Kegawatdaruratan Persalinan TINJAUAN PUSTAKA

PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Emergesi Konprehensif. PONED merupakan kegiatan penyelamatan kasus kegawat daruratan obstetri dan neonatal dengan memberikan pertolongan pertama serta mempersiapkan rujukan. PONED dilaksanakan oleh tenaga atau fasilitas kesehatan ditingkat desa dan sesuai dengan kebutuhan dapat merujuk ke Puskesmas PONED atau RS KabupatenKota untuk aspek obstetrik ditambah dengan melakukan transfusi darah dan bedah saesar. Sedangkan untuk aspek neonatal ditambah dengan kegiatan melaksanakan perawatan neonatal secara intensif oleh bidanperawat terlatih emergensi setiap saat Depkes RI, 2004. Kebijakan pembentukan Puskesmas mampu PONED disebabkan karena komplikasi obstetri harus segera ditangani dalam waktu kurang dari dua jam, misalnya perdarahan harus segera dilakukan tindakan dalam waktu kurang dari dua jam, sehingga perlu adanya fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau.

2.6 Kegawatdaruratan Persalinan

Menurut Hanafiah 2008 yang dimaksud dengan darurat Emergency adalah kejadian yang tidak disangka-sangka dan memerlukan tindakan segera. Gawat Critical adalah suatu keadaan yang berbahaya, genting,penting, tingkat kritis suatu penyakit. Gawat darurat medik adalah suatu kondisi yang dalam pandangan pasien, keluarga atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa pasien kerumah sakit, memerlukan pelayanan medik segera. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup Universitas Sumatera Utara dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam Prawirohardjo, 2004. Persalinan dan Kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37 - 42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Menurut Prawirohardjo 2004 kasus gawatdarurat obstetri ialah kasus obstetri yang apa bila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janin. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Empat penyebab utama kematian ibu ialah perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsiaklamsia, persalinan macet distorsia bahu. Persalinan macet hanya dapat terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam masa nifas oleh perlukaan jalan lahir, mencakup juga rupture uteri. Manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang waktu yang cukup luas yaitu: 1. Kasus perdarahan dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak, merembes, profus, sampai syok. 2. Kasus infeksi dan sepsis,dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok. Universitas Sumatera Utara 3. Kasus hipertensi dan preeklamsiaeklamsia dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit, pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai komapingsantidak sadar. 4. Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal yaitu apa bila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat bermanifestasi rupture uteri. Kasus yang termasuk kegawatdaruratan obstetri meliputi: perdarahan, sepsis, preeklamsiaeklamsia, syok, distosia bahu, prolapsus tali pusat, persalinan macet dan cephalopelvic disproportion, rupture uteri. Kegawatdaruratan pada neonatal meliputi: asfiksia, tetanus neonatorum, HipotermiBBLR Depkes RI, 2005. 2.7 Landasan Teori Berdasarkan hasil studi kepustakaan, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja menurut Gibson et al 1996 adalah faktor individu, psikologi dan organisasi. Model teori kinerja dirangkum seperti pada skema di bawah ini : Faktor Individu a. Kemampuan dan keterampilan - Mental - Fisik b. Latar Belakang - Keluarga - Tingkat sosial - Pengalaman c. Demografis - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Status kawin - Lama kerja Perilaku Individu Apa yang dikerjakandiupayakan Kinerja Hasil yang diharapkan Faktor Organisasi - Sumber Daya - Sarana Kerja - Kepemimpinan - Supervisi - Imbalan Faktor Psikologis - Persepsi - Sikap - Kepribadian - Belajar - Motivasi Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Model Teori Kinerja Sumber : Gibson, Ivoncevich dan Donnelly 1996 Mengacu kepada landasan teori di atas maka penelitin ini fokus kepada faktor individu terdiri dari kemampuan dan pengalaman. Kemampuan dan pengalaman merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu. Semakin tinggi kemampuan dan pengalaman seorang bidan maka semakin memungkinkan bagi bidan untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Faktor organisasional terdiri dari beberapa indikator yang penting adalah imbalan dan supervisi. Imbalan adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka Handoko, 2000. Imbalan dalam penelitian ini diukur melalui kriteria pemberian imbalan, sistem pemberian imbalan dan bentuk pemberian imbalan. Menurut Azwar 1996, supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Faktor psikologis terdiri dari indikator persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Faktor psikologis seperti sikap, kepribadian, dan pembelajaran merupakan hal yang kompleks, sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung dengan organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan ketrampilan yang berbeda satu dengan lainnya. Universitas Sumatera Utara Kinerja bidan dalam penelitian ini mengacu kepada tugas pokok dan fungsi bidan Puskesmas PONED. Beberapa indikator yang diabaikan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Ketrampilan, disebabkan keterampilan lebih bersifat ke arah fisik, penilainnya lebih akurat ketika dilakukan pengamatan langsung. Hal ini cukup menyulitkan peneliti untuk mengamati secara langsung bagaimana seorang bidan Puskesmas PONED menggunakan alat tubuhnya secara cepat dan tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan persalinan. 2. Latar Belakang; keluarga, tingkat sosial bidan Puskesmas PONED relatif tidak menunjukkan perbedaan. 3. Umur, asal dan suku bidan Puskesmas PONED relatif tidak menunjukkan perbedaan 4. Sumber daya yang dimiliki Puskesmas PONED, seperti: peralatan, metode, maupun sarana dan prasarana relatif sama. 5. Struktur organisasi Puskesmas di Kabupaten Lebong relatif sama. 6. Analisis pekerjaan job specificaton dan job description Puskesmas di Kabupaten Lebong relatif sama 7. Persepsi dalam menangani kasus kegawatdaruratan persalinan Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong relatif sama Universitas Sumatera Utara 8. Faktor psikologis; kepribadian, sikap, dan pembelajaran merupakan hal yang kompleks, sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut.

2.8 Kerangka Konsep Penelitian