Prosedur Penawaran Umum Obligasi

seperti dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

B. Prosedur Penawaran Umum Obligasi

Setiap perusahaan publik yang akan melakukan penerbitan saham maupun obligasi, terlebih dahulu harus melakukan penawaran umum. Menurut Pasal 1 angkat 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Peraturan pelaksana dalam hal penawaran umum mengacu kepada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-05PM2004 tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. Proses penawaran umum obligasi tidak jauh berbeda dengan penawaran umum saham. Hanya saja yang membedakannya adalah masalah pemasarannya saja. Penawaran umum obligasi hanya dapat dilakukan di dalam negeri sedangkan penawaran umum saham dapat dilakukan di luar negeri. Adapun prosedur penawaran umum obligasi sama dengan prosedur penawaran umum saham sebagaimana yang telah dituangkan dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-05PM2004 tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. 105 105 Wawancara dengan Bapak Maulana A. Lubis , sebagai Pemimpin Bidang Dana pada Divisi Treasury PT. Bank SUMUT pada tanggal 16 November 2011. Universitas Sumatera Utara Setiap perusahaan publik yang akan melakukan Penawaran Umum wajib mengajukan Pernyataan Pendaftaran kepada BAPEPAM-LK dalam 2 dua rangkap dengan cara menyampaikan dokumen-dokumen yakni Formulir Pernyataan Pendaftaran dan Prospektus 106 1. Proses sebelum Penawaran Umum, yaitu: . Proses penawaran umum obligasi dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu sebelum penawaran umum, penawaran umum, dan sesudah penawaran umum. Adapun ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut: a. Membuat Rencana Penawaran Umum Obligasi RPUO yang disetujui oleh dewan komisaris dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar. Bila disertai penjaminan aktiva perusahaan harus mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS; b. Menunjuk penjamin underwriter. Dalam Obligasi III dan Obligasi Subordinasi yang ditunjuk sebagai underwriter adalah PT. Mandiri Sekuritas yang berkedudukan di Jakarta; c. Menunjuk notaris dan konsultan hukum untuk membantu penyiapan dokumen penawaran umum obligasi; d. Melakukan public expose. Peluncuran Obligasi III dan Obligasi Subordinasi dilakukan pada tanggal 26 Mei 2011 yang langsung disampaikan oleh Direktur Utama PT. Bank SUMUT Gus Irawan dalam Due Diligence and Public Expose di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Public Expose ini sekaligus membuka masa 106 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-05PM2004 tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. Universitas Sumatera Utara penawaran awal book building 107 obligasi tersebut pada 26 Mei 2011, tanggal pernyataan efektif 23 Juni 2011, masa penawaran umum 27-29 Juni 2011, tanggal penjatahan 1 Juli 2011, pembayaran investor pada 4 Juli 2011, distribusi obligasi pada tanggal 5 Juli 2011, dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 7 Juli 2011. 108 e. Melakukan penandatanganan perjanjian-perjanjian penting, antara lain: 1 Perjanjian perwaliamanatan. Dalam hal ini yang ditunjuk sebagai Wali Amanat adalah PT. Bank Mandiri Persero Tbk yang berkedudukan di Jakarta; 2 Perjanjian dengan agen pembayaran yaitu PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia KSEI; 3 Surat Pengakuan Hutang; 4 Perjanjian penjaminan. Perjanjian penjaminan ini dibuat apabila dalam penerbitan obligasi dijamin dengan agunan khusus berupa benda atau pendapatan atau aset milik Perseroan dalam bentuk apapun. Akan tetapi, dalam penerbitan Obligasi III dan Obligasi Subordinasi pada PT. Bank SUMUT tidak ada agunan khusus yang dijaminkan. f. Menyampaikan Pernyataan Pendaftaran ke BAPEPAM-LK, kemudian BAPEPAM-LK akan meneliti kelengkapan dan kesesuain dokumen 107 Masa penawaran adalah jangka waktu bagi masyarakat untuk dapat mengajukan pemesanan Obligasi sebagaimana yang diatur dalam Prospektus. Penawaran awal book building adalah ajakan, baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan Prospektus Awal yang antara lain bertujuan untuk mengetahui minat calon pembeli atas Obligasi yang akan ditawarkan dan atau perkiraan bunga obligasi. 108 Rubrik Nasional pada harian SUMUT Pos pada hari Jumat, 27 Mei 2011. Universitas Sumatera Utara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAPEPAM- LK akan menyatakan Pernyataan Pendaftaran efektif. 2. Proses Penawaran Umum, yaitu: Dengan Pernyataan Pendaftaran yang dinyatakan efektif, perusahaan dapat melakukan penawaran obligasi kepada masyarakat. Penawaran obligasi dilakukan oleh sindikasi penjamin dan agen penjual. Penjatahan dilakukan jika pemesanan atas obligasi melebihi jumlah obligasi yang ditawarkan. Jika obligasi tercatat di bursa efek, maka obligasi ditawarkan dan diperdagangkan di pasar sekunder. 3. Proses sesudah Penawaran Umum, yaitu: Sesudah penawaran umum dilakukan, maka perusahaan berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala, laporan tahunan dan tengah tahunan, laporan mengenai kejadian penting yang berkaitan. Selain penerbit, penjamin, dan agen penjual, ada pihak lain yang berperan penting berkenaan dengan penerbitan obligasi, yaitu Wali Amanat. Wali Amanat berperan sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang obligasi. Undang-Undang Pasar Modal melarang Wali Amanat mempunyai hubungan t afiliasi dengan Emiten, hubungan kredit dengan Emiten, merangkap menjadi penanggung dalam emisi obligasi yang sama. Wali Amanat berwenang mewakili kepentingan pemegang obligasi di dalam maupun luar pengadilan. Wali Amanat Universitas Sumatera Utara wajib membuat kontrak perwaliamanatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BAPEPAM-LK yang memuat pada saat jatuh tempo; jaminan kalau ada; agen pembayaran; tugas dan fungsi Wali Amanat. Wali Amanat berkewajiban memberikan ganti rugi kepada pemegang obligasi atas kerugian yang disebabkan kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya. C. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pemegang Obligasi 1. Perjanjian Perwaliamanatan sebagai Dasar Perlindungan Pemegang Obligasi Seperti yang telah diketahui sebelumnya, yang menjadi dasar dari hubungan hukum antara pemegang obligasi dengan Emiten adalah perjanjian perwaliamanatan. Perjanjian inilah yang menjadi patokan mengenai sejauh mana perlindungan kepada investor diberikan. Apabila kualitas perjanjian perwaliamanatan buruk, maka perlindungan yang akan diperoleh oleh investor tidak akan optimal. Di dalam perjanjian perwaliamanatan akan terlihat bagaimana hak dan kewajiban dari Wali Amanat. Investor akan melihat bagaimana tugas dan tanggung jawab Wali Amanat dalam menjalankan kepentingan investor pemegang obligasi terhadap Emiten. Dengan ini tentunya Wali Amanat harus memiliki reputasi yang baik di mata calon pemegang obligasi untuk menarik kepercayaannya agar membeli obligasi tersebut. Oleh karena itulah, perjanjian perwaliamanatan tidak boleh tidak dimuat dalam suatu prospektus yang Universitas Sumatera Utara diterbitkan oleh perusahaan karena dari prospektus ini calon pemegang obligasi dapat melihat seluruh kondisi perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Ketentuan-ketentuan penting yang umum terdapat dalam perjanjian perwaliamanatan antara lain mengatur tentang: 109 a. Pengaturan penggunaan dana Pada umumnya rencana penggunaan dana hasil emisi obligasi diatur secara cukup terinci sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup bagi calon pemegang obligasi tentang rencana tersebut dan sekaligus menjadi kontrol bagi Emiten untuk tidak menggunakan dananya untuk kepentingan lain. b. Hak dan Kewajiban Wali Amanat Ketentuan mengenai hak dan kewajiban ini meliputi tugas, tanggung jawab, dan kewajiban yang harus dijalankan Wali Amanat. c. Hak-Hak Pemegang Obligasi Di dalam perjanjian perwaliamanatan, telah memuat tentang hak-hak pemegang obligasi itu sendiri. Ketentuan ini menjadi patokan mengenai hak-hak apa saja yang didapat oleh pemegang obligasi dari Emiten terhadap pembelian obligasi tersebut. Pada Obligasi III dan Obligasi Subordinasi yang diterbitkan PT. Bank SUMUT pada tahun 2011, kedua pemegang obligasi tersebut memiliki hak-hak yang sama sebagaimana yang tercantum 109 Prospektus Awal, P.T Bank SUMUT, Jakarta, 2011. Hal: 327-336 Universitas Sumatera Utara dalam perjanjian perwaliamanatan tersebut. Adapun hak-hak dari pemegang obligasi tersebut adalah sebagai berikut: 1 Menerima pelunasan Pokok Obligasi danatau pembayaran bunga obligasi dari perseroan yang dibayarkan melalui KSEI sebagai agen pembayaran pada tanggal pelunasan pokok obligasi danatau tanggal pembayaran bunga obligasi yang bersangkutan. Pokok obligasi harus dilunasi dengan harga yang sama dengan jumlah pokok yang tertulis yang dimiliki oleh pemegang obligasi; 2 Pemegang Obligasi yang berhak mendapatkan pembayaran bunga obligasi adalah pemegang obligasi yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Obligasi, pada 4 empat hari bursa sebelum tanggal pembayaran bunga obligasi, kecuali ditentukan lain oleh KSEI atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian jika terjadi transaksi obligasi setelah tanggal penentuan pihak yang berhak memperoleh bunga obligasi tersebut, maka pihak yang menerima pengalihan obligasi tersebut tidak berhak atas bunga obligasi pada periode Bunga Obligasi yang bersangkutan; 3 Apabila Perseroan ternyata tidak menyediakan dana secukupnya untuk pembayaran bunga obligasi danatau pelunasan pokok obligasi setelah lewat dari tanggal pembayaran bunga obligasi danatau tanggal pelunasan pokok obligasi, maka Perseroan harus membayar denda atas kelalaian membayar jumlah Bunga Obligasi danatau pokok obligasi sebesar 1.5 satu koma lima persen per tahun di atas tingkat bunga obligasi dari Universitas Sumatera Utara jumlah yang wajib dibayar oleh Perseroan. Denda tersebut dihitung harian berdasarkan jumlah hari yang telah lewat, sampai dengan pelunasan atau pembayaran jumlah yang wajib dibayar Perseroan dilaksanakan. Untuk menghitung denda, dilakukan perhitungan hari yang terlewat yaitu 1 satu tahun adalah 360 tiga ratus enam puluh hari kalender dan 1 satu bulan adalah 30 tiga puluh hari kalender. Denda yang dibayar oleh Perseroan yang merupakan hak Pemegang Obligasi, oleh agen pembayaran akan diberikan kepada pemegang obligasi secara proporsional berdasarkan besarnya obligasi yang dimilikinya. 4 Seorang atau lebih pemegang obligasi yang mewakili sedikitnya 20 dua puluh persen dari jumlah pokok obligasi yang masih terhutang termasuk di dalamnya jumlah obligasi yang dimiliki oleh Perusahaan Afiliasi Negara Republik Indonesia namun di luar dari jumlah obligasi yang dimiliki oleh Perseroan danatau Afiliasi Perseroan. Berhak untuk mengajukan permintaan tertulis kepada Wali Amanat agar diselenggarakan RUPO Rapat Umum Pemegang Obligasi dengan memuat agenda yang diminta dengan melampirkan fotokopi KTUR dari KSEI yang diperoleh melalui pemegang rekening dan memperlihatkan asli KTUR kepada Wali Amanat, dengan ketentuan terhitung sejak diterbitkannya KTUR, obligasi akan dibekukan oleh KSEI sejumlah obligasi yang tercantum dalam KTUR tersebut. Pencabutan pembekuan obligasi oleh KSEI tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan secara tertulis dari Wali Amanat; Universitas Sumatera Utara 5 Melalui keputusan RUPO, pemegang obligasi antara lain berhak melakukan tindakan sebagai berikut: a Menyampaikan pemberitahuan kepada Perseroan atau kepada Wali Amanat atau untuk memberikan pengarahan kepada Wali Amanat atau untuk mengambil tindakan lain; b Memberhentikan Wali Amanat dan menunjuk pengganti Wali Amanat menurut ketentuan-ketentuan Perjanjian Perwaliamanatan; c Mengambil tindakan lain yang dikuasakan untuk diambil oleh atau atas nama pemegang obligasi termasuk tetapi tidak terbatas pada mengubah perjanjian perwaliamanatan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan serta perundang-undangan yang berlaku; d Mengambil keputusan sehubungan dengan usulan Emiten atau pemegang obligasi mengenai perubahan jangka waktu obligasi, jumlah pokok obligasi, tingkat bunga obligasi, perubahan tata cara atau periode pembayaran bunga obligasi, persyaratan dan ketentuan- ketentuan lain dari Perjanjian Perwaliamanatan; e Mengambil keputusan yang diperlukan sehubungan dengan maksud Perseroan atau pemegang obligasi yang mewakili sekurang-kurangnya 50 lima puluh persen dari jumlah pokok obligasi yang terhutang, untuk melakukan pembatalan pendaftaran obligasi di KSEI sesuai dengan dengan ketentuan peraturan pasar modal dan KSEI; Universitas Sumatera Utara f Mengambil keputusan tentang terjadinya peristiwa force majeure dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara Perseroan dan Wali Amanat; g Mengambil tindakan lain yang diperlukan untuk kepentingan pemegang obligasi berdasarkan ketentuan perjanjian perwaliamanatan danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku; h Mengambil keputusan sehubungan dengan terjadinya kejadian kelalaian sebagaiaman yang dimaksud dalam perjanjian perwaliamanatan. d. Pembatasan-pembatasan dan kewajiban-kewajiban Emiten Dalam perjanjian perwaliamanatan terdapat pembatasan-pembatasan serta hal-hal yang wajib dilakukan oleh Emiten selama belum dilunasinya jumlah hutang oleh Emiten. Di dalam perjanjian perwaliamanatan, salah satu pembatasan yang dilakukan terhadap Emiten yaitu tanpa persetujuan Wali Amanat, Emiten dilarang untuk melakukan hal-hal seperti mengagunkan sebagian atau seluruh pendapatan atau harta kekayaan perseroan, melaksanakan perubahan bidang usaha utama, mengurangi modal dasar atau modal yang disetor, mengadakan penggabungan, konsolidasi, maupun akuisisi dengan perusahaan lain, melakukan perjanjian atau pengalihan aset kepada pihak manapun, melakukan transaksi dengan pihak ter-Afiliasi kecuali persyaratan tersebut menguntungkan Perseroan, dan memberi pinjaman kepada atau melakukan investasi dalam bentuk penyertaan saham Universitas Sumatera Utara kepada pihak lain. Hal-hal tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Wali Amanat yang bertujuan untuk melindungi kepentingan dari pemegang obligasi terhadap Emiten. e. Jaminan Tidak semua obligasi yang telah diperdagangkan dikeluarkan dengan adanya jaminan khusus. Ada atau tidaknya jaminan khusus ini sangat ditentukan oleh posisi tawar Emiten pada umumnya seperti rating, kondisi keuangan Emiten. Apabila Emiten memiliki posisi yang baik maka dimungkinkan untuk mengeluarkan obligasi tanpa jaminan. Hal ini termuat dalam perjanjian perwaliamanatan pada Obligasi III dan Obligasi Subordinasi pada PT. Bank SUMUT yang mana dalam penerbitan kedua obligasi ini diterbitkan tanpa jaminan khusus dari Perseroan. Di dalam perjanjian perwaliamanatan baik pada Obligasi III maupun Obligasi Subordinasi dikatakan bahwa seluruh kekayaan Perseroan, baik berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak , baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari kecuali aset Perseroan yang telah dijaminkan secara khusus kepada para krediturnya menjadi jaminan atas semua hutang Perseroan kepada semua krediturnya yang tidak dijamin secara khusus atau tanpa hak istimewa termasuk Obligasi ini secara pari passu 110 110 Asas pari passu ini berarti membagi secara proporsional harta kekayaan debitor kepada para kreditor berdasarkan perimbangan besarnya tagihan masing-masing kreditor tersebut. Hal ini termuat dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132. Pasal 1131 “mengatakan segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, sesuai dengan Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara f. Kelalaian Perseroan Dalam kejadian kelalaian, biasanya diatur mengenai kapan Emiten dianggap dan dinyatakan melakukan kelalaian default, misalnya: lalai membayar hutang pokok obligasi danatau bunga obligasi danatau jumlah lain yang dibayarkan Emiten, dan lalai melaksanakan ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan. g. Pembelian Kembali Obligasi Buy Back Dalam ketentuan perjanjian perwaliamanatan ini dimuat ketentuan bahwa setelah lewat 1 satu tahun setelah tanggal penjatahan sebagaimana yang tercantum dalam Prospektus, Perseroan dari waktu ke waktu dapat melakukan pembelian kembali buy back untuk sebagian atau seluruh Obligasi sebelum tanggal pelunasan pokok obligasi dan Perseroan mempunyai hak untuk memberlakukan pembelian kembali buy back tersebut untuk dimiliki sementara lalu dijual kembali atau disimpan untuk kemudian dijual kembali dengan harga pasar atau sebagai pelunasan obligasi. Khusus untuk pembelian kembali buy back sebagai pelunasan harus memperhatikan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan pembelian obligasi buy back ini pada penerbitan Obligasi III dan Obligasi Subordinasi pada PT. Bank SUMUT hanya terdapat pada perjanjian perwaliamanatan Obligasi III, sementara pada akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”. Sedangkan Pasal 1132 mengatakan “kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan kepadanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”. Universitas Sumatera Utara Obligasi Subordinasi tidak ada ketentuan mengenai pembelian kembali obligasi buy back. h. Rapat Umum Pemegang Obligasi RUPO Ketentuan ini memuat tentang bagaimana tata cara dalam penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Obligasi. Dalam hal tentang pelaksanaan RUPO terhadap Obligasi III dan Obligasi Subordinasi dilihat dari perjanjian perwaliamanatan pada dasarnya sama. Yang membedakan adalah dalam RUPO Subordinasi , memuat ketentuan tentang Obligasi yang dimiliki oleh Afiliasi Perseroan, kecuali Obligasi yang dimiliki oleh Perusahaan Afiliasi Negara Republik Indonesia maka suaranya tidak diperhitungkan dalam korum kehadiran dalam RUPO dan tidak memiliki hak suara dalam mengambil keputusan. i. Sifat-Sifat Khusus Obligasi Subordinasi Sifat-sifat khusus ini hanya terdapat pada Obligasi Subordinasi. Obligasi Subordinasi diterbitkan dengan tujuan untuk diperlakukan sebagai Modal Pelengkap Level Bawah lower tier 2 capital Perseroan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan tentang modal pelengkap level bawah lower tier 2 capital untuk bank umum pada saat penandatanganan perjanjian perwaliamanatan ini mengacu pada peraturan Bank Indonesia Nomor: 1515PBI2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, sebagaimana Universitas Sumatera Utara ditambah danatau diubah danatau diperbaharui dari