel, yang bercampur dengan solven. Untuk menghilangkan solven dari biodieselnya, dapat dilakukan dengan cara distilasi.
2. Bioethanol dari Mikroalga
Bioethanol merupakan produk bioenergy yang umum digunakan di masyarakat. Selama ini bioethanol diproduksi dari fermentasi alkohol dengan bahan baku jagung,
shorgum, singkong, dan gula tebu. Pati yang terekstrak kemudian dicampung dengan air dan dipanaskan secara bertahap. Pati kemudian dihidrolisis dengan yeast Sacharomyces
ceriviseae atau Zymomonas mobilis. S. cerevisiae adalah organisme yang paling umum digunakan sebagai yeast produksi ethanol dari glukosa.
Mikroalga juga berpotensi sebagai penghasil bioethanol karena beberapa jenis spesiesnya memiliki kandungan pati. Mikroalga ini dapat diproduksi melalui dua proses,
fermentasi gelap maupun menggunakan yeast. Fermentasi gelap dark fermentation dilakukan dengan cara anaerobik di mana
mikroalga sendiri yang mengkonsumsi pati yang terkandung dalam medium pertumbuhannya. Sedangkan fermentasi yeast adalah fermentasi yang umum dilakukan di
industri besar dan dapat menghasilkan yield yang lebih tinggi. Beberapa mikroalga berpotensi sebagai bahan baku bioethanol. Diperkirakan bahwa
mikroalga menghasilkan 46,760-140,290 liter ethanolha. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan beberapa sumber tumbuhan lain. Matsumoto et al, 2003 melaporkan bahwa lebih dari 76
jenis mikroalga air laut memiliki kandungan karbohidrat 40-53. Hirano et al. 1997 melaporkan tentang penggunaan mikroalga jenis Chlorella
vulgaris dengan kandungan pati sebesar 37 menjadi bioethanol dengan proses fermentasi dan menghasilkan konversi sebesar 65. Ueda et al juga melaporkan bahwa beberapa jenis
mikroalga seperti Chlorella sp, Dunailella, Chlamydomonas, Scenefesmus, dan Spirulina memiliki kandungan pati lebih dari 50 dan berpotensi sebagai bahan baku pembuatan
bioethanol.
Mikroalga untuk Bioenergi
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
94
Tabel. 7.6. Potensi Produksi Bioethanol dari Mikroalga dan Tanaman lain Sumber
Potensi Produksi Ethanol Lha
Singkong 3310
Shorgum manis 3050-4070
Jagung 3460-4020
Tebu 6,190-75.00
Mikroalga 46,760-140.290
Sumber: Gouveia, 2011 Harun et al 2010a mempelajari mikroalga jenis Chlorocum sp sebagai feedstock
pembuatan ethanol. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa cell disruption mempengaruhi yield. Produktivitas maksimum adalah 38 ww. Harun juga menyatakan bahwa biomas
harus diolah menjadi gula sederhana sebelum dilakukan fermentasi. Hasil 7.2grl bioethanol tertinggi didapatkan dengan memfermentasikan 15grl mikroalga pada suhu 140
C menggunakan asam sulfat 1 vv selama 30 menit. Sementara hasil lain diperoleh 52
berat gr ethanolgr mikroalga didapatkan dari 10grl mikroalga dan 3 vv asam sulfat pada suhu 160
C selama 15 menit. Tabel 7.7. Kandungan Karbohidrat beberapa Mikroalga
Mikroalga Karbohidrat berat kering
Dunaliella salina 32
Tetraselmis maculate 15
Spirogyra sp. 33-64
Chlorella vulgaris 12-17
Scenedesmus obliquus 10-17
Chlamydomonas reinhardtii 17
Anabaena cylindrical 25-30
Sumber: Gouveia, 2011 Faktor yang mempengaruhi produksi bioethanol dari mikroalga adalah temperatur,
pre-treatment dengan menggunakan asam, dan volume mikroalga yang direaksikan. Harun dan Danquah 2011 melaporkan bahwa pre treatment biomas menggunakan asam adalah
penting sebelum dilakukan fermentasi. Sedangkan He et al, 2010 menyatakan bahwa dengan penambahan zat besi ke dalam medium pertumbuhan mikroalga dapat meningkatkan
kandungan karbohidrat. Douskova, et al. 2008 menyatakan bahwa dengan pengurangan
Chapter VII
Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi Masa Depan
95
kandungan phosphor, nitrogen dan sulfur dapat meningkatkan kandungan pati dalam biomas masing masing 83, 50, dan 33.
Keunggulan penggunaan mikroalga sebagai bioenergi berbasis bioethanol di banding berbasis lipid adalah mikroalga tidak perlu dilakukan pengeringan sehingga tidak
membutuhkan banyak biaya dan lebih mudah dilakukan karena fermentasi bioethanol di lakukan dalam medium yang membutuhkan air. Selain itu untuk scale up nya, mikroalga
bioethanol lebih mudah dilakukan karena dewasa ini sudah banyak perusahaan penghasil bioethanol.
3. Biogas dari Mikroalga