Pengaruh Faktor Individu terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED

Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar, yang dilakukan dalam kolaborasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia POGI, lkatan Bidan Indonesia IBI, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi JNPK-KR, menunjukkan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Kolaborasi tersebut di atas, kemudian merancang suatu pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja petugas pelaksana dan bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan pelatihan ini adalah membuat para petugas pelaksana provider memahami proses kehamilan dan persalinan secara benar, kompeten untuk melaksanakan berbagai keterampilan yang dibutuhkan dan mampu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap komplikasi obstetrik yang dapat mengancam keselamatan ibu hamil atau bersalin, termasuk bayi yang dikandung atau dilahirkannya.

5.2 Pengaruh Faktor Individu terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong Hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda diketahui bahwa faktor individu berpengaruh signifikan p0,05 terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong. Hal ini memberikan arti bahwa semakin baik faktor individu yang ditunjukkan dari peningkatan kemampuan dan pengalaman dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal sebagai indikator faktor individu maka semakin baik kinerja bidan. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan penelitian Setiawan 2007 sebagian besar responden mempunyai kemampuan cukup baik 38,1 dan kinerja bidan desa cukup baik 42,4. Kesimpulan penelitian bahwa faktor yang mempunyai hubungan dengan kinerja adalah kemampuan. Demikian juga tentang faktor pengalaman menunjukan bahwa pengalaman baik 40,7 serta secara statistik faktor pengalaman mempunyai hubungan dengan kinerja Sesuai dengan pendapat Timpe 2000 bahwa ada dua dasar atribusi untuk melihat kinerja dalam suatu organisasi, yaitu yang bersifat internal berhubungan dengan sifat-sifat pegawai dalam organisasi dan bersifat eksternal berhubungan dengan lingkungan kerja. Faktor internal dalam hal ini adalah kemampuan dan upaya-upaya kerja. Pentingnya kemampuan secara intelektual maupun fisik akan menentukan jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam periode waktu tertentu yang menunjukkan kuantitas hasil kerja pegawai. Kemampuan bidan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, khususnya dalam kasus preeklamsiaklamsia, persalinan macet distorsia bahu serta manual plasenta. Penanganan kasus preeklamsiaklamsia oleh bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong masih rendah, dimana responden yang menjawab pertanyaan tentang teknik atau langkah penanganan terdapat persentase tertinggi pada jawaban “kadang-kadang dilakukan” Sesuai pendapat Cunningham 1997 bahwa preeklamsia berat dan khususnya eklamsia merupakan keadaan gawat karena dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. Preeklamsia ringan dapat mudah berubah menjadi preeklamsia berat, dan Universitas Sumatera Utara preeklamsia berat mudah menjadi eklamsia dengan timbulnya kejang. Tanda khas preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi, ditemukannya protein dalam urin dan pembengkakan jaringan edema selama trimester kedua kehamilan. Pada beberapa kasus, keadaan tetap ringan sepanjang kehamilan, akan tetapi pada kasus yang lain, dengan meningkatnya tekanan darah dan jumlah protein urin, keadaan dapat menjadi berat. Terjadi nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, dan kemudian anuria. Pada stadium akhir dan paling berat terjadi eklamsia, pasien akan mengalami kejang. Sesuai pendapat Royston 1998 jika preeklamsiaeklamsia tidak ditangani secara cepat, akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian maternal karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Hal ini didukung pendapat De Cheney dan Nathaan 2003 bahwa faktor predisposisi preeklamsia dan eklamsia adalah nullipara, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, status ekonomi kurang, kehamilan kembar, diabetes melitus, hipertensi kronis dan penyakit ginjal sebelumnya. Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan berlangsung. Untuk itu diperlukan tenaga profesional yang dapat secara cepat mengenali adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan penanganan tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa ibu. Angka kematian maternal akan dapat diturunkan secara adekuat apabila 15 kelahiran ditangani oleh dokter dan 85 ditangani oleh bidan. Rasio ini paling efektif bila bidan dapat menangani persalinan normal, dan dapat secara efektif merujuk 15 persalinan yang mengalami komplikasi kepada dokter. Tenaga penolong persalinan yang terlatih merupakan salah satu teknik Universitas Sumatera Utara yang paling penting dalam menurunkan angka kematian maternal di negara – negara yang telah sukses menurunkan angka kematian maternal di negaranya. Meskipun bukti telah menunjukkan bahwa penanganan persalinan oleh dokter, bidan dan perawat merupakan faktor penting dalam menurunkan angka kematian maternal, hanya 58 dari seluruh persalinan yang ditolong oleh tenaga yang terlatih. Hasil kajian UNFPA 2003 di negara–negara sedang berkembang, hanya 53 wanita melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan bidan atau dokter dan hanya 40 yang melahirkan di rumah sakit atau pusat kesehatan, dan diperkirakan 15 wanita hamil tersebut akan mengalami komplikasi yang mengancam kehidupan, yang membutuhkan pelayanan segera. Terdapat banyak faktor yang mendasari keadaan tersebut, antara lain adalah kurangnya tenaga yang terlatih dan kurang terdistribusinya tenaga – tenaga tersebut di daerah – daerah. Sesuai penelitian Istiarti 1998 menyatakan bahwa pengalaman bidan dalam pelayanan kesehatan terkait dengan masa kerja di tempat tugasnya. Disebutkan bahwa seorang bidan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tempat tugasnya serta dengan karakter masyarakat disekitarnya. Kinerja bidan, kemampuan dan pengalaman bidan yang rendah dalam menolong persalinan juga ditemukan dalam penelitian Darsiwan 2003 tentang kinerja bidan di Kabupaten Magelang, mengungkapkan bahwa pengalaman berhubungan signifikan dengan kinerja, namun kemampuan tidak berhubungan dengan kinerja. Universitas Sumatera Utara Pengalaman bidan di Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong yang relatif rendah, hal ini diindikasikan dari hasil penelitian bahwa deteksi dini ibu hamil dalam 1 tahun hanya dilakukan 3-4 kali 61,8, jenis kasus kegawatdaruratan obstetri yang sering ditangani adalah jenis kegawatdaruratan dengan tingkat kesulitan yang sedang yaitu perdarahan 82.4, serta kasus kegawat daruratan neonatal juga sebagian besar kasus gangguan pernafasan 76,5, sebagian besar kasus kegawat daruratan neonatal diindikasikan untuk dirujuk. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Gibson et al 1997 yang menyatakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu adalah pengalaman, apabila pengalaman individu makin banyak maka akan semakin tinggi pula kinerjanya. Pengalaman individu terkait dengan peningkatan kedewasaan tehnis bekerja, itu berarti bahwa individu tersebut selalu memetik pelajaran dari keseluruhan perjalanan kerja atau karier sehingga akan semakin berkurang jumlah kesalahan yang dibuatnya. Pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan kedewasaan teknisnya. Dalam artian akan semakin berkurang jumlah kesalahan yang dilakukannya, asumsi yang sama berlaku untuk semua jenis pekerjaan. Hal ini dikarenakan salah satu kelebihan dari sifat manusia dibandingkan dengan mahluk lain adalah kemampuan belajar dari pengalaman yang telah didapat terutama didalam pengalaman yang berakhir pada kesalahan. Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Bertitik tolak dari Universitas Sumatera Utara pengertian tersebut memberitahukan kepada kita pengalaman seseorang sejak kecil turut membentuk perilaku dan kepribadian orang yang bersangkutan dalam kehidupan organisasinya. Yang perlu diperhatikan dalam hubungan ini adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalamannya. Sesuai pendapat Muklas 1999 pengalaman-pengalaman pribadi ini dapat memiliki dampak pertama kepada komponen kognitif dari sikapnya, artinya pengalaman-pengalaman pribadi dengan obyek tertentu orang, benda atau peristiwa dengan cara menghubungkan obyek tersebut dengan pengalaman lain dimana anda telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu. Pengalaman bidan desa dalam memberikan pertolongan persalinan merupakan hal yang sangat penting, semakin banyak pengalaman yang diperoleh semakin mudah dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Artinya sejauh mana kreativitas, keterampilan serta kualitas kerja bidan dalam melaksanakan pertolongan persalinan sangat bergantung kepada sejauh mana pengalaman bidan desa dalam memberikan pelayanan. Berapa jumlah partus yang pernah ditolong, bagaimana mutu pertolongan yang dilakukan bidan, apakah bidan bisa menolong persalinan dengan penyulit atau apakah bidan dapat menolong persalinan pada kondisi ibu melahirkan dengan resiko dan apakah bidan dapat dengan cepat melakukan tindakan rujukan apabila diperlukan.

5.3 Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas