Kinerja Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Kinerja Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

Kinerja bidan dalam penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal adalah hasil kerja yang dicapai oleh bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja bidan mengacu kepada tugas pokok dan fungsi bidan Puskesmas PONED. Berdasarkan hasil jawaban bidan di puskesmas PONED tentang kinerja sebanyak 47,1 pada kategori tidak baik. Fenomena rendahnya kinerja bidan ditunjukkan dari beberapa jawaban responden seperti tidak pernah melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat 38,2, tidak pernah melakukan kegiatan pembinaan peran serta masyarakat 35,2 dan tidak pernah melakukan pencatatan partograf untuk mengetahui kemajuan persalinan dan keadaan ibu 35,2. Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal meliputi kartu hamil, pencatatan persalinan termasuk partograf, pencatatan pertolongan persalinan dukun, register kohort ibu dan register kohort bayi. Register- register ini memuat informasi tentang semua persalinan di wilayah kerja yang dilakukan oleh Bidan di Desa. Sistem informasi lain adalah PWS-KIA Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak yang merupakan alat pemantauan Universitas Sumatera Utara program KIA yang digunakan di puskesmas untuk memantau cakupan pelayanan dan untuk merencanakan kegiatan tindak lanjut. Sesuai pendapat PP IBI 2001 Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu para bidan, agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai kompetensi yang dimiliki serta wewenang yang diberikan, hendaknya selalu berpedoman pada standar pelayanan kebidanan yang ada, selain adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai, karena dalam pelayanan kesehatan sumber daya kesehatan dan ketersediaan sarana maupun prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan. Syarat yang harus dimiliki oleh bidan untuk mampu mencapai kinerja yang baik sebagai penolong persalinan menurut Depkes RI 2002 harus mendapatkan kualifikasi sebagai tenaga pelaksana pertolongan persalinan melalui serangkaian pelatihan, bimbingan langsung dan kesempatan untuk mempraktekkan keterampilannya pada praktek yang sesungguhnya. Penolong persalinan harus mampu melakukan penatalaksanaan awal terhadap komplikasi persalinan, termasuk penatalaksanaan awal bila didapatkan komplikasi pada bayi baru lahir. Penolong persalinan juga harus mampu untuk melakukan rujukan ibu maupun bayi bila komplikasi yang terjadi memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut dimana dibutuhkan keterampilan di luar kompetensi yang dimilikinya. Seorang penolong persalinan juga Universitas Sumatera Utara harus memiliki kesabaran dan kemampuan untuk berempati dimana hal ini sangat diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya. Menurut penelusuran lapangan yang dilakukan peneliti dalam memperkuat hasil penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kinerja bidan dalam penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal andalah: tingkat pendidikan bidan yang bertugas di Puskesmas PONED yang masih terdapat dengan jenjang pendidikan Bidan D.1. Kemampuan bidan dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal ke jenjang pendidikan Diploma 3 Kebidanan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah di bidang pengembangan tenaga kesehatan untuk meningkatkan tenaga teknis fungsional bidang kesehatan minimal tingkat pendidikan D.3. Kebijakan ini merupakan peluang bagi Pemerintah Kabupaten Lebong, khususnya Dinas Kesehatan sebagai solusi bagi permasalahan kemampuan bidan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri neonatal. Sebagaimana disebutkan dalam kebijakan pengembangan tenaga kesehatan pada Depertemen Kesehatan, disebutkan bahwa visi pengembangan tenaga kesehatan adalah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu dan merata di seluruh wilayah. Visi pengembangan tersebut dilakukan melalui: perencanaan tenaga kesehatan dalam rangka desentralisasi, peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karier, peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan serta pengendalian pengembangan tenaga kesehatan. Kinerja bidan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan hal yang cukup kompleks, karena bukan hanya ditentukan oleh Universitas Sumatera Utara faktor dalam diri bidan sebagai penolong persalinan. Seperti hasil penelitian Suwanti 2002 bahwa faktor yang berhubungan dengan faktor risiko kematian maternal di Indonesia maupun di negara lain menunjukkan bahwa kematian maternal dipengaruhi oleh faktor–faktor yang berhubungan dengan faktor ibu, faktor status reproduksi, faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetrik, faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi dan faktor sosial budaya. Kelemahan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu maupun bayi, dan hal ini menunjukkan kinerja bidan sebagai tenaga penolong persalinan yang rendah. Sesuai penelitian Pratomo 2003 tentang kematian ibu dan kematian perinatal pada kasus – kasus rujukan obstetri di RSUP Dr. Kariadi Semarang, menyimpulkan bahwa karakteristik tenaga kesehatan yang merujuk, cara rujukan, alasan merujuk, diagnosis terkait dengan kasus kematian maternal. Kematian maternal sebesar 83,3 terjadi pada kelompok tidak tepat rujukan dan 77,1 kematian perinatal dari kelompok tidak tepat rujukan. Demikian juga penelitian Latuamury 2001 tentang hubungan antara keterlambatan merujuk dengan kematian ibu menemukan bahwa keputusan merujuk, waktu tempuh, penanganan medis berpengaruh terhadap kematian maternal. Penelitian Wiyanti 2004 tentang hubungan perawatan antenatal dan penolong pertama persalinan dengan kematian maternal di Propinsi DIY, menyimpulkan bahwa faktor perawatan antenatal, penolong pertama berpengaruh terhadap kematian maternal. Universitas Sumatera Utara Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar, yang dilakukan dalam kolaborasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia POGI, lkatan Bidan Indonesia IBI, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi JNPK-KR, menunjukkan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Kolaborasi tersebut di atas, kemudian merancang suatu pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja petugas pelaksana dan bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan pelatihan ini adalah membuat para petugas pelaksana provider memahami proses kehamilan dan persalinan secara benar, kompeten untuk melaksanakan berbagai keterampilan yang dibutuhkan dan mampu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap komplikasi obstetrik yang dapat mengancam keselamatan ibu hamil atau bersalin, termasuk bayi yang dikandung atau dilahirkannya.

5.2 Pengaruh Faktor Individu terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED