Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo

(1)

ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK

TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN

KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH

RONNY ONTAMA SIHALOHO 070304051

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK

TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN

KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH :

RONNY ONTAMA SIHALOHO 070304051

Skripsi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (HM. Mozart B. Darus, M.Sc NIP : 196304021997031001 NIP : 196210051987031005 )

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

Ronny Ontama Sihaloho (070304051) dengan judul skripsi ”Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo“. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, dan untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan metode pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 60 sampel. Untuk lembaga pemasaran yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran dimana 4 sampel gapoktan, 8 sampel pedagang pengumpul, dan 2 sampel eksportir.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat satu saluran pemasaran di masing-masing bidang di daerah penelitian dimana untuk saluran pemasaran kentang untuk gapoktan bermitra adalah petani kentang-gapoktan-eksportir, saluran pemasaran kubis untuk gapoktan bermitra adalah petani kubis-gapoktan-eksportir, saluran pemasaran kentang untuk gapoktan tidak bermitra adalah petani-pedagang pengumpul-eksportir dan saluran pemasaran kubis untuk gapoktan tidak bermitra adalah petani-pedagang pengumpul-eksportir. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang berbeda. Gapoktan bermitra melakukan fungsi pemasaran yang sama dengan gapoktan tidak bermitra, begitu juga dengan komoditi kubis. Margin pemasaran kentang pada gapoktan bermitra sebesar Rp 5.799,7 dimana sebesar Rp. 2.012,7 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 3.787 merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh gapoktan yaitu sebesar 7.03. Margin pemasaran kubis pada gapoktan bermitra sebesar Rp 2.712 dimana sebesar Rp. 1.421 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 1.291 merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh eksportir yaitu sebesar 3,5. Margin pemasaran kentang pada gapoktan tidak bermitra sebesar Rp 3.925 dimana sebesar Rp. 1.563 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 2.362 merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengumpul yaitu sebesar 3,9. Margin pemasaran kubis pada gapoktan tidak bermitra sebesar Rp 2.654 dimana sebesar Rp. 1.532 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 1.122


(4)

merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh eksportir yaitu sebesar 3,2. Semua saluran pemasaran kubis dan kentang untuk tujuan ekspor pada tingkat gapoktan bermitra dengan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian sudah efisien, karena biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih kecil daripada nilai produk yang dipasarkan dan besar persen efisiensinya tidak lebih dari 50%, namun jika dibandingkan untuk kedua komoditi, maka pemasaran kentang lebih efisien dibanding pemasaran kubis. Kata kunci : kentang, kubis, pemasaran, gapoktan, efisiensi


(5)

RIWAYAT HIDUP

Ronny Ontama Sihaloho, lahir pada tanggal 06 Juni 1989 di Medan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak L. Sihaloho dan Ibu R. br. Simarmata.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar Bersubsidi Markus Medan tamat tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Medan tamat tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas Swasta Santo Thomas 3 Medan tamat tahun 2007.

4. Masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SPMB tahun 2007 di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) bulan Juni - Juli tahun 2011 di Desa Bagan Baru Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam hal kuliah dan administrasi serta kegiatan organisasi di kampus.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh instansi dan petani yang terkait dalam penelitian penulis.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta, L. Sihaloho dan R. br. Simarmata atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang


(7)

kehidupan sehari-hari, juga adinda Novita Anim Sihaloho dan Niarta Saorana Sihaloho atas doa, semangat dan bantuannya yang diberikan.

6. Artha Marlina Siahaan, SH yang telah banyak membantu penulis, memberi semangat dan motivasi baik di dalam masa perkuliahan maupun dalam proses penyelesaian skripsi ini, juga teman-teman saya Dendy Trifonius SP, Xaverius Ginting SP, Adolf Paskaris Sitohang, Meidianta Ginting SP, Holong Hasugian SP, Alexander Sinaga SP, Fachreza SP, Romanto Sinurat dan teman-teman di Program Studi Agribisnis Angkatan 2007 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati penulsi sangat terbuka serta mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca agar skripsi ini dapat lebih baik. Akhir kata, penulisberharap kiranya tulisan ini dapat berguna untuk kita semua.

Medan, Januari 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 7

I.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II.1 Tinjauan Pustaka ... 9

II.2 Landasan Teori ... 14

II.3 Kerangka Pemikiran ... 22

II.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

III.2 Metode Penentuan Sampel ... 28

III.3 Metode Pengambilan Data ... 30

III.4 Model Analisis Data ... 30

III.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 33

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL IV.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 35

Desa Sukanalu ... 37

Desa Bunuraya ... 41

Desa Dokan ... 45


(9)

Kecamatan Naman Teran ... 50

IV.2 Karakteristik Petani Sampel ... 53

Petani ... 53

Gapoktan ... 54

Pedagang Pengumpul ... 56

Eksportir ... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Saluran Pemasaran... 59

V.2 Fungsi Pemasaran ... 64

V.3 Biaya Pemasaran, Sebaran harga (Price Spread) dan Share Margin ... 69

V.4 Efisiensi Pemasaran Kentang dan Kubis oleh Gapoktan Bermitra dengan Gapoktan Tidak Bermitra ... 82

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN84 VI.1 Kesimpulan ... 84

VI.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1. Data Produksi Sayur Mayur Per Kecamatan di Kabupaten

Karo Tahun 2012 ... 4

2. Data Realisasi Ekspor Kentang dan Kubis di Kabupaten Karo Tahun 2008 - 2012 ... 5

3. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kentang Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011 ... 26

4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kubis Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011 ... 26

5. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kentang Per Kecamatan di Kabupaten Karo ... 27

6. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kubis Per Kecamatan di Kabupaten Karo ... 28

7. Jumlah Sampel ... 29

8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Sukanalu 2012 ... 38

9. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukanalu 2012 ... 38

10. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Sukanalu 2012 ... 39

11. Prasarana Perhubungan Desa Sukanalu 2012 ... 40

12. Sarana Angkutan Desa Sukanalu 2012 ... 40

13. Sarana dan Prasarana Desa Sukanalu ... 41

14. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Bunuraya 2012 ... 42

15. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Bunuraya 2012 ... 43

16. Prasarana Perhubungan Desa Bunuraya 2012 ... 44

17. Sarana dan Prasarana Desa Bunuraya 2012 ... 44

18. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Dokan 2012 ... 45


(11)

20. Sarana dan Prasarana Desa Dokan 2012 ... 47 21. Sarana angkutan Desa Dokan 2012 ... 47 22. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Tiga

Panah 2012 ... 48 23. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Tiga Panah

2012 ... 49 24. Prasarana Perhubungan Desa Tiga Panah 2012 ... 49 25. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan

Naman Teran 2012 ... 51 26. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Naman

Teran 2012 ... 52 27. Sarana dan Prasarana Kecamatan Naman Teran 2012 ... 52 28. Karakteristik Petani Sampel Kubis dan Kentang di Daerah

Penelitian ... 53 29. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kubis di Daerah

Penelitian ... 56 30. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kentang di Daerah

Penelitian ... 57 31. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran

Kentang di Daerah Penelitian ... 65 32. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran

Kubis di Daerah Penelitian ... 67 33. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kentang Anggota

Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian ... 69 34. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Gapoktan Bermitra di

daerah Penelitian ... 70 35. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah

Penelitian ... 70 36. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap


(12)

37. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kentang untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian ... 72 38. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kubis Anggota

Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian ... 73 39. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Gapoktan Bermitra di

daerah Penelitian ... 73 40. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah

Penelitian ... 74 41. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap

Rantai Pemasaran Kubis di Daerah Penelitian ... 75 42. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kubis

untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian ... 76 43. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kentang Anggota

Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian ... 76 44. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pedagang Pengumpul di

daerah Penelitian ... 77 45. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah

Penelitian ... 77 46. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap

Rantai Pemasaran Kentang di Daerah Penelitian ... 78 47. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kentang

untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian ... 79 48. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kubis Anggota

Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian ... 79 49. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pedagang Pengumpul di

daerah Penelitian ... 80 50. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Eksportir di Daerah


(13)

51. Sebaran harga (Price Spread), Share Margin pada Setiap Rantai Pemasaran Kubis di Daerah Penelitian ... 81 52. Rekapitulasi share margin pada Saluran Pemasaran Kubis

untuk Tujuan Ekspor oleh Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian ... 82


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran ... 24 2 Skema Pemasaran Kentang Ekspor oleh Gapoktan

Bermitra di Daerah Penelitian ... 60 3 Skema Pemasaran Kubis Ekspor Gapoktan Tidak Bermitra

di Daerah Penelitian ... 61 4 Skema Pemasaran Kubis Ekspor oleh Gapoktan bermitra

di Daerah Penelitian ... 62 5 Skema Pemasaran Kubis Ekspor oleh Gapoktan Tidak


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. lampiran Judul

1. Karakteristik Petani Kubis Anggota Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013

2. Biaya Penggunaan Bibit Kubis per Petani Kubis Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

3. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam 2013

4. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

5. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

6. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Mitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian 7. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kubis per Petani

Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu MusimTanam Tahun 2013

8. Biaya Produksi Petani Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

9. Pendapatan Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

10. Karakteristik Petani Kentang Anggota Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian 2013

11. Biaya Penggunaan Bibit Kubis per Petani Kubis Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam 2013


(16)

12. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

13. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

14. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

15. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

16. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

17. Biaya Produksi Petani Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

18. Pendapatan Usahatani Kentang oleh Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

19. Karakteristik Petani Kubis Anggota Gapoktan Tidak Bermitra Di Daerah Penelitian Tahun 2013

20. Biaya Penggunaan Bibit Kubis per Petani Kubis Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

21. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

22. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Non Mitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013


(17)

23. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

24. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

25. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

26. Biaya Produksi Petani Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

27. Pendapatan Usahatani Kubis per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

28. Karakteristik Petani Kentang Anggota Gapoktan Tidak Bermitra Di Daerah Penelitian Tahun 2013

29. Biaya Penggunaan Bibit Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

30. Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

31. Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

32. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

33. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013


(18)

34. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

35. Biaya Produksi Petani Usahatani Kentang per Petani Gapoktan Tidak Bermitra Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2013

36. Pendapatan Usahatani Kentang oleh Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Selama Satu Musim Tanam Tahun 2013

37. Analisis Usahatani Kubis Selama Satu Musim Tanam oleh Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013

38. Analisis Usahatani Kentang Selama Satu Musim Tanam oleh Petani Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013

39. Analisis Usahatani Kubis Selama Satu Musim Tanam oleh Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013

40. Analisis Usahatani Kentang Selama Satu Musim Tanam oleh Petani Gapoktan Tidak Bermitra di Daerah Penelitian Tahun 2013

41. Karakteristik Gapoktan Bermitra di Kabupaten Karo Tahun 2013 42. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kubis di Kecamatan

Namanteran Tahun 2013

43. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kentang di Kecamatan Namanteran Tahun 2013

44. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis Oleh Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian per Minggu Tahun 2013

45. Penerimaan Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kubis Selama Satu Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013

46. Biaya Pemasaran Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kubis Selama Satu Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013

47. Biaya Pemasaran Untuk Komoditi Kentang Oleh Gapoktan Bermitra di Daerah Penelitian per Minggu Tahun 2013

48. Penerimaan Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kentang Selama Satu Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013


(19)

49. Biaya Pemasaran Gapoktan Bermitra Untuk Komoditi Kentang Selama Satu Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2013

50. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis Untuk Gapoktan Tidak Bermitra oleh Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian per Hari Tahun 2013

51. Penerimaan Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kubis Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013

52. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kubis Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013

53. Biaya Pemasaran Untuk Komoditi Kentang Untuk Gapoktan Tidak Bermitra oleh Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian Selama Satu Hari Tahun 2013

54. Penerimaan Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kentang Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013

55. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kentang Selama Satu Hari di Daerah Penelitian tahun 2013

56. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis dan kentang oleh PT. Alamanda Sejati Utama per Minggu Tahun 2013

57. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis dan kentang oleh PT. Rama Putra (CV. Buana Agri Sejahtera) Untuk Satu Hari Tahun 2013


(20)

ABSTRAK

Ronny Ontama Sihaloho (070304051) dengan judul skripsi ”Analisis Pemasaran Kentang Dan Kubis Untuk Tujuan Ekspor Pada Tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kabupaten Karo“. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor, dan untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan metode pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 60 sampel. Untuk lembaga pemasaran yang terlibat ditentukan dengan metode penelusuran dimana 4 sampel gapoktan, 8 sampel pedagang pengumpul, dan 2 sampel eksportir.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat satu saluran pemasaran di masing-masing bidang di daerah penelitian dimana untuk saluran pemasaran kentang untuk gapoktan bermitra adalah petani kentang-gapoktan-eksportir, saluran pemasaran kubis untuk gapoktan bermitra adalah petani kubis-gapoktan-eksportir, saluran pemasaran kentang untuk gapoktan tidak bermitra adalah petani-pedagang pengumpul-eksportir dan saluran pemasaran kubis untuk gapoktan tidak bermitra adalah petani-pedagang pengumpul-eksportir. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang berbeda. Gapoktan bermitra melakukan fungsi pemasaran yang sama dengan gapoktan tidak bermitra, begitu juga dengan komoditi kubis. Margin pemasaran kentang pada gapoktan bermitra sebesar Rp 5.799,7 dimana sebesar Rp. 2.012,7 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 3.787 merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh gapoktan yaitu sebesar 7.03. Margin pemasaran kubis pada gapoktan bermitra sebesar Rp 2.712 dimana sebesar Rp. 1.421 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 1.291 merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh eksportir yaitu sebesar 3,5. Margin pemasaran kentang pada gapoktan tidak bermitra sebesar Rp 3.925 dimana sebesar Rp. 1.563 merupakan biaya pemasaran lembaga pemasaran dan Rp. 2.362 merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengumpul yaitu sebesar 3,9. Margin pemasaran kubis pada gapoktan tidak bermitra sebesar Rp 2.654 dimana


(21)

merupakan margin keuntungan, dengan nisbah margin keuntungan terbesar diperoleh eksportir yaitu sebesar 3,2. Semua saluran pemasaran kubis dan kentang untuk tujuan ekspor pada tingkat gapoktan bermitra dengan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian sudah efisien, karena biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih kecil daripada nilai produk yang dipasarkan dan besar persen efisiensinya tidak lebih dari 50%, namun jika dibandingkan untuk kedua komoditi, maka pemasaran kentang lebih efisien dibanding pemasaran kubis. Kata kunci : kentang, kubis, pemasaran, gapoktan, efisiensi


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).

Indonesia memiliki sumberdaya hortikultura tropika yang berlimpah berupa keanekaragaman genetik yang luas. Demikian pula keanekaragaman genetik sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dapat dijadikan suatu kekuatan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam agribisnis di masa depan. Produk-produk agribisnis hortikultura tropik nusantara yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat merupakan salah satu andalan Indonesia baik di Pasar domestik, regional maupun internasional (Rasahan, dkk, 1999).

Pengembangan pertanian terutama sayuran tidak cukup hanya mengandalkan potensi lahan atau sistem produksi yang baik saja, karena dapat menghambat perkembangan pertanian tersebut. Untuk meningkatkan kegiatan pertanian diperlukan sistem agribisnis yang baik dan terencana. Lembaga pemasaran sebagai bagian dari sebuah sistem agribisnis perlu untuk diperhatikan kesiapan


(23)

dan kinerjanya, karena lembaga pemasaran berperan dalam sistem tataniaga hasil pertanian sejak lepas dari produsen sampai ke tangan konsumen.

Sayuran mempunyai sifat mudah rusak. Sifat ini menyebabkan munculnya ketergantungan yang tinggi antara konsumen dan pasar, juga antara pasar dan produsen. Selain itu, terdapat sifat-sifat lain yang perlu diketahui pengusaha yaitu, a. Tidak tergantung musim; Sayur-sayuran dibedakan menjadi tanaman sayuran

semusim dan tahunan.

b. Mempunyai resiko tinggi; Produk sayuran bersifat mudah busuk sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu, harganya pun semakin turun hingga akhirnya tidak bernilai sama sekali. Oleh karena sifatnya mudah busuk/ rusak dan umur tampilannya pendek maka letak lokasi usaha dari produsen ke konsumen sebaiknya lebih dekat. Selain menjaga mutu, kedekatan lokasi juga menghemat biaya.

c. Perputaran modalnya cepat; Walaupun beresiko tinggi, perputaran modal usaha sayuran cukup cepat. Hal ini terkait dengan umur tanaman untuk produksi yang singkat dan adanya permintan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari orang membutukan sayuran

(Tim Penulis PS, 2008).

Harga sayuran di tingkat petani selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga sayuran di tingkat pemasok, hal ini disebabkan karena petani tidak memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Selain itu petani juga tidak memiliki informasi pasar yang lengkap padahal tinggi


(24)

rendahnya harga jual sayuran tergantung dari informasi pasar (Rosdiana Batubara, 2009).

Pada umumnya struktur pasar yang dihadapi oleh komoditi pertanian biasanya bersifat bersaing sempurna, sehingga petani bertindak sebagai penerima harga (price taker). Pemasaran komoditi pertanian, khususnya sayuran organik harus melalui beberapa lembaga pemasaran sehingga panjangnya saluran pemasaran mengakibatkan penerimaan di tingkat petani rendah.

Salah satu komoditi pertanian yang tumbuh subur di Kabupaten Karo adalah komoditi hortikultura, baik hortikultura semusim maupun tahunan yang cakupannya cukup luas yaitu meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Komoditi tersebut banyak diusahakan oleh rumah tangga pertanian di Kabupaten Karo yang hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, beberapa hasil komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan ada yang di ekspor ke luar negeri (BPS Kabupaten karo, 2003).

Sumatera Utara memiliki potensi alam yang sangat baik untuk mengusahakan komoditi pertanian khususnya hortikultura. Kabupaten Karo yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara adalah daerah terbesar yang memproduksi sayur-sayuran, dilihat dari iklim, suhu dan kondisi lahannya yang sangat mendukung. Berikut akan disajikan jumlah produksi sayur-sayuran yang diusahakan di Kabupaten Karo pada tahun 2012.


(25)

Tabel 1. Data Produksi Sayur Mayur Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2012

No. Kecamatan

Produksi (Ton) Bawang

Daun Kentang Kubis

Kembang

Kol Wortel Tomat Terung Cabe

1 Mardinding 0 0 0 0 0 0 0 148

2 Lau Baleng 0 0 0 0 0 0 10 707

3 Tiga Binanga 0 0 0 0 0 60 0 1.317

4 Juhar 0 0 0 0 0 0 0 32

5 Munte 0 0 700 0 0 15,5 2.578 2.988

6 Kuta Buluh 0 0 0 0 0 0 0 988

7 Payung 0 0 0 0 0 15.680,50 11.202 18.118

8 Tiganderket 0 0 0 0 0 4.701 487 823

9 Simpang Empat 91 3.041 9.098 4.124 1.074 236 0 1.795

10 Neman Teran 0 25.006 18.922 1.871 161 27.426 0 12.021

11 Merdeka 2.132,80 5.605,60 6.152,50 4.126 6.857,50 3.771 519 787

12 Kabanjahe 1.928,20 7.237 20.308 5.550 7.582,50 4.316 4.940 2.565

13 Berastagi 953,3 2.731 4.438 1.733,50 4.715,10 3.079,60 651 1.151

14 Tiga Panah 30,2 3.718 12.957 1.686,50 1.874,50 3 1.638 1.829

15 Dolat Rayat 516,4 2.134,10 2.789 1.115 2.213,80 1.170,70 527 756

16 Merek 0 5.942 5.355 0 730 10.660 286 4.142

17 Barus Jahe 111,4 2.142 637,5 219,6 417,5 170 686 577

Jumlah 5.763,30 57.556,70 81.357 20.425,60 25.625,90 71.289,30 23.524 50.744 Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012

Dari tabel di atas, selain cabai dan tomat, produksi sayuran terbesar di Kabupaten Karo adalah komoditi kentang dan kubis. Kubis memiliki produksi terbesar dengan jumlah produksi 81.357 ton, sedangkan produksi kentang sebesar 57.556,7 ton.

Kebutuhan kentang merupakan kebutuhan untuk kentang sayur. Dewasa ini ada kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi kentang yang lain, seperti kentang goreng (french fries) dan kentang untuk makanan kecil (hasil industri makanan). Bila ada perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut, maka kebutuhan akan kentang dapat semakin tinggi.


(26)

Walaupun ekspor kentang Indonesia masih kecil, dengan melihat adanya kemerosotan baik luas panenan maupun produksi kentang negara-negara maju, peluang Indonesia untuk memasuki pasar dunia sebenarnya cukup terbuka. Dan didukung dengan masih terbukanya peluang di dalam negeri, maka kentang merupakan komoditi yang berprospek cerah (Setiadi, 2000).

Salah satu komoditas sayuran yang telah berhasil menembus pasar ekspor adalah kubis. Menurut salah seorang eksportir kubis besar di Tanah Karo, upaya menembus pasar luar negeri ini sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Salah satu ciri kubis yang diminta pasar ekspor adalah yang berbentuk pipih. Bentuk kepala atau crop yang pipih masih menjadi idola pasar ekspor dan yang lebih penting lagi bobotnya berkisar antara 1,5 – 2 kg atau dalam 20 kilogram kubis berisi 10 hingga 14 buah (Tanindo, 2013).

Dari 5 tahun terakhir volume ekspor sayur kentang dan kubis cenderung meningkat. Ini menunjukkan adanya permintaan yang tinggi setiap tahunnya terhadap sayur tersebut di pasar ekspor. Hal ini dapat dilihat di tabel di bawah ini :

Tabel 2. Data Realisasi Ekspor Kentang dan Kubis di Kabupaten Karo Tahun 2008 - 2012

No. Tahun

Kentang Kubis

Volume (ton)

Nilai (US $)

Volume (ton)

Nilai (US $)

1 2008 29.276,641 15.379.537 51.504,829 8.339.558 2 2009 27.227,276 14.302.969 48.929,588 48.929.588 3 2010 28.316,367 14.875.088 50.886,772 8.239.483 4 2011 29.732,185 15.618.845 53.431,110 8.651.457 5 2012 30.847,140 16.243.359 56.182,665 8.911.800 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo tahun 2012


(27)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, sebesar 53,59 % produksi kentang di Kabupaten Karo ditujukan untuk pasar ekspor dan sebesar 46,41% dipasarkan di dalam negeri. Untuk komoditi kubis, produksi kubis pada tahun 2012 sebanyak 81.357 ton dan sebesar 69,05% dari produksi tersebut di ekspor ke luar negeri.

Kabupaten karo merupakan sentra pertanaman komoditi hortikultura dan merupakan daerah potensi sayuran yang cukup besar sebagai penghasil sayuran. Selain di dalam negeri, sayuran dari Kabupaten Karo juga diminati di negara lain khususnya untuk komoditi kentang, kubis sehingga pola pemasarannya sangat perlu untuk diteliti. Namun bagaimana pola pemasarannya dan lembaga pemasaran yang terlibat belum diketahui. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai hal tersebut di Kabupaten ini.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka diidentifikasikan beberapa masalah yaitu :

1. Bagaimana saluran pemasaran kentang dan kubis oleh Gapoktan bermitra dan Gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor di daerah penelitian ?

2. Bagaimana fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian ?

3. Bagaimana perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian ?


(28)

4. Bagaimana efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian ?

II.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran kentang dan kubis oleh Gapoktan bermitra dan Gapoktan tidak bermitra untuk tujuan ekspor di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran sayur kentang dan kubis untuk tujuan ekspor di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

II.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sektor hortikultura di Kabupaten Karo di bidang pemasaran komoditi hortikultura ke luar negeri.


(29)

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan mengenai pemasaran yang efisien dan efektif dari komoditi kentang dan kubis untuk tujuan ekspor.

3. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III.1 Tinjauan Pustaka

Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200 gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan serat (Rahardi, 2001).

II.1.1 Kentang

Solanum tuberosum adalah nama sesungguhnya dari kentang. Ahli taksonomi memasukkan kentang ke dalam kelas Dicotyledoneae, bangsa/ordo Tubiflorae, suku/famili Solanaceae atau tanaman berbunga terompet, marga/genus Solanum, dan jenis/spesies Solanum tuberosum.

Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, bentuk sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Buahnya berwarna kuning keputihan atau ungu, tumbuh di ketiak daun teratas, dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya berwarna kekuning-kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya lebih cepat masak.


(31)

Buahnya berbentuk buni, buah yang kulit. Dindingnya berdaging, dan mempunyai dua ruang. Di dalam buah berisi banyak calon biji yang yang jumlahnya bisa mancapai 500 biji. Akan tetapi, dari jumlah tersebut yang berhasil menjadi biji hanya sekitar 100 biji (Setiadi, 2000).

Ada berbagai jenis tanaman kentang, namun pada umumnya jenis ini dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu :

a. Kentang kuning

Yakni kentang yang kulit dan daging umbinya berwarna kuning, misalnya Patrones, Rapan, Thung, Granola.

b. Kentang putih

Yakni kentang yang memiliki ciri-ciri kulit dan daging umbi berwarna agak putih, misalnya Donata, Radosa, Maritta.

c. Kentang merah

Yakni kentang yang tanda-tanda kulit umbinya berwarna merah, daging umbi berwana kuning. Misalnya Desirre, Arka, dan lain sebagainya (AAK, 1992).

Sesuai dengan pembawaan serta sifat aslinya, tempat yang disenangi tanaman kentang mula-mula yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya, kentang disebarluaskan ke daerah lain dan ternyata bisa tumbuh dan beradaptasi di daerah-daerah beriklim sedang (subtropis). Kemudian, meluas lagi ke daerah tropis yang memiliki dua musim, seperti Indonesia atau daerah-daerah di sekitar garis katulistiwa.

Kentang yang dapat tumbuh di daerah tropis tetap saja membutuhkan daerah yang berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara


(32)

15-180 C pada malam hari dan 24-300 C pada siang hari. Tanah yang paling baik buat kentang adalah tanah yang gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah diresapi air dan mengandung humus yang tinggi. Tanah dengan kondisi seperti itu, bisa menjaga kelembapan tanah ketika musim hujan. Kelembapan tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah diserang oleh penyakit busuk batang/leher akar.

Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk kentang bervariasi, tergantung dari varietasnya. Misalnya, kentang french fries cocok ditanam di tanah dengan pH 7,0, sedangkan kentang lokal dapat tumbuh baik pada ph 5,0-5,5 (Setiadi, 2000).

II.1.2 Kubis

Kubis kepala alias kol (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4-5% vitamin B, 5-6% kapur dan besi dari kebutuhan tubuh manusia.

Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2 cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun yang di


(33)

patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang tidak bisa bercabang.

Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun-daun bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm. Daun-daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi Daun-daun-Daun-daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin banyak sehingga seakan-akan membentuk telur atau kepala.

Varietas yang termasuk kol dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu kubis putih, kubis merah, dan kubis savoy.

1. Kubis putih

Berdasarkan bentuk kropnya, kol putih dibedakan menjadi tiga macam yaitu, kubis putih kepala bulat, kepala bulat datar, dan kepala bulat runcing.

a. Kubis putih kepala bulat

Kubis putih kepala bulat bercirikan bentuk kropnya bulat dan kompak. Teras atau hatinya kecil. Daun berukuran kecil sampai sedang. Warna daun hijau muda. Mempunyai beberapa daun luar dan batangnya pendek. Umur panen antara 60-120 hari dengan berat antara 1,5-5,0 kg per krop.

b. Kepala bulat

Bentuk krop kubis kepala bulat dataran bulat dengan bagian atasnya datar. Garis tengah krop lebih panjang dari tingginya sehingga terkesan gepeng. Oleh karenanya kubis ini lebih populer disebut kol gepeng. Kropnya berongga, kurang kompak. Daun bagian luar melengkung ka dalam dan menutup krop dengan


(34)

longgar. Warna daun hijau muda. Umur tanaman dapat mencapai 150 hari. Berat kubis ini dapat mencapai 5-8 kg per krop.

c. Kepala bulat runcing

Bentuk kropnya bulat tetapi bagian atasnya meruncing atau dapat disebut bentuk kerucut. Untuk menggolong-golongkan kubis ini sulit karena saling tindih antara varietas yang satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat penting dari kubis ini dalam hal bentuk, besar kepala, warna daun, dan jumlah daun pembungkus kepala. 2. Kubis merah

Karena daunnya berwarna merah keunguan, kubis jenis ini disebut kol merah. Umumnya bentuk kropnya bulat. Untuk varietas yang berumur kurang dari 3 bulan, berat kropnya antara 1-2 kg. Sedangkan varietas yang berumur antara 120-150 hari, berta kropnya 2-4 kg. Varietas kubis merah yang dibudidayakan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan kol putih.

3. Kubis savoy

Kubis savoy dikenal juga dengan sebutan kubis keriting atau kubis babat. Disebut kubis keriting karena daunnya keriting. Bentuk kropnya ada yang bulat, dan ada yang kerucut. Umur panen antara 70-90 hari. Beratnya dapat mencapai 3,5 kg per krop. Dibandingkan kubis putih, kubis savoy kurang diminati petani maupun konsumen. Oleh petani, kubis ini dianggap susah dalam mengendalikan hama.

Secara umum kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun demikian, pertumbuahnnya akan ideal bila di tanam pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik. Kubis tidak dapat tumbuh dengan baik di tanah yang sangat asam. Kubis yang ditanam pada tanah ber-pH 4,3, produksinya sangat


(35)

Pengapuran dengan kapur pertanian dolomit (MgCO3 CaCO3) dapat menaikkan pH tanah dari asam menjadi agak asam atau netral. Pengapuran juga dapat dengan kapur bangunan (kapur mati) atau CaOH2.

Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah sub-tropis termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya masuk ke masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15-20 0C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60-90%. kalau temperatur melebihi 25%, pertumbuhan akan terhambat (Pracaya, 2001).

Di Tanah Karo, kubis dengan nama Grand 11 menjadi salah satu varietas yang diminati petani dan juga pedagang. Bahkan salah satu produk unggulan dari Cap Kapal Terbang ini mampu menembus pasar ekspor. Kubis Grand 11 memiliki daya adaptasi yang bagus terhadap kondisi lingkungan setempat, sehingga kubis ini bisa tumbuh optimal meskipun ditanam saat musim hujan ataupun kemarau. Hanya saja untuk memperoleh hasil yang optimal tersebut sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian 500-1.500 mdpl (Tanindo, 2013).

III.2 Landasan Teori

II.2.1 Kelompok Tani

Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Menurut Mulyana (2005), kelompok adalah sekumpulan


(36)

orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Departemen Pertanian RI memberi batasan bahwa kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani (Anonimous, 1980).

Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut :

− Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.

− Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.

− Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang.

− Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal (Anonimous, 2007).

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan kumpulan dari beberapa kelompok tani yang beranggotakan produsen petani, yang dalam hal ini adalah petani sayur mayur. Petani biasanya memasarkan sayur dan buah kepada Gapoktan. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki kemampuan untuk


(37)

penyimpanan, pengolahan dan fungsi yang lainnya yang berhubungan dengan pemasaran. Petani juga tidak memiliki pengetahuan dan fasilitas yang diperlukan untuk berbagai hasil taninya dapat di jual ke pasar ekspor. Karena itu diperlukan lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke tujuan ekspor.

II.2.2 Pemasaran

Pada dasarnya manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan menyangkut perencanaan pelaksanaan, peorganisasian, pengendalian atau pengawasan dari kegiatan pemasaran untuk membentuk atau memelihara keuntungan yang diperoleh, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Karena perkembangan teknologi yang ada di masyarakat, maka pengertian “marketing”, atau pemasaran yang lebih populer adalah atas dasar sistem pertukaran, artinya memperoleh barang dan jasa dengan jalan membayar dengan alat tukar (uang, cek, dan sebagainya).

Sistem pertukaran barang dan jasa ini dapat berhasil dengan baik kalau didukung oleh faktor pendukungnya seperti transfortasi, perbankan, asuransi, peraturan-peraturan pemerintah, kelembagaan (pedagang, tengkulak, pengecer, eksportir, importir) dan sebagainya. Begitu pula hanya dengan faktor eksternalitas yang mempengaruhi sistem pertukaran barang dan jasa tersebut. Beberapa faktor yang sering ditemukan dan mampu mempengaruhi berubahnya sistem petukaran barang dan jasa tersebut adalah faktor “behavioral”, sosial, struktural, lingkungan, ekonomi, dan manajerial (Soekartawi, 2003).


(38)

Sebagai proses produksi yang komersial maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian yang memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran ( Sudiyono, 2004 ).

Dalam mendesain konsep pemasaan, peranan konsumen, masyarakat dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus. Paling ada tiga hal yang perlu di perhatikan dalam mendesain konsep pemasaran yaitu :

a. Identifikasi keinginan konsumen. Untuk mengetahuinya diperlukan penelitian yang cermat .

b. Identifikasi terhadap produk yang di pasarkan. Hal ini mendukung pengertian bahwa buat apa produk itu dipasarkan dan bukan sebaliknya membuat produk untuk di jual; dan

c. Identifikasi dan sekaligus menciptakan dan membina konsumen. Disinilah faktor dari konsep pemasaran yaitu tindakan untuk menciptakan dan membina langganan pada semua segmen yang ada. Oleh karena itu identifikasi konsumen ini perlu di ikuti dengan identifikasi segmen pasar, karena konsumen pada segmen pasar tertentu akan menentukan macam dan kualitas barang yang akan diminta. (Soekartawi, 2003)


(39)

Saluran pemasaran/ saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 1995).

Istilah saluran (channel) adalah berasal dari bahasa latin canalis, yang berarti kanal. Suatu saluran pemasaran dapat dilihat sebagai suatu kanal yang besar atau saluran pipa yang di dalamnya mengalir sejumlah produk, kepemilikan, komunikasi, pembiayaan dan pembayaran, resiko yang menyertai mengalir ke pelanggan. Secara formal, suatu saluran pemasaran (juga disebut sebuah channel of distribution) merupakan suatu struktur bisnis dari organisasi yang saling bergantung yang menjangkau dari titik awal suatu produk sampai ke pelanggan dengan tujuan konsumsi akhir (Lamb, C. dkk, 2001).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi (3) tiga, yaitu : Pertama, lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti agen perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying broker). Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoiti pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importir, dan ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi.


(40)

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

b. Pedagang besar, untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasran yang disebut dengan pedagang besar. Pedagang besar melakukan proses distribusi (penyebaran) ke agen penjualan ataupun pengecer.

c. Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada agen penjualan ataupun pengecer.

d. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.

Dengan demikian, tingginya marjin pemasaran melalui lembaga kebijaksanaan pedagang perantara yang terlibat. Dilihat dari fungsinya, pedagang tersebut terlibat dalam pelaksanaan fungsi pemasaran baik fungsi pertukaran, fungsi fisik, maupun fungsi fasilitas. Dihadapkan dengan sifat produk pertanian yang “perishable” maka setelah produsen, perantara merupakan lembaga yang paling besar menganggung resiko, sehingga tidak mengherankan kalau selama ini untuk mengurangi kerugian, para perantara menekan pihak produsen dan konsumen (Ginting, 2006).


(41)

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran bermacam-macam, pada prinsipnya terdapat tiga tipe pemasaran, yaitu 1) fungsi pertukaran (exchange function), 2) fungsi fisik (physical function) dan 3) fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function).

Fungsi pertukaran dalam pemasran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi penyediaan fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2004).

Untuk menanggulangi besarnya biaya-biaya, pedagang besar akan mengambil kebijakan-kebijakan di dalam usahanya, khususnya kebijakan di dalam pemasaran dan lebih khusus lagi adalah kebijakan harga penjualnya. Salah satu masalah dari pemasaran hasil pertanian adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang diterima konsumen. Harga yang rendah ditingkat petani akan menyebabkan menurunnya kegairahan petani untuk meningkatkan produksinya (Ginting, 2006).


(42)

Biaya pemasaran suatu produk baiasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang di dua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir (wholeseller market) atau antara grosir dan eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Marketing marjin/ marketing charge atau farm retail spread adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima oleh produsen. Besarnya marketing marjin ini oleh lembaga pemasaran disebarkan atau dialokasikan, di antaranya untuk biaya-biaya pengumpulan, pengolahan, pergudangan, packing, dan keuntungan pedagang (Ginting, 2006).

Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu usahatani maka akan mengakibatkan semakin tinggi harga yang nantinya harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu usaha tani maka saluran pemasaran itu dapat dikatakan semakin tidak efisien. Di samping itu, menurut (Mubyarto, 1977) kriteria yang menyatakan bahwa pemasaran itu efisien atau tidak adalah antara lain :

1. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.


(43)

2. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan tataniaga.

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Suatu produk dapat dijual di pasar dalam negeri, tetapi bisa juga dijual di luar negeri tanpa memerlukan perubahan. Penjualan semacam ini disebut penjualan ekspor (export selling) tetapi kalau produk itu sebelum dijual ke luar negeri perlu diubah bentuknya, ukurannya, bahannya, maupun warnanya, maka penjualan ke luar negeri itu disebut Pemasaran Ekspor (Amir, 2004).

III.3 Kerangka Pemikiran

Gabungan kelompok tani ini memegang peran kunci dalam ekspor sayur kentang dan kubis. Beberapa Gabungan kelompok tani telah bekerjasama dengan pengekspor, namun sebahagian Gabungan kelompok tani tidak membuat kesepakatan oleh pengekspor tertentu. Untuk Gabungan kelompok tani yang bermitra, komoditi kentang dan kubis ini dijual langsung kepada perusahaan ekspor dengan jumlah produksi dan harga yang telah disepakati sebelumnya. Adapun peran pedagang pengumpul yaitu menghimpun seluruh produksi petani dari Gapoktan yang bermitra untuk selanjutnya didistribusikan ke perusahaan ekspor. Untuk Gabungan kelompok tani yang tidak bermitra, produksi kentang dan kubis dijual ke pedagang perantara dan pedagang kecamatan sebelum sampai ke perusahaan ekspor.


(44)

Ada beberapa saluran pemasaran produk pertanian yang ditujukan untuk segmen pasar konsumen, demikian juga dengan sayur kentang dan kubis. Dalam saluran pemasaran kentang dan kubis ada beberapa pihak yang terlibat yaitu, petani kentang dan kubis sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan eksportir. Panjang - pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut.

Pedagang perantara yang terlibat mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Fungsi – fungsi pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan atau transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta kegiatan pendistribusian, penerapan standardisasi produk, penyediaan dana (financing), penanggungan resiko, serta penyediaan, informasi pasar. Pelaksanaan fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran menyebabkan terbentuknya biaya pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran suatu produk, maka semakin besar pula biaya pemasaran yang harus dikeluarkan.

