RISIKO SUKU BUNGA lanjutan INTEREST RATE RISK continued
PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk
DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASI Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 Desember 2012 dan 2011 Disajikan dalam jutaan rupiah,
kecuali dinyatakan lain PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH
JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
Years ended December 31, 2012 and 2011 Expressed in millions of rupiah,
unless otherwise stated
186
49. RISIKO OPERASIONAL 49. OPERATIONAL RISK
Risiko operasional adalah risiko kerugian langsung ataupun tidak langsung yang terjadi karena tidak
memadainya atau karena adanya kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem atau adanya masalah eksternal yang dapat mempengaruhi operasional Bank dan entitas anak.
Operational risk is a direct or indirect losses risk incurred by insufficient or malfunction of internal
processes, human error, system failure, or external problems that affect the operations of the Bank
and subsidiaries.
Sebagai wujud pelaksanaan proses pengawasan terhadap risiko operasional yang mungkin terjadi,
Bank dan entitas anak telah mengembangkan suatu sistem dengan menggunakan metodologi
pengukuran sendiri, menggunakan tools Risk Control Self Assessment RCSA yang dilakukan
oleh masing-masing risk taking unit, melakukan penilaian terhadap terhadap indikator-indikator
utama Key Risk Indicator Bank yang digunakan sebagai early warning system serta wajib
melaporkan timbulnya kerugianpotensi kerugian yang timbul akibat risiko operasional dalam tools
Lost Event Database LED. Keseluruhan proses dimaksud merupakan upaya guna meningkatkan
budaya risk awareness terhadap potensi-potensi risiko yang dihadapi oleh Bank dan sebagai
pedoman bagi manajemen guna melakukan pengendalian dan mitigasi terhadap dampak risiko
yang timbul. As a form of implementation of the monitoring
process to the operational risks that may occur, Bank and subsidiaries have developed a system
using its own measurement methodology, using tools Risk Control Self Assessment RCSA
conducted by each risk taking unit. Besides it, every month each risk-taking unit take an
assessment of the Bank’s key indicators Key Risk Indicators which are used as an early warning
system and also requirement report potential losses arising from operational risks in Lost Event
Database LED tools. The entire process is an attempt to intensify a risk awareness culture to
potential risks encountered by the Bank and as a guideline for management in order to control and
mitigate the impact of arising risks.
Disamping melakukan proses manajemen risiko terhadap risiko yang melekat dalam aktivitas
existing, Bank dan entitas anak juga menerapkan manajemen risiko secara menyeluruh atas rencana
penerbitan produk dan aktivitas baru sesuai dengan jenis risiko yang telah ditetapkan dalam
PBI No. 58PBI2003 beserta perubahannya melalui
PBI No.
1125PBI2009 tentang
penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan SE BI No. 1135DPNP tanggal 31 Desember
2009 perihal Pelaporan Produk dan Aktivitas Baru. In addition of conducting risk management process
for inherent risk in the existing activity, the Bank and subsidiaries also implement a comprehensive
risk management for issuance of new products and activities plan and in accordance with the type of
risk that has been established in PBI No. 58PBI2003 and its amandement through PBI No.
1125PBI2009 on the Implementation of Risk Management for Bank and Bank Indonesia Circular
Letter No. 1135DPBP dated December 31, 2009, regarding New Products and Activities Report.
Sejak tahun 2010, Bank dan entitas anak telah mengalokasikan
kebutuhan modal
risiko operasional berdasarkan Basel Committee on
Banking Supevision dan SE BI No. 1113DPNP tanggal 27 Januari 2009 perihal Perhitungan Aset
Tertimbang Menurut
Risiko ATMR
Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan
Indikator Dasar PID. Bank dan entitas anak menggunakan
metodologi pendekatan
Basic Indicator
dan saat
ini masih
melakukan pengembangan terhadap perhitungan penyisihan
modal dengan metode Standardized Approach serta pengumpulan data risiko yang digunakan
dalam perhitungan
beban modal
Risiko Operasional dengan menggunakan pendekatan
yang lebih kompleks Advanced Measurement Approach.
Since 2010, the Bank and subsidiaries have been allocating operational risk capital requirements
under Basel Committee on Banking Supervision and
Bank Indonesia
Circular Letter
No. 1113DPNP dated Januari 27, 2009 regarding the
calculation of Risk Weighted Assets RWA Operational risk by Using the Basic indicator
Approach BIA. The Bank and subsidiaries using Basic Indicator approach and methodology, are
currently doing a development of the capital allowance calculation by using Standardize
Approach method and the collection of risk data which are used in calculating operational in capital
charges risks using a more complex approach Advanced Measurement Approach.
PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk
DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASI Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 Desember 2012 dan 2011 Disajikan dalam jutaan rupiah,
kecuali dinyatakan lain PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH
JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk AND SUBSIDIARIES
NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
Years ended December 31, 2012 and 2011 Expressed in millions of rupiah,
unless otherwise stated
187
49. RISIKO OPERASIONAL lanjutan 49. OPERATIONAL RISK continued
Bank telah mengembangkan suatu kerangka kerja serta kebijakan dan pedoman Business Continuity
Management BCM yang digunakan sebagai contingency plan bagi Bank dalam rangka
meminimalkan kerugian yang timbul dari potensi- potensi risiko operational yang disebabkan oleh
faktor eksternal seperti bencana alam, kebakaran, serta gangguan lainnya seperti gangguan sistem,
listrik, saluran komunikasi dan lain-lain yang berada diluar kewenangan Bank dan entitas anak.
Ruang lingkup BCM terdiri dari Business Continuity Plan BCP sebagai prosedur kelangsungan usaha
Bank dan entitas anak serta Emergency Response Plan ERP sebagai prosedur tanggap darurat
bencana dalam rangka penyelamatan data dan asset serta Disaster Recovery Plan DRP sebagai
prosedur kelangsungan sistem dan infrastruktur pendukung
Teknologi Informasi
dan terus
disempurnakan serta
disesuaikan dengan
perkembangan bisnis dan sistem yang dimiliki Bank dan entitas anak.
Bank has developed a framework as weel as policies and also guidelines for Business Continuity
Management BCM which are used as a contingency plan for the Bank and subsidiaries in
order to minimize losses arising from potential operational risks caused by external factors such
as natural disasters, fires, and other disruptions such as system, electricity, communication lines,
and others that are outside the Bank’s and subsidiaries’ authority. The scope of BCM consists
of Business Continuing Plan BCP as the Bank’s and subsidiaries’ business continuity procedures
and Emergency Response Plan ERP as an emergency procedure in order to save data and
assets also a Disaster Recovery Plan DRP as the continuity procedures for systems and supporting
infrastructures of Information Technology and also enhanced and adapted continuously to business
development and systems held by The Bank and subsidiaries.