Amanat, atas nama pemilik obligasi, dapat melakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut. Jika tidak puas, maka Wali Amanat kemudian dapat
meminta pelunasan segera untuk semua obligasi yang beredar.
96
Pada dasarnya Indenture bukanlah suatu pernyataan sepihak, yang melahirkan hanya kewajiban pada satu sisi. Indenture melibatkan dua atau lebih
pihak yang memiliki kepentingan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sejarah memperlihatkan bahwa sifat pembuatan dokumen Indenture itu sendiri
yang menunjukkan bahwa Indenture memiliki makna yang penting bagi para pihak yang membuatnya. Perkembangan dunia menunjukkan bahwa dewasa ini,
Indenture dalam bisnis digunakan sebagai dokumen atau perjanjian yang bertujuan untuk menerbitkan kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang
ditawarkan kepada banyak orang. Indenture Trustee adalah pihak yang mewakili kepentingan-kepentingan para investor pemegang bagian pecahan dari surat utang
global, termasuk untuk melakukan eksekusi jaminan-jaminan yang ada, yang diserahkan untuk kepentingan para investor yang terkait dengan penerbitan surat
utang global yang dipecah-pecah ke dalam bagian surat-surat utang yang dimilliki oleh investor.
97
Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, yang menjadi dasar dari hubungan hukum antara pemegang obligasi dengan Emiten adalah perjanjian
perwaliamanatan. Perjanjian inilah yang menjadi patokan mengenai sejauh mana
B. Perjanjian Perwaliamanatan
96
Ibid.
97
Gunawan Widjaja. Op.cit. Hal. 75
Universitas Sumatera Utara
perlindungan terhadap investor diberikan. Apabila kualitas perjanjian perwaliamanatan buruk, maka perlindungan yang akan diperoleh oleh investor
tidak akan optimal. Walaupun pemegang obligasi tidak memiliki kesempatan untuk secara
langsung melakukan negosiasi mengenai ketentuan perjanjian perwaliamanatan, akan tetapi calon pemegang obligasi memiliki kesempatan untuk mempelajari
dengan baik ketentuan perjanjian perwaliamanatan sebelum ia membeli obligasi tersebut. Apabila calon investor bertindak cermat dan berhati-hati, tentu saja calon
investor tersebut akan memilih untuk melakukan investasi pada obligasi yang bukan saja secara finansial menawarkan return yang terbaik serta dikeluarkan
oleh penerbit yang bereputasi dan memiliki kemampuan keuangan yang baik. Di samping itu, calon investor tentu saja akan memperhatikan secara seksama
ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan. Akan tetapi investor obligasi pada umumnya jarang memperhatikan ketentuan-ketentuan perjanjian
perwaliamanatan, sebelum mengambil keputusan investasi. Secara lebih rinci perjanjian perwaliamanatan setidak-tidaknya memuat tentang:
98
1. Penunjukan Wali Amanat oleh Emiten;
2. Dasar dan tujuan penerbitan obligasi;
3. Jumlah pinjaman pokok;
4. Tingkat bunga dan jumlah lembar kupon bunga;
5. Jenis obligasi serta denominasinya;
6. Penggantian surat obligasi dan kupon bunga yang rusak;
7. Pembayaran bunga dan pinjaman pokok;
8. Jangka waktu pinjaman dan cara-cara pelunasannya;
9. Penyisihan dana untuk pelunasan obligasi singking fund dan
pengelolaannya; 10.
Agen pembayaran;
98
Marzuki Usman, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Jurnal Keuangan dan Moneter . Jakarta. 1999. Hal. 160.
Universitas Sumatera Utara
11. Perincian dan nilai harga kekayaan Emiten yang dijaminkan;
12. Ketentuan mengenai pengelolaan kekayaan jaminan;
13. Ketentuan mengenai penanggung jika ada;
14. Hak, kewajibanm dan tanggung jawab Wali Amanat;
15. Penggantian Wali Amanat;
16. Rapat Umum Pemegang Obligasi RUPO;
17. Sanksi-sanksi.
Mengingat perjanjian perwaliamanatan merupakan dasar dari perlindungan kepada pemegang obligasi, maka ketentuan perwaliamanatan secara
terus menerus harus dikembangkan. Pengembangan terpenting semestinya dilakukan oleh Wali Amanat dengan cara lebih efektif dalam melakukan negosiasi
perjanjian perwaliamanatan. Saat ini secara umum peran Wali Amanat dalam proses tersebut sangat kurang, akan tetapi didominasi oleh Emiten dan penjamin
emisi efek. Dalam hal ini penjamin emisi efek cenderung memiliki kepentingan jangka pendek, yaitu menjual obligasi tersebut dalam penawaran perdana.
C. Kekuatan Mengikat dari Perjanjian Perwaliamanatan terhadap Investor Pemegang Obligasi