Dalam menjalankan fungsi – fungsi pemasaran, pedagang perantara memperoleh balas jasa berupa margin pemasaran yaitu selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran ini oleh pedagang perantara dialokasikan di antaranya untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga yang terlibat di dalam penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran, dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka saluran pemasaran tersebut akan semakin tidak efisien. Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :


(45)

Gapoktan yang sudah bermitra :

1. Sada Perarih

2. Lau Dimbo Simacem

3. Tani Maju

4. Maju Bersama

Gapoktan yang belum bermitra :

− Kecamatan Naman Teran

Kentang Kubis

Petani Gapoktan

Pedagang Perantara

Eksportir

Singapura

Fungsi Pemasaran

Biaya Pemasaran

Margin Pemasaran

Harga di Tingkat Petani Gapoktan

Efisiensi Pemasaran

Kentang Kubis

Petani Gapoktan

Pedagang Perantara

Eksportir

Singapura Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

: Menyatakan pengaruh : Menyatakan hubungan


(46)

III.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau dugaan sementara yang ditetapkan dalam pemasaran tujuan ekspor sayur kentang dan kubis adalah :

1. Terdapat beberapa saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra di daerah penelitian.

2. Adanya fungsi-fungsi pemasaran kentang dan kubis yang dilakukan di tiap-tiap lembaga pemasaran di daerah penelitian.

3. Terdapat perbedaan biaya pemasaran, margin tata niaga dan distribusinya pada masing-masing lembaga pemasaran di daerah penelitian.

4. Saluran pemasaran kentang dan kubis oleh gapoktan bermitra dan gapoktan tidak bermitra sudah efisien di kedua daerah penelitian.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

IV.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif (Sugiarto, dkk., 2001) di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan dasar pertimbangan adalah karena kabupaten ini merupakan salah satu daerah potensi sayuran terbesar sebagai penghasil sayuran.

Tabel 3. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kentang Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011

Tabel 4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kubis Per Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2011

No Kabupaten Produksi

(Ton)

Luas Lahan (Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Mandailing Natal 126 9 14

2 Tapanuli Utara 6.956 325 21,40

3 Toba Samosir 189 10 18,90

4 Simalungun 98.526 3.671 26,83

5 Dairi 13.155,45 469 28,05

6 Karo 69.365 3052 22,72

7 Humbang Hasundutan 4.866,50 195 24,95

8 Samosir 231,30 117 1,97

Jumlah 193.415,25 7.848

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011

No Kabupaten Produksi

(Ton)

Luas Lahan (Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Mandailing Natal 209 9 23,22

2 Tapanuli Utara 3.619,86 300 12,06

3 Toba Samosir 68 4 17

4 Simalungun 66.607 3.178 20,95

5 Dairi 7.783 362 21,5

6 Karo 45.171 2.631 17,16

7 Humbang Hasundutan 2.959 144 20,54

8 Samosir 15.919,60 721 22,07


(48)

Dalam hal ini, ada dua bagian yang diteliti dalam pemasaran komoditi kentang dan kubis, yaitu gapoktan yang bermitra dengan perusahaan dengan gapoktan yang tidak bermitra dengan perusahaan. Untuk gapoktan yang bermitra dengan perusahaan ekspor, terdapat empat gapoktan yang diteliti yaitu

1. Sada Perarih berada di Desa Sukanalu,Kecamatan Barusjahe

2. Lau Dimbo Simacem berada di Desa Bunuraya,Kecamatan Tiga Panah 3. Tani Maju berada di Desa Dokan,Kecamatan Merek

4. Maju Bersama berada di Desa Tiga panah, Kecamatan Tiga Panah

Adapun daerah yang ditentukan mewakili gapoktan yang tidak bermitra yaitu Kecamatan Naman Teran. Kecamatan Naman Teran dipilih karena Kecamatan memiliki luas lahan dan produksi kentang dan kubis yang besar, walaupun produktivitasnya bukan merupakan yang tertinggi.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kentang Per Kecamatan di Kabupaten Karo

No. Kecamatan Produksi Luas Tanam Produktivitas

(Ton) (Ha) (Ton/Ha)

1 Mardinding 0 0 0

2 Lau Baleng 0 0 0

3 Tiga Binanga 0 0 0

4 Juhar 0 0 0

5 Munte 0 0 0

6 Kuta Buluh 0 0 0

7 Payung 0 0 0

8 Tiganderket 0 0 0

9 Simpang Empat 3.041 210 14,48

10 Naman Teran 25.006 1.073 23,30

11 Merdeka 5.605,60 416 13,47

12 Kabanjahe 7.237 362 19,99

13 Berastagi 2.731 123 22,20

14 Tiga Panah 3.718 311 11,95

15 Dolat Rayat 2.134,10 67 31,85

16 Merek 5.942 322 18,45

17 Barus Jahe 2.142 104 20,59

Jumlah 57556,7 2.988


(49)

Tabel 6. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Kubis Per Kecamatan di Kabupaten Karo

No. Kecamatan Luas Tanam Produksi Produktivitas

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

1 Mardinding 0 0 0

2 Lau Baleng 0 0 0

3 Tiga Binanga 0 0 0

4 Juhar 0 0 0

5 Munte 9 700 77,77

6 Kuta Buluh 0 0 0

7 Payung 0 0 0

8 Tiganderket 0 0 0

9 Simpang Empat 267 9.098 34,07

10 NamanTeran 855 18.922 22,13

11 Merdeka 235 6.152,50 26,18

12 Kabanjahe 503 20.308 40,37

13 Berastagi 134 4.438 33,11

14 Tiga Panah 623 12.957 20,79

15 Dolat Rayat 75 2.789 37,18

16 Merek 143 5.355 37,44

17 Barus Jahe 63 637,5 10,11

Jumlah 2.907 81.357

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012

IV.2 Metode Penentuan Sampel

III.2.1 Produsen

Populasi dalam hal ini adalah petani yang merupakan anggota gapoktan yang mengusahakan tanaman kentang dan kubis sebagai komoditas utamanya. Jumlah populasi petani ketang dan kubis di Kecamatan Naman Teran sebanyak 1.855 petani dengan jumlah kelompok tani sebanyak 14 gapoktan. Untuk empat gapoktan yang sudah bermitra dengan perusahaan ekspor, jumlah populasi petani kentang dan kubis sebanyak 175 petani.

Penarikan sampel digunakan dengan menggunakan metode simple random sampling atau acak sederhana yaitu proses pengambilan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu per satu secara random (semua mendapatkan kesempatan


(50)

yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih, tidak dapat dipilih lagi. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel petani setiap bagian. Hal ini sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik ukuran sampel paling minimum 30 (Hasan, 2002).

Tabel 7. Jumlah Sampel Hubungan

Mitra Daerah Komoditi

Sampel (Petani)

Gapoktan tidak bermitra

Kecamatan Naman Teran

Kentang Kubis 15 15 Gapoktan bermitra

1. Sada Perarih, Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe

2. Lau Dimbo Simalem, Desa Bunuraya,Kecamatan Tiga panah 3. Tani maju, Desa Dokan,Kecamatan

Merek

4. Maju bersama, Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah

Kentang Kubis

15 15

Jumlah 60

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk sampel petani dari gapoktan tidak bermitra dipilih 30 petani sampel dimana dipilih 15 sampel untuk petani kentang dan 15 sampel untuk petani kubis. Untuk sampel petani dari gapoktan bermitra dipilih 30 petani sampel yang mencakup keempat gapoktan yang bermitra dengan perusahaan ekspor yaitu Gapoktan Sada Perarih, Gapoktan Lau Dimbo Simalem, Gapoktan Tani Maju, dan Gapoktan Maju Bersama. Dari keempat gapoktan di atas dipilih 15 sampel petani kentang dan 15 sampel petani kubis.

III.2.2 Pedagang atau Lembaga Pemasaran

Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan kentang dan kubis hasil produksi petani hingga ke perusahaan ekspor. Pedagang perantara ditentukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menelusuri semua


(51)

pedagang yang terlibat dan yang mengambil kentang dan kubis hasil produksi produsen sampel di daerah penelitian mulai dari pedagang pengumpul sampai pedagang besar.

IV.3 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani yang menjadi sampel dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Karo dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Karo dan Kecamatan Naman Teran diperoleh dengan mengisi form dan checklist sesuai dengan data yang diinginkan.

IV.4 Model Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk menguji identifikasi masalah (1) diuji dengan analisis deskriptif berdasarkan survei dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian serta dengan melakukan wawancara langsung dengan pedagang sehingga diperoleh informasi mengenai saluran pemasaran kentang dan kubis itu sendiri.

Untuk menguji identifikasi masalah (2) diuji dengan analisi deskriptif, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara langsung dengan


(52)

lembaga pemasaran yang terlibat dan menanyakan fungsi-fungsi apa saja yang mereka lakukan selama proses penyampaian kentang dan kubis dan hingga sampai ke tangan lembaga pengekspor.

Untuk menguji identifikasi masalah (3), diperoleh dengan menghitung share margin untuk setiap saluran pemasaran. Dari hasil tersebut, maka dapat diketahui besar margin keuntungan yang diterima masing-masing lembaga pemasaran. Rumus untuk menghitung margin pemasaran adalah

Mji = Cji + ∏i...(1) Mji = Psi - Pbi...(2) Maka akan diperoleh pemasaran total ;

Mj = ΣMji...(3) dimana

Mj = marjin pemasaran total

Cji = biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j

Mji = marjin pada lembaga pemasaran ke- i

Psi = harga penjualan pada lembaga pemasaran ke- i Pbi = harga pembelian pada lembaga pemasaran ke- i ∏i = keuntungan lembaga pemasaran ke- i

Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen. Margin pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang tinggi, tergantung berapa besar biaya-biaya


(53)

yang harus dikeluarkan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).

Untuk menghitung bagian yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran (share margin) digunakan rumus :

Sm = ��

��x 100

Keterangan :

Sm = share margin (%)

Pp = harga yang diterima dari produsen dan pedagang (Rp) Pk = harga yang harus dibayar oleh konsumen (Rp)

Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya-biaya pemasaran menurut komponen yang sama.

Identifikasi masalah (4) dihitung dengan menggunakan analisis tabulasi sederhana, hipotesis yang digunakan adalah :

��� = ��

�� × 100%

dimana : Eps = Efisiensi Pemasaran Bp = Biaya Pemasaran HE = Harga Eceran Kriteria efisiensi :

(HO) : belum efisien (Eps ≥ 50%)

(H1) : sudah efisien (Eps < 50%)

Ep = biaya pemasaran/ nilai produk yang dipasarkan x 100%. Bila nilai Ep < 50%, maka H1 diterima dan HO ditolak. Artinya pemasaran di darah penelitian sudah


(54)

IV.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Supaya tidak terjadi perbedaan pengertian atau kekurang jelasan makna maka berikut dituliskan sema defenisi dari variabel dan batasan opersional.

III.5.1 Defenisi

1. Petani kentang adalah petani yang mengusahakan tanaman kentang baik secara komersial maupun sebagai sampingan dan merupakan anggota Gapoktan

2. Petani kubis adalah petani yang mengusahakan tanaman kubis baik secara komersial maupun sebagai sampingan dan merupakan anggota Gapoktan 3. Gapoktan adalah kumpulan dari beberapa kelompok tani yang beranggotakan

produsen petani.

4. Pemasaran kentang adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian produksi fisik tanaman kentang dari produsen ke perusahaan ekspor.

5. Pemasaran kubis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian produksi fisik tanaman kubis dari produsen ke perusahaan ekspor.

6. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

7. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang menjual kentang dan kubis ke pedagang besar dan membelinya dari petani.


(55)

8. Pedagang besar adalah pedagang yang menjual kentang dan kubis kepada perusahaan ekspor dan membelinya dari pengumpul.

9. Fungsi pemasaran adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa.

10. Biaya tata niaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pedagang perantara dalam menyalurkan kentang dan kubis dari produsen hingga ke perusahaan ekspor.

11. Margin tata niaga adalah perbedaan antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh perusahaan ekspor.

III.5.2 Batasan Operasional

1. Sampel adalah petani kentang dan kubis dan pedagang yang berperan menyampaikan hasil produksi ke perusahaan ekspor.

2. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo. 3. Penelitian dilakukan pada tahun 2013.


(56)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

IIV.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, khususnya di 4 Desa yaitu Desa Sukanalu di Kecamatan Barusjahe, Desa Bunuraya dan Desa Tiga Panah di Kecamatan Tiga Panah, Desa Dokan di Kecamatan Merek dan di Kecamatan Neman Teran.

IV.1.1 Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian dan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegununan Bukit Barisan berada pada ketinggian 280-1.420 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Karo luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Propinsi Sumatera Utara dengan 17 Kecamatan, 252 Desa dan 10 Kelurahan.

Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak diantara 2°50’-3°19’ Lintang Utara dan 97°55’-98°38’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar antara 15,8°C sampai dengan 23,9°C, dengan kelembaban udara rata-rata 87,38 % dan curah hujan sebanyak 170 hari hujan/tahun dan rata-rata kecepatan angin berkisar antara 5,3-14,7 m/detik.


(57)

Batas wilayah Kabupaten Karo adalah :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir. - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun.

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C, dengan kelembaban udara pada tahun 2012 rata-rata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

Menurut kemiringan lereng, daerah Kabupaten Karo sebagian besar mempunyai kemiringan diatas 40 % yang memiliki luas 75.145 Ha atau sebesar 35,52 % dari luas kabupaten. Sedangkan sebagian kecil daera ini mempunyai kemiringan lereng (0,2 %), dengan luas areal 13.600 Ha atau sebesar 6,39 % dari luas Kabupaten Karo. Dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut:

- Datar 2 % = 23.900 Ha = 11,24 % - Miring 15-40 % = 41.169 Ha = 19,35 % - Curam 40 % = 72.737 Ha = 34,19 % - Landai 2-15 % = 74.919 Ha = 35,22 %


(1)

Lampiran 50. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis Untuk Gapoktan Tidak Bermitra oleh Pedagang Pengumpul di Daerah

Penelitian per Hari Tahun

2013

Nomor Sampel 1 2 3 4 Jumlah

Biaya

Rataan per

Gapoktan Rataan / kg Komponen Biaya

Pemasaran Satuan

Volume Pembelian

10.000 kg 10.000 kg 12.000 kg 9000 kg 41.000 kg 10.250 kg

1 Biaya potong/panen Rp 1.000.000 1.500.000 1.500.000 900.000 4.900.000 1.225.000 119,5

2 Biaya transportasi dan

bongkar muat Rp 1.000.000 1.500.000 1.000.000 900.000 4.400.000 1.100.000 107,3

3 Biaya pengopekan dan

pengapuran Rp 1.000.000 300.000 2.400.000 1.720.000 5.420.000 1.355.000 132,2

4 Biaya kapur Rp 80.000 80.000 96.000 80.000 336.000 84.000 8,2

5 Marketing loss 10% 5 % 5 % - - - -

6 Biaya grading dan

Pengemasan Rp 1.350.000 617.500 2.280.000 1.350.000 5.597.500 1.399.375 136,5

7 Biaya bahan

pengemasan Rp

- kertas : 55/kg - rajut : 60/kg - tali : 5/kg

495.000 540.000 45.000

- kertas : 35/kg

- rajut : 55/kg

- tali : 5/kg

332.500 552.500 47.500

- kertas : 35/kg - rajut : 55/kg - tali : 5/kg

399.000 627.000 57.000

- kertas : 50/kg - rajut : 66/kg - tali : 5/kg

450.000 594.000 45.000

Jumlah biaya bahan Rp 1.080.000 932.500 1.083.000 1.089.000 4.184.500 1.046.125 102,1

8 Biaya buang sampah Rp 300.000 300.000 600.000 450.000 1.650.000 412.500 40,2

9 Penyusutan peralatan Rp 1.654 16.767 2.025 2.170 22.616 5.654 0,6

10 Biaya air Rp - - - - - -


(2)

Lampiran 51. Penerimaan Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kubis Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013

No. Sumber Pembelian

Tujuan Penjualan

Volume Penjualan

(kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan

1 Petani Eksportir 9.000 1.600 14.400.000

2 Petani Eksportir 9.500 1.600 15.200.000

3 Petani Eksportir 11.400 1.600 18.240.000

4 Petani Eksportir 9.000 1.600 14.400.000

Total 38.900 6.400 62.240.000

Rataan 9.725 1.600 15.560.000

Lampiran 52. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kubis Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013

No. Sumber Pembelian

Volume Pembelian

(kg)

Harga Beli (Rp)

Jumlah

Biaya Komponen Pemasaran

Biaya Pemasaran

1 Petani 10.000 600 7.000.000 5.821.654 12.821.654

2 Petani 10.000 600 6.000.000 5.284.164 11.284.164

3 Petani 12.000 700 8.400.000 8.971.025 17.371.025

4 Petani 9.000 700 6.300.000 6.501.170 12.801.170

Total 41.000 2.600 27.700.000 26.578.013 54.278.013 Rataan 10.250 650 6.925.000 6.644.503,2 13.569.503,2


(3)

Lampiran 53. Biaya Pemasaran Untuk Komoditi Kentang Untuk Gapoktan Tidak Bermitra oleh Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian

Selama Satu Hari Tahun 2013

No. Sampel

1

2

3

4

Jumlah Biaya

Rataan per

Gapoktan

Rataan / kg

Komponen Biaya

Tata Niaga

Satuan

Volume Pembelian

10.000 kg

10.000 kg

9.000 kg

6.250 kg

35.250 kg

8.813 kg

1

Biaya Transportasi

dan Bongkar Muat

Rp

1.000.000

1.800.000

900.000

300.000

4.000.000

1.000.000

113,5

2

Biaya Pencucian

dan Blower

Rp

410.000

300.000

175.000

187.500

1.072.500

268.125

30,4

3

Biaya Sortasi

Rp

590.000

300.000

175.000

312.500

1.377.500

344.375

39,1

4

Biaya Grading dan

Pengemasan

Rp

424.000

1.000.000

175.000

625.000

2.224.000

556.000

63,1

5

Biaya Bahan

Pengemasan

Rp

- rajut :

50/kg

500.000

- rajut :

50/kg

500.000

- rajut :

50/kg

315.000 - rajut :

50/kg

312.500

1.627.500

406.875

46,2

6

Penyusutan

Peralatan

Rp

2.354

10.752

49.630

5.550

68.286

17.071,5

1,9

7

Biaya Air

Rp

-

-

-

-

-

-

-

8

Biaya Listrik

Rp

4.500

-

16.875

10.000

31.375

7.843,8

0,9

9

Sewa gudang

Rp

-

120.000

-

-

120.000

30.000

3,4

Total

Rp

2.930.854

4.030.752

1.806.505

1.753.050

10.521.161 2.630.290,3


(4)

Lampiran 54. Penerimaan Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kentang Selama Satu Hari di Daerah Penelitian Tahun 2013

No. Sumber Pembelian

Tujuan Penjualan

Marketing Loss

Volume Penjualan

(kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan

1 Petani Eksportir 10 % 9.000 7.700 69.300.000

2 Petani Eksportir 15 % 8.500 7.000 59.500.000

3 Petani Eksportir 10 % 8.100 7.000 56.700.000

4 Petani Eksportir 5 % 5.938 7.500 44.535.000

Total 31.538 29.200 230.035.000

Rataan 7.885 7.300 57.508.750

Lampiran 55. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Untuk Komoditi Kentang Selama Satu Hari di Daerah Penelitian tahun 2013

No. Sumber Pembelian

Volume Pembelian

(kg)

Harga Beli (Rp)

Jumlah

Biaya Komponen Pemasaran

Biaya Pemasaran

1 Petani 10.000 6.000 60.000.000 2.930.854 62.930.854

2 Petani 10.000 6.000 60.000.000 4.030.752 64.030.752

3 Petani 9.000 5.500 49.500.000 1.806.505 51.306.505

4 Petani 6.250 5.800 36.250.000 1.753.050 38.003.050

Total 35.250 23.300 205.750.000 10.521.161 216.271.161 Rataan 8.812,5 5.825 51.437.500 2.630.290,3 54.067.790,3


(5)

Lampiran 56. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis dan kentang oleh PT. Alamanda Sejati Utama per Minggu Tahun 2013

Nama Komoditi

Volume Pembelian

(Kg)

Harga Gapoktan

(Lepas

Packing House) (Rp/kg)

Biaya Transport

dari Gudang Gapoktan

(Rp/kg)

Biaya Cuci, Blower, Grading dan Timbang

(Rp/Kg)

Pengemasan dan Penyusunan

ke Kontainer

(Rp/Kg)

Retribusi Sah (DLLAJR,

dll)

(Rp/kg)

Bea Cukai dan Administrasi di Pelabuhan

(Rp/kg)

Kutipan Illegal

(Rp/kg)

Transportasi dari Belawan ke Singapura (container)

termasuk biaya listrik

(Rp/kg)

Jumlah Biaya Pemasaran

(Rp)

Nilai Ekspor (FOB)

(Rp/kg)

Ukuran

(Kg)

Harga Pembelian Asosiasi di Singapura

(Rp/kg) Kubis

Rp 50.000 83.750.000 1.450.000 - - 950.000 16.750.000 650.000 25.000.000 44.800.000 128.550.000 185.000.000

Rataan /Kg 1.675 29 - - 19 335 13 500 896 2.571 3.700

Kentang

Rp 30.000 198.000.000 900.000 12.000.000 12.000.000 600.000 10.500.000 420.000 15.000.000 51.420.000 249.420.000 Xl = 6.000 79.200.000

Rataan /Kg 6.600 30 400 400 20 350 14 500 1.714 8.314 13.200/ kg

Granola

(medium) =15.000 174.000.000

11.600/ kg

Mini = 6.000 57.600.000 9.600/ kg

Baby = 3.000 16.800.000 5.600/ kg


(6)

Lampiran 57. Biaya Komponen Pemasaran Untuk Komoditi Kubis dan kentang oleh PT. Rama Putra (CV. Buana Agri Sejahtera) Untuk

Satu Hari Tahun 2013

Nama Komoditi

Volume Pembelian

(kg)

Harga Pedagang Pengumpul (Lepas Packing

House)

(Rp/kg)

Biaya Transport dari Gudang

Gapoktan

(Rp/kg)

Biaya Cuci, Blower, Grading dan

Timbang

(Rp/kg)

Pengemasan dan Penyusunan ke

Kontainer

(Rp/Kg)

Biaya transportasi

ke Belawan

(Rp/kg)

Retribusi Sah (DLLAJR, dll)

(Rp/kg)

Transportasi dari Belawan ke Singapura (container)

termasuk biaya listrik

(Rp/kg)

Jumlah Biaya Pemasaran

(Rp)

Nilai Ekspor (FOB)

(Rp/kg)

Ukuran

(kg)

Harga Pembelian Asosiasi di Singapura

(Rp/kg)

Kubis

Rp 25.000 40.000.000 4.500.000 125.000 3.250.000 475.000 13.750.000 22.100.000 62.100.000 82.600.000

Rataan /kg 1.600 180 - 5 130 19 550 884 2.484 3.304

Kentang

Rp 15.000 109.500.000 3.000.000 360.000 5.100.000 1.950.000 300.000 8.250.000 18.960.000 128.460.000 Xl = 10.000 100.000.000

Rataan /kg 7.300 200 24 340 130 20 550 1.264 8.564 10.000/kg

Granola

(medium) = 5.000 47.500.000 9.500/kg