Kekuatan Mengikat dari Perjanjian Perwaliamanatan terhadap Investor Pemegang Obligasi

11. Perincian dan nilai harga kekayaan Emiten yang dijaminkan; 12. Ketentuan mengenai pengelolaan kekayaan jaminan; 13. Ketentuan mengenai penanggung jika ada; 14. Hak, kewajibanm dan tanggung jawab Wali Amanat; 15. Penggantian Wali Amanat; 16. Rapat Umum Pemegang Obligasi RUPO; 17. Sanksi-sanksi. Mengingat perjanjian perwaliamanatan merupakan dasar dari perlindungan kepada pemegang obligasi, maka ketentuan perwaliamanatan secara terus menerus harus dikembangkan. Pengembangan terpenting semestinya dilakukan oleh Wali Amanat dengan cara lebih efektif dalam melakukan negosiasi perjanjian perwaliamanatan. Saat ini secara umum peran Wali Amanat dalam proses tersebut sangat kurang, akan tetapi didominasi oleh Emiten dan penjamin emisi efek. Dalam hal ini penjamin emisi efek cenderung memiliki kepentingan jangka pendek, yaitu menjual obligasi tersebut dalam penawaran perdana.

C. Kekuatan Mengikat dari Perjanjian Perwaliamanatan terhadap Investor Pemegang Obligasi

Investor yang ingin membeli obligasi diwajibkan untuk mengisi Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi FPPO yang diterbitkan oleh Emiten. Di dalam Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi FPPO telah dicantumkan sejumlah persyaratan-persyaratan pemesanan pembelian obligasi yang wajib dipatuhi oleh investor. 99 Investor yang ingin membeli obligasi wajib mengisi dan memenuhi seluruh persyaratan yang disebutkan dalam Formulir Pemesanan Pembelian 99 Wawancara dengan Bapak Maulana A. Lubis , sebagai Pemimpin Bidang Dana pada Divisi Treasury PT. Bank SUMUT pada tanggal 16 November 2011. Universitas Sumatera Utara Obligasi FPPO. Selain itu, investor juga terikat oleh Perjanjian Perwaliamanatan yang merupakan satu kesatuan dengan Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi FPPO. Kekuatan mengikat dari Perjanjian Perwaliamanatan terhadap investor didasarkan pada Pasal 1317 ayat 2 KUH Perdata yang berbunyi “Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan kehendaknya untuk menggunakannya”. Dari Pasal 1317 ayat 2 KUH Perdata, dapat diketahui bahwa perjanjian perwaliamanatan yang dibuat Emiten dengan Wali Amanat tersebut dapat mengikatkan pemegang obligasi yang telah menyatakan kehendaknya. Kehendak dari pemegang obligasi tersebut dapat diketahui pada saat investor melakukan pengisian Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi FPPO dan memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi FPPO. Setelah menyatakan kehendak tersebut, tidak secara otomatis Perjanjian Perwaliamanatan mengikatkan investor pemegang obligasi. Perjanjian Perwaliamanatan baru mengikat investor pemegang obligasi, setelah dilakukan penjatahan atau alokasi obligasi oleh Penjamin Emisi Efek serta dilakukan pembayaran oleh investor. Dalam penjelasan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas menyatakan bahwa sejak ditandatangani kontrak perwaliamanatan antara Emiten dan Wali Amanat, Wali Amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang, tetapi perwakilan tersebut akan berlaku efektif pada saat efek bersifat utang telah dialokasikan kepada para pemodal. Dalam hal ini, Wali Amanat diberi kuasa berdasarkan undang-undang ini untuk mewakili pemegang Universitas Sumatera Utara efek bersifat utang dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang tersebut, termasuk melakukan penuntutan hak-hak pemegang efek bersifat utang, baik di dalam maupun luar pengadilan tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari pemegang efek bersifat utang dimaksud. 100 100 Gunawan Widjaja. Op.cit. Hal. 104. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perjanjian perwaliamanatan mengikat investor pemegang obligasi pada saat setelah dilakukan penjatahan oleh Penjamin Emisi Efek Underwriter dan pembayaran oleh investor itu sendiri.

D. Kewajiban dan Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi