Latar Belakang Ayahanda dan ibunda tercinta, L. Sihaloho dan R. br. Simarmata atas kasih

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional Husodo, dkk, 2004. Indonesia memiliki sumberdaya hortikultura tropika yang berlimpah berupa keanekaragaman genetik yang luas. Demikian pula keanekaragaman genetik sumber daya lahan, iklim, dan cuaca yang dapat dijadikan suatu kekuatan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam agribisnis di masa depan. Produk-produk agribisnis hortikultura tropik nusantara yang terdiri dari buah- buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat merupakan salah satu andalan Indonesia baik di Pasar domestik, regional maupun internasional Rasahan, dkk, 1999. Pengembangan pertanian terutama sayuran tidak cukup hanya mengandalkan potensi lahan atau sistem produksi yang baik saja, karena dapat menghambat perkembangan pertanian tersebut. Untuk meningkatkan kegiatan pertanian diperlukan sistem agribisnis yang baik dan terencana. Lembaga pemasaran sebagai bagian dari sebuah sistem agribisnis perlu untuk diperhatikan kesiapan Universitas Sumatera Utara dan kinerjanya, karena lembaga pemasaran berperan dalam sistem tataniaga hasil pertanian sejak lepas dari produsen sampai ke tangan konsumen. Sayuran mempunyai sifat mudah rusak. Sifat ini menyebabkan munculnya ketergantungan yang tinggi antara konsumen dan pasar, juga antara pasar dan produsen. Selain itu, terdapat sifat-sifat lain yang perlu diketahui pengusaha yaitu, a. Tidak tergantung musim; Sayur-sayuran dibedakan menjadi tanaman sayuran semusim dan tahunan. b. Mempunyai resiko tinggi; Produk sayuran bersifat mudah busuk sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu, harganya pun semakin turun hingga akhirnya tidak bernilai sama sekali. Oleh karena sifatnya mudah busuk rusak dan umur tampilannya pendek maka letak lokasi usaha dari produsen ke konsumen sebaiknya lebih dekat. Selain menjaga mutu, kedekatan lokasi juga menghemat biaya. c. Perputaran modalnya cepat; Walaupun beresiko tinggi, perputaran modal usaha sayuran cukup cepat. Hal ini terkait dengan umur tanaman untuk produksi yang singkat dan adanya permintan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari orang membutukan sayuran Tim Penulis PS, 2008. Harga sayuran di tingkat petani selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga sayuran di tingkat pemasok, hal ini disebabkan karena petani tidak memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Selain itu petani juga tidak memiliki informasi pasar yang lengkap padahal tinggi Universitas Sumatera Utara rendahnya harga jual sayuran tergantung dari informasi pasar Rosdiana Batubara, 2009. Pada umumnya struktur pasar yang dihadapi oleh komoditi pertanian biasanya bersifat bersaing sempurna, sehingga petani bertindak sebagai penerima harga price taker. Pemasaran komoditi pertanian, khususnya sayuran organik harus melalui beberapa lembaga pemasaran sehingga panjangnya saluran pemasaran mengakibatkan penerimaan di tingkat petani rendah. Salah satu komoditi pertanian yang tumbuh subur di Kabupaten Karo adalah komoditi hortikultura, baik hortikultura semusim maupun tahunan yang cakupannya cukup luas yaitu meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Komoditi tersebut banyak diusahakan oleh rumah tangga pertanian di Kabupaten Karo yang hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, beberapa hasil komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan ada yang di ekspor ke luar negeri BPS Kabupaten karo, 2003. Sumatera Utara memiliki potensi alam yang sangat baik untuk mengusahakan komoditi pertanian khususnya hortikultura. Kabupaten Karo yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara adalah daerah terbesar yang memproduksi sayur-sayuran, dilihat dari iklim, suhu dan kondisi lahannya yang sangat mendukung. Berikut akan disajikan jumlah produksi sayur-sayuran yang diusahakan di Kabupaten Karo pada tahun 2012. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Data Produksi Sayur Mayur Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2012 No. Kecamatan Produksi Ton Bawang Daun Kentang Kubis Kembang Kol Wortel Tomat Terung Cabe 1 Mardinding 148 2 Lau Baleng 10 707 3 Tiga Binanga 60 1.317 4 Juhar 32 5 Munte 700 15,5 2.578 2.988 6 Kuta Buluh 988 7 Payung 0 15.680,50 11.202 18.118 8 Tiganderket 4.701 487 823 9 Simpang Empat 91 3.041 9.098 4.124 1.074 236 1.795 10 Neman Teran 25.006 18.922 1.871 161 27.426 0 12.021 11 Merdeka 2.132,80 5.605,60 6.152,50 4.126 6.857,50 3.771 519 787 12 Kabanjahe 1.928,20 7.237 20.308 5.550 7.582,50 4.316 4.940 2.565 13 Berastagi 953,3 2.731 4.438 1.733,50 4.715,10 3.079,60 651 1.151 14 Tiga Panah 30,2 3.718 12.957 1.686,50 1.874,50 3 1.638 1.829 15 Dolat Rayat 516,4 2.134,10 2.789 1.115 2.213,80 1.170,70 527 756 16 Merek 5.942 5.355 730 10.660 286 4.142 17 Barus Jahe 111,4 2.142 637,5 219,6 417,5 170 686 577 Jumlah 5.763,30 57.556,70 81.357 20.425,60 25.625,90 71.289,30 23.524 50.744 Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo tahun 2012 Dari tabel di atas, selain cabai dan tomat, produksi sayuran terbesar di Kabupaten Karo adalah komoditi kentang dan kubis. Kubis memiliki produksi terbesar dengan jumlah produksi 81.357 ton, sedangkan produksi kentang sebesar 57.556,7 ton. Kebutuhan kentang merupakan kebutuhan untuk kentang sayur. Dewasa ini ada kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi kentang yang lain, seperti kentang goreng french fries dan kentang untuk makanan kecil hasil industri makanan. Bila ada perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut, maka kebutuhan akan kentang dapat semakin tinggi. Universitas Sumatera Utara Walaupun ekspor kentang Indonesia masih kecil, dengan melihat adanya kemerosotan baik luas panenan maupun produksi kentang negara-negara maju, peluang Indonesia untuk memasuki pasar dunia sebenarnya cukup terbuka. Dan didukung dengan masih terbukanya peluang di dalam negeri, maka kentang merupakan komoditi yang berprospek cerah Setiadi, 2000. Salah satu komoditas sayuran yang telah berhasil menembus pasar ekspor adalah kubis. Menurut salah seorang eksportir kubis besar di Tanah Karo, upaya menembus pasar luar negeri ini sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Salah satu ciri kubis yang diminta pasar ekspor adalah yang berbentuk pipih. Bentuk kepala atau crop yang pipih masih menjadi idola pasar ekspor dan yang lebih penting lagi bobotnya berkisar antara 1,5 – 2 kg atau dalam 20 kilogram kubis berisi 10 hingga 14 buah Tanindo, 2013. Dari 5 tahun terakhir volume ekspor sayur kentang dan kubis cenderung meningkat. Ini menunjukkan adanya permintaan yang tinggi setiap tahunnya terhadap sayur tersebut di pasar ekspor. Hal ini dapat dilihat di tabel di bawah ini : Tabel 2. Data Realisasi Ekspor Kentang dan Kubis di Kabupaten Karo Tahun 2008 - 2012 No. Tahun Kentang Kubis Volume ton Nilai US Volume ton Nilai US 1 2008 29.276,641 15.379.537 51.504,829 8.339.558 2 2009 27.227,276 14.302.969 48.929,588 48.929.588 3 2010 28.316,367 14.875.088 50.886,772 8.239.483 4 2011 29.732,185 15.618.845 53.431,110 8.651.457 5 2012 30.847,140 16.243.359 56.182,665 8.911.800 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo tahun 2012 Universitas Sumatera Utara Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, sebesar 53,59 produksi kentang di Kabupaten Karo ditujukan untuk pasar ekspor dan sebesar 46,41 dipasarkan di dalam negeri. Untuk komoditi kubis, produksi kubis pada tahun 2012 sebanyak 81.357 ton dan sebesar 69,05 dari produksi tersebut di ekspor ke luar negeri. Kabupaten karo merupakan sentra pertanaman komoditi hortikultura dan merupakan daerah potensi sayuran yang cukup besar sebagai penghasil sayuran. Selain di dalam negeri, sayuran dari Kabupaten Karo juga diminati di negara lain khususnya untuk komoditi kentang, kubis sehingga pola pemasarannya sangat perlu untuk diteliti. Namun bagaimana pola pemasarannya dan lembaga pemasaran yang terlibat belum diketahui. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai hal tersebut di Kabupaten ini.

I.2 Identifikasi Masalah