Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, sebesar 53,59 produksi kentang di Kabupaten Karo ditujukan untuk pasar ekspor dan sebesar 46,41
dipasarkan di dalam negeri. Untuk komoditi kubis, produksi kubis pada tahun 2012 sebanyak 81.357 ton dan sebesar 69,05 dari produksi tersebut di ekspor ke
luar negeri. Kabupaten karo merupakan sentra pertanaman komoditi hortikultura dan
merupakan daerah potensi sayuran yang cukup besar sebagai penghasil sayuran. Selain di dalam negeri, sayuran dari Kabupaten Karo juga diminati di negara lain
khususnya untuk komoditi kentang, kubis sehingga pola pemasarannya sangat perlu untuk diteliti. Namun bagaimana pola pemasarannya dan lembaga
pemasaran yang terlibat belum diketahui. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai hal tersebut di Kabupaten ini.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka diidentifikasikan beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimana saluran pemasaran kentang dan kubis oleh Gapoktan bermitra dan Gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor di daerah penelitian ?
2. Bagaimana fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di
daerah penelitian ? 3. Bagaimana perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya
pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian ?
Universitas Sumatera Utara
4. Bagaimana efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian ?
II.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh Gapoktan
bermitra dan Gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di
daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan
distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.
II.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dalam
pengembangan sektor hortikultura di Kabupaten Karo di bidang pemasaran komoditi hortikultura ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan mengenai pemasaran yang efisien dan efektif dari
komoditi kentang dan kubis untuk tujuan ekspor. 3. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
III.1 Tinjauan Pustaka
Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian.
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200
gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan serat Rahardi, 2001.
II.1.1 Kentang
Solanum tuberosum adalah nama sesungguhnya dari kentang. Ahli taksonomi memasukkan kentang ke dalam kelas Dicotyledoneae, bangsaordo Tubiflorae,
sukufamili Solanaceae atau tanaman berbunga terompet, margagenus Solanum, dan jenisspesies Solanum tuberosum.
Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, bentuk sesungguhnya
menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau
kemerah-merahan atau keungu-unguan. Buahnya berwarna kuning keputihan atau ungu, tumbuh di ketiak daun teratas, dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya
berwarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya lebih cepat masak.
Universitas Sumatera Utara
Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit. Dindingnya berdaging, dan mempunyai dua ruang. Di dalam buah berisi banyak calon biji yang yang jumlahnya bisa
mancapai 500 biji. Akan tetapi, dari jumlah tersebut yang berhasil menjadi biji hanya sekitar 100 biji Setiadi, 2000.
Ada berbagai jenis tanaman kentang, namun pada umumnya jenis ini
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu : a. Kentang kuning
Yakni kentang yang kulit dan daging umbinya berwarna kuning, misalnya Patrones, Rapan, Thung, Granola.
b. Kentang putih Yakni kentang yang memiliki ciri-ciri kulit dan daging umbi berwarna agak putih,
misalnya Donata, Radosa, Maritta. c. Kentang merah
Yakni kentang yang tanda-tanda kulit umbinya berwarna merah, daging umbi berwana kuning. Misalnya Desirre, Arka, dan lain sebagainya AAK, 1992.
Sesuai dengan pembawaan serta sifat aslinya, tempat yang disenangi tanaman
kentang mula-mula yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya, kentang disebarluaskan ke daerah lain dan ternyata bisa tumbuh dan beradaptasi
di daerah-daerah beriklim sedang subtropis. Kemudian, meluas lagi ke daerah tropis yang memiliki dua musim, seperti Indonesia atau daerah-daerah di sekitar
garis katulistiwa. Kentang yang dapat tumbuh di daerah tropis tetap saja membutuhkan daerah yang
berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara
Universitas Sumatera Utara
15-18 C pada malam hari dan 24-30
C pada siang hari. Tanah yang paling baik buat kentang adalah tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir agar
mudah diresapi air dan mengandung humus yang tinggi. Tanah dengan kondisi seperti itu, bisa menjaga kelembapan tanah ketika musim hujan. Kelembapan
tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70. Kelembaban tanah yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah diserang oleh penyakit busuk batangleher
akar. Derajat keasaman tanah pH tanah yang sesuai untuk kentang bervariasi,
tergantung dari varietasnya. Misalnya, kentang french fries cocok ditanam di tanah dengan pH 7,0, sedangkan kentang lokal dapat tumbuh baik pada ph 5,0-5,5
Setiadi, 2000.
II.1.2 Kubis
Kubis kepala alias kol Brassica oleracea var cipitata adalah kubis yang dalam pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk
kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur
tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang lebih 25 vitamin C, lebih dari 30 vitamin A, 4-5 vitamin B, 5-6 kapur dan
besi dari kebutuhan tubuh manusia. Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2 cm,
berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun yang di
atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan ulat atau
Universitas Sumatera Utara
patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang tidak bisa bercabang.
Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun-daun bawah
tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm. Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun-daun
muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin banyak sehingga seakan-akan membentuk telur atau kepala.
Varietas yang termasuk kol dibedakan menjadi 3 tiga kelompok yaitu kubis
putih, kubis merah, dan kubis savoy. 1. Kubis putih
Berdasarkan bentuk kropnya, kol putih dibedakan menjadi tiga macam yaitu, kubis putih kepala bulat, kepala bulat datar, dan kepala bulat runcing.
a. Kubis putih kepala bulat Kubis putih kepala bulat bercirikan bentuk kropnya bulat dan kompak. Teras atau
hatinya kecil. Daun berukuran kecil sampai sedang. Warna daun hijau muda. Mempunyai beberapa daun luar dan batangnya pendek. Umur panen antara 60-
120 hari dengan berat antara 1,5-5,0 kg per krop. b. Kepala bulat
Bentuk krop kubis kepala bulat dataran bulat dengan bagian atasnya datar. Garis tengah krop lebih panjang dari tingginya sehingga terkesan gepeng. Oleh
karenanya kubis ini lebih populer disebut kol gepeng. Kropnya berongga, kurang kompak. Daun bagian luar melengkung ka dalam dan menutup krop dengan
Universitas Sumatera Utara
longgar. Warna daun hijau muda. Umur tanaman dapat mencapai 150 hari. Berat kubis ini dapat mencapai 5-8 kg per krop.
c. Kepala bulat runcing Bentuk kropnya bulat tetapi bagian atasnya meruncing atau dapat disebut bentuk
kerucut. Untuk menggolong-golongkan kubis ini sulit karena saling tindih antara varietas yang satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat penting dari kubis ini dalam
hal bentuk, besar kepala, warna daun, dan jumlah daun pembungkus kepala. 2. Kubis merah
Karena daunnya berwarna merah keunguan, kubis jenis ini disebut kol merah. Umumnya bentuk kropnya bulat. Untuk varietas yang berumur kurang dari 3
bulan, berat kropnya antara 1-2 kg. Sedangkan varietas yang berumur antara 120- 150 hari, berta kropnya 2-4 kg. Varietas kubis merah yang dibudidayakan lebih
sedikit jumlahnya dibandingkan kol putih. 3. Kubis savoy
Kubis savoy dikenal juga dengan sebutan kubis keriting atau kubis babat. Disebut kubis keriting karena daunnya keriting. Bentuk kropnya ada yang bulat, dan ada
yang kerucut. Umur panen antara 70-90 hari. Beratnya dapat mencapai 3,5 kg per krop. Dibandingkan kubis putih, kubis savoy kurang diminati petani maupun
konsumen. Oleh petani, kubis ini dianggap susah dalam mengendalikan hama. Secara umum kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun demikian,
pertumbuahnnya akan ideal bila di tanam pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik. Kubis tidak dapat tumbuh dengan baik di tanah yang
sangat asam. Kubis yang ditanam pada tanah ber-pH 4,3, produksinya sangat rendah. Keasaman tanah optimum untuk pertumbuhannya antara 5,5-6,5.
Universitas Sumatera Utara
Pengapuran dengan kapur pertanian dolomit MgCO3 CaCO3 dapat menaikkan pH tanah dari asam menjadi agak asam atau netral. Pengapuran juga dapat dengan
kapur bangunan kapur mati atau CaOH2. Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah sub-tropis
termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya masuk ke
masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin
seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15- 20
C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60-90. kalau temperatur melebihi 25, pertumbuhan akan terhambat Pracaya, 2001.
Di Tanah Karo, kubis dengan nama Grand 11 menjadi salah satu varietas yang
diminati petani dan juga pedagang. Bahkan salah satu produk unggulan dari Cap Kapal Terbang ini mampu menembus pasar ekspor. Kubis Grand 11 memiliki
daya adaptasi yang bagus terhadap kondisi lingkungan setempat, sehingga kubis ini bisa tumbuh optimal meskipun ditanam saat musim hujan ataupun kemarau.
Hanya saja untuk memperoleh hasil yang optimal tersebut sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian 500-1.500 mdpl Tanindo, 2013.
III.2 Landasan Teori
II.2.1 Kelompok Tani
Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Menurut Mulyana 2005, kelompok adalah sekumpulan
Universitas Sumatera Utara
orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Departemen Pertanian RI memberi batasan bahwa kelompok tani adalah
sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam
suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani Anonimous, 1980.
Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai
berikut : −
Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.
− Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian
tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.
− Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di
lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang. −
Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal Anonimous, 2007. Gabungan kelompok tani Gapoktan merupakan kumpulan dari beberapa
kelompok tani yang beranggotakan produsen petani, yang dalam hal ini adalah petani sayur mayur. Petani biasanya memasarkan sayur dan buah kepada
Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi pemasaran seperti penjualan, pembelian, pengangkutan,
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan, pengolahan dan fungsi yang lainnya yang berhubungan dengan pemasaran. Petani juga tidak memiliki pengetahuan dan fasilitas yang diperlukan
untuk berbagai hasil taninya dapat di jual ke pasar ekspor. Karena itu diperlukan lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke tujuan
ekspor.
II.2.2 Pemasaran
Pada dasarnya manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan menyangkut perencanaan pelaksanaan, peorganisasian, pengendalian atau pengawasan dari
kegiatan pemasaran untuk membentuk atau memelihara keuntungan yang diperoleh, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang.
Karena perkembangan teknologi yang ada di masyarakat, maka pengertian “marketing”, atau pemasaran yang lebih populer adalah atas dasar sistem
pertukaran, artinya memperoleh barang dan jasa dengan jalan membayar dengan alat tukar uang, cek, dan sebagainya.
Sistem pertukaran barang dan jasa ini dapat berhasil dengan baik kalau didukung
oleh faktor pendukungnya seperti transfortasi, perbankan, asuransi, peraturan- peraturan pemerintah, kelembagaan pedagang, tengkulak, pengecer, eksportir,
importir dan sebagainya. Begitu pula hanya dengan faktor eksternalitas yang mempengaruhi sistem pertukaran barang dan jasa tersebut. Beberapa faktor yang
sering ditemukan dan mampu mempengaruhi berubahnya sistem petukaran barang dan jasa tersebut adalah faktor “behavioral”, sosial, struktural, lingkungan,
ekonomi, dan manajerial Soekartawi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai proses produksi yang komersial maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian yang memberikan
nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak
milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-
fungsi pemasaran Sudiyono, 2004 . Dalam mendesain konsep pemasaan, peranan konsumen, masyarakat dan
lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus. Paling ada tiga hal yang perlu di perhatikan dalam mendesain konsep pemasaran yaitu :
a. Identifikasi keinginan konsumen. Untuk mengetahuinya diperlukan penelitian yang cermat .
b. Identifikasi terhadap produk yang di pasarkan. Hal ini mendukung pengertian bahwa buat apa produk itu dipasarkan dan bukan sebaliknya membuat produk
untuk di jual; dan c. Identifikasi dan sekaligus menciptakan dan membina konsumen. Disinilah
faktor dari konsep pemasaran yaitu tindakan untuk menciptakan dan membina langganan pada semua segmen yang ada. Oleh karena itu identifikasi
konsumen ini perlu di ikuti dengan identifikasi segmen pasar, karena konsumen pada segmen pasar tertentu akan menentukan macam dan kualitas
barang yang akan diminta. Soekartawi, 2003
Universitas Sumatera Utara
Saluran pemasaran saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk
dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen Kotler, 1995. Istilah saluran channel adalah berasal dari bahasa latin canalis, yang berarti
kanal. Suatu saluran pemasaran dapat dilihat sebagai suatu kanal yang besar atau saluran pipa yang di dalamnya mengalir sejumlah produk, kepemilikan,
komunikasi, pembiayaan dan pembayaran, resiko yang menyertai mengalir ke pelanggan. Secara formal, suatu saluran pemasaran juga disebut sebuah channel
of distribution merupakan suatu struktur bisnis dari organisasi yang saling bergantung yang menjangkau dari titik awal suatu produk sampai ke pelanggan
dengan tujuan konsumsi akhir Lamb, C. dkk, 2001. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan
pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Menurut
penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi 3 tiga, yaitu : Pertama, lembaga yang tidak memiliki
tapi menguasai benda, seperti agen perantara, makelar broker, selling broker, dan buying broker. Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoiti
pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importir, dan ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan
menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi.
Universitas Sumatera Utara
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara
tunai, ijon maupun kontrak pembelian. b. Pedagang besar, untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasran yang disebut dengan
pedagang besar. Pedagang besar melakukan proses distribusi penyebaran ke agen penjualan ataupun pengecer.
c. Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada
agen penjualan ataupun pengecer. d. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Dengan demikian, tingginya marjin pemasaran melalui lembaga kebijaksanaan
pedagang perantara yang terlibat. Dilihat dari fungsinya, pedagang tersebut terlibat dalam pelaksanaan fungsi pemasaran baik fungsi pertukaran, fungsi fisik,
maupun fungsi fasilitas. Dihadapkan dengan sifat produk pertanian yang “perishable” maka setelah produsen, perantara merupakan lembaga yang paling
besar menganggung resiko, sehingga tidak mengherankan kalau selama ini untuk mengurangi kerugian, para perantara menekan pihak produsen dan konsumen
Ginting, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran bermacam-macam, pada prinsipnya terdapat tiga tipe pemasaran, yaitu 1 fungsi
pertukaran exchange function, 2 fungsi fisik physical function dan 3 fungsi penyediaan fasilitas facilitating function.
Fungsi pertukaran dalam pemasran produk-produk pertanian meliputi kegiatan
yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi
kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan
guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi penyediaan
fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem
pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko,
informasi harga, dan penyediaan dana Sudiyono, 2004. Untuk menanggulangi besarnya biaya-biaya, pedagang besar akan mengambil
kebijakan-kebijakan di dalam usahanya, khususnya kebijakan di dalam pemasaran dan lebih khusus lagi adalah kebijakan harga penjualnya. Salah satu masalah dari
pemasaran hasil pertanian adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang diterima konsumen. Harga yang rendah ditingkat petani
akan menyebabkan menurunnya kegairahan petani untuk meningkatkan produksinya Ginting, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Biaya pemasaran suatu produk baiasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan
menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang di dua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir wholeseller market atau antara
grosir dan eceran Hanafiah dan Saefuddin, 1986. Marketing marjin marketing charge atau farm retail spread adalah perbedaan
harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima oleh produsen. Besarnya marketing marjin ini oleh lembaga pemasaran
disebarkan atau dialokasikan, di antaranya untuk biaya-biaya pengumpulan, pengolahan, pergudangan, packing, dan keuntungan pedagang Ginting, 2006.
Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang
merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu usahatani maka akan
mengakibatkan semakin tinggi harga yang nantinya harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lembaga
pemasaran yang terlibat dalam suatu usaha tani maka saluran pemasaran itu dapat dikatakan semakin tidak efisien. Di samping itu, menurut Mubyarto, 1977
kriteria yang menyatakan bahwa pemasaran itu efisien atau tidak adalah antara lain :
1. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua
pihak yang ikut serta dalam kegiatan tataniaga. Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan
mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Suatu produk dapat dijual di pasar dalam negeri,
tetapi bisa juga dijual di luar negeri tanpa memerlukan perubahan. Penjualan semacam ini disebut penjualan ekspor export selling tetapi kalau produk itu
sebelum dijual ke luar negeri perlu diubah bentuknya, ukurannya, bahannya, maupun warnanya, maka penjualan ke luar negeri itu disebut Pemasaran Ekspor
Amir, 2004.
III.3 Kerangka Pemikiran
Gabungan kelompok tani ini memegang peran kunci dalam ekspor sayur kentang dan kubis. Beberapa Gabungan kelompok tani telah bekerjasama dengan
pengekspor, namun sebahagian Gabungan kelompok tani tidak membuat kesepakatan oleh pengekspor tertentu. Untuk Gabungan kelompok tani yang
bermitra, komoditi kentang dan kubis ini dijual langsung kepada perusahaan ekspor dengan jumlah produksi dan harga yang telah disepakati sebelumnya.
Adapun peran pedagang pengumpul yaitu menghimpun seluruh produksi petani dari Gapoktan yang bermitra untuk selanjutnya didistribusikan ke perusahaan
ekspor. Untuk Gabungan kelompok tani yang tidak bermitra, produksi kentang dan kubis dijual ke pedagang perantara dan pedagang kecamatan sebelum sampai
ke perusahaan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa saluran pemasaran produk pertanian yang ditujukan untuk segmen pasar konsumen, demikian juga dengan sayur kentang dan kubis. Dalam saluran
pemasaran kentang dan kubis ada beberapa pihak yang terlibat yaitu, petani kentang dan kubis sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan eksportir.
Panjang - pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut.
Pedagang perantara yang terlibat mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi
pemasaran. Fungsi – fungsi pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan atau transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta
kegiatan pendistribusian, penerapan standardisasi produk, penyediaan dana financing, penanggungan resiko, serta penyediaan, informasi pasar. Pelaksanaan
fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran menyebabkan terbentuknya biaya pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran suatu produk, maka
semakin besar pula biaya pemasaran yang harus dikeluarkan. Dalam menjalankan fungsi – fungsi pemasaran, pedagang perantara memperoleh
balas jasa berupa margin pemasaran yaitu selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran ini oleh pedagang
perantara dialokasikan di antaranya untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga yang
terlibat di dalam penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran, dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka
saluran pemasaran tersebut akan semakin tidak efisien. Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gapoktan yang sudah bermitra :
1. Sada Perarih 2. Lau Dimbo Simacem
3. Tani Maju 4. Maju Bersama
Gapoktan yang belum bermitra : −
Kecamatan Naman Teran
Kentang Kubis
Petani Gapoktan
Pedagang Perantara
Eksportir
Singapura Fungsi Pemasaran
Biaya Pemasaran
Margin Pemasaran
Harga di Tingkat
Petani Gapoktan
Efisiensi Pemasaran Kentang
Kubis
Petani Gapoktan
Pedagang Perantara
Eksportir
Singapura
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
: Menyatakan pengaruh : Menyatakan hubungan
Daerah Penelitian
Universitas Sumatera Utara
III.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau dugaan sementara yang ditetapkan dalam pemasaran tujuan ekspor sayur kentang dan kubis adalah :
1. Terdapat beberapa saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian.
2. Adanya fungsi-fungsi pemasaran kentang dan kubis yang dilakukan di tiap- tiap lembaga pemasaran di daerah penelitian.
3. Terdapat perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran di daerah penelitian.
4. Saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra sudah efisien di kedua daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
IV.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih
benar-benar representatif Sugiarto, dkk., 2001 di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan dasar pertimbangan adalah karena kabupaten ini
merupakan salah satu daerah potensi sayuran terbesar sebagai penghasil sayuran.
Tabel 3. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kentang Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011
Tabel 4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kubis Per
Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011 No
Kabupaten Produksi
Ton Luas Lahan
Ha Produktivitas
TonHa
1 Mandailing Natal
126 9
14 2
Tapanuli Utara 6.956
325 21,40
3 Toba Samosir
189 10
18,90 4
Simalungun 98.526
3.671 26,83
5 Dairi
13.155,45 469
28,05
6 Karo
69.365 3052
22,72
7 Humbang Hasundutan
4.866,50 195
24,95 8
Samosir 231,30
117 1,97
Jumlah 193.415,25
7.848
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011
No Kabupaten
Produksi Ton
Luas Lahan Ha
Produktivitas TonHa
1 Mandailing Natal
209 9
23,22 2
Tapanuli Utara 3.619,86
300 12,06
3 Toba Samosir
68 4
17 4
Simalungun 66.607
3.178 20,95
5 Dairi
7.783 362
21,5
6 Karo
45.171 2.631
17,16
7 Humbang Hasundutan
2.959 144
20,54 8
Samosir 15.919,60
721 22,07
Jumlah
142.336,46 7.349
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, ada dua bagian yang diteliti dalam pemasaran komoditi kentang dan kubis, yaitu gapoktan yang bermitra dengan perusahaan dengan gapoktan
yang tidak bermitra dengan perusahaan. Untuk gapoktan yang bermitra dengan perusahaan ekspor, terdapat empat gapoktan yang diteliti yaitu
1. Sada Perarih berada di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe 2. Lau Dimbo Simacem berada di Desa Bunuraya, Kecamatan Tiga Panah
3. Tani Maju berada di Desa Dokan, Kecamatan Merek 4. Maju Bersama berada di Desa Tiga panah, Kecamatan Tiga Panah
Adapun daerah yang ditentukan mewakili gapoktan yang tidak bermitra yaitu Kecamatan Naman Teran. Kecamatan Naman Teran dipilih karena Kecamatan
memiliki luas lahan dan produksi kentang dan kubis yang besar, walaupun produktivitasnya bukan merupakan yang tertinggi.
Tabel 5. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kentang Per Kecamatan di Kabupaten Karo
No. Kecamatan
Produksi Luas Tanam
Produktivitas Ton
Ha TonHa
1 Mardinding
2 Lau Baleng
3 Tiga Binanga
4 Juhar
5 Munte
6 Kuta Buluh
7 Payung
8 Tiganderket
9 Simpang Empat
3.041 210
14,48
10 Naman Teran
25.006 1.073
23,30
11 Merdeka
5.605,60 416
13,47 12
Kabanjahe 7.237
362 19,99
13 Berastagi
2.731 123
22,20 14
Tiga Panah 3.718
311 11,95
15 Dolat Rayat
2.134,10 67
31,85 16
Merek 5.942
322 18,45
17 Barus Jahe
2.142 104
20,59
Jumlah 57556,7
2.988
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kubis Per Kecamatan di Kabupaten Karo
No. Kecamatan
Luas Tanam Produksi
Produktivitas Ha
Ton TonHa
1 Mardinding
2 Lau Baleng
3 Tiga Binanga
4 Juhar
5 Munte
9 700
77,77 6
Kuta Buluh 7
Payung 8
Tiganderket 9
Simpang Empat 267
9.098 34,07
10 Naman Teran
855 18.922
22,13
11 Merdeka
235 6.152,50
26,18 12
Kabanjahe 503
20.308 40,37
13 Berastagi
134 4.438
33,11 14
Tiga Panah 623
12.957 20,79
15 Dolat Rayat
75 2.789
37,18 16
Merek 143
5.355 37,44
17 Barus Jahe
63 637,5
10,11
Jumlah 2.907
81.357
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012
IV.2 Metode Penentuan Sampel
III.2.1 Produsen
Populasi dalam hal ini adalah petani yang merupakan anggota gapoktan yang mengusahakan tanaman kentang dan kubis sebagai komoditas utamanya. Jumlah
populasi petani ketang dan kubis di Kecamatan Naman Teran sebanyak 1.855 petani dengan jumlah kelompok tani sebanyak 14 gapoktan. Untuk empat
gapoktan yang sudah bermitra dengan perusahaan ekspor, jumlah populasi petani kentang dan kubis sebanyak 175 petani.
Penarikan sampel digunakan dengan menggunakan metode simple random
sampling atau acak sederhana yaitu proses pengambilan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu per satu secara random semua mendapatkan kesempatan
Universitas Sumatera Utara
yang sama untuk dipilih dimana jika sudah dipilih, tidak dapat dipilih lagi. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel petani setiap
bagian. Hal ini sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik ukuran sampel paling minimum 30 Hasan, 2002.
Tabel 7. Jumlah Sampel Hubungan
Mitra Daerah
Komoditi Sampel
Petani
Gapoktan tidak bermitra
Kecamatan Naman Teran Kentang
Kubis 15
15
Gapoktan bermitra
1. Sada Perarih, Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe
2. Lau Dimbo Simalem, Desa Bunuraya, Kecamatan Tiga panah
3. Tani maju, Desa Dokan, Kecamatan Merek
4. Maju bersama, Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah
Kentang Kubis
15 15
Jumlah 60
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk sampel petani dari gapoktan tidak bermitra dipilih 30 petani sampel dimana dipilih 15 sampel untuk petani kentang
dan 15 sampel untuk petani kubis. Untuk sampel petani dari gapoktan bermitra dipilih 30 petani sampel yang mencakup keempat gapoktan yang bermitra dengan
perusahaan ekspor yaitu Gapoktan Sada Perarih, Gapoktan Lau Dimbo Simalem, Gapoktan Tani Maju, dan Gapoktan Maju Bersama. Dari keempat gapoktan di
atas dipilih 15 sampel petani kentang dan 15 sampel petani kubis.
III.2.2 Pedagang atau Lembaga Pemasaran
Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan kentang dan kubis hasil produksi petani hingga ke perusahaan ekspor. Pedagang
perantara ditentukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menelusuri semua
Universitas Sumatera Utara
pedagang yang terlibat dan yang mengambil kentang dan kubis hasil produksi produsen sampel di daerah penelitian mulai dari pedagang pengumpul sampai
pedagang besar.
IV.3 Metode Pengambilan Data