waktu ke waktu, baik melalui Peraturan Bank Indonesia, Surat Edara Bank Indonesia danatau surat-surat lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. j. Perubahan Perjanjian Perwaliamanatan Obligasi Ini merupakan ketentuan bahwa suatu perjanjian perwaliamanatan Obligasi III maupun Obligasi Subordinasi yang diterbitkan PT. Bank SUMUT tidak dapat diubah sebagian atau seluruhnya kecuali jika disetujui oleh para pemegang obligasi dalam RUPO dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat perjanjian perwaliamanatan merupakan dasar dari perlindungan kepada pemegang obligasi, maka ketentuan perwaliamanatan secara terus menerus harus dikembangkan. Pengembangan terpenting semestinya dilakukan oleh Wali Amanat dengan cara lebih aktif berperan dalam melakukan negosiasi perjanjian perwaliamanatan. Saat ini secara umum peran Wali Amanat dalam proses tersebut sangat kurang, akan tetapi didominasi oleh Emiten dan penjamin emisi efek. Dalam hal ini penjamin emisi efek cenderung memiliki kepentingan jangka pendek, yaitu menjual obligasi tersebut dalam penawaran perdana.

2. Peran Wali Amanat sebagai Penjaga Kepentingan Obligasi

Berdasarkan psal 51 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Wali Amanat mewakili kepentingan pemegang obligasi baik Universitas Sumatera Utara di dalam maupun di luar pengadilan. Wali Amanat menjadi kuasa dari pemegang obligasi berdasarkan undang-undang. Karena peran Wali Amanat sebagai kuasa dari pemegang obligasi, maka Wali Amanat harus menjadi yang terdepan dalam perlindungan pemegang obligasi. Semua perbuatan hukum dan hubungan dengan Emiten dalam konteks obligasi yang bersangkutan haruslah demi kepentingan pemegang obligasi. Peran dan tugas Wali Amanat ini telah dibahas pada pembahasan sebelumnya berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-412BL2010. Apabila Wali Amanat lalai dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya, Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menegaskan bahwa Wali Amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang obligasi atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksanannya seperti pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-412BL2010 serta pada perjanjian perwaliamanatan tersebut. Selain perjanjian perwaliamanatan, salah satu hal yang sangat penting bagi perlindungan kepada pemegang obligasi dari aspek hukum adalah keterbukaan informasi. Keterbukaan Informasi ini merupakan jiwa dari keterbukaan pasar modal. Karena dengan adanya keterbukaan informasi, investor diharapkan dapat mengambil keputusan investasinya berdasarkan kondisi Emiten yang sesungguhnya. Akan tetapi keterbukaan informasi ini tidak melindungi pemegang obligasi dalam arti memberikan jaminan kepada pemegang obligasi Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan pembayaran kembali dari Emiten. Akan tetapi, ketentuan ini memberikan investor kesempatan untuk mengambil informed decision. Selebihnya, resiko-resiko investasi lainnya seperti resiko bisnis dari Emiten tentu saja sepenuhnya menjadi tanggungan investor itu sendiri.

3. Hak Menuntut dari Pemegang Obligasi

Pemegang obligasi memiliki hak untuk dapat mengajukan tuntutan apabila Emiten dinyatakan lalai default danatau telah melakukan pelanggaran perjanjian perwaliamanatan. Oleh karena itu, perjanjian perwaliamanatan merupakan dasar perikatan obligasi dan pondasi perlindungan, pemegang obligasi dapat mengajukan suatu tuntutanganti rugi apabil Emiten atau Wali Amanat lalai. Pada Pasal 1238 KUH Perdata menyebutkan bahwa “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu”. Lalainya Emiten harus dinyatakan dalam bentuk tertulis oleh pihak dengan siapa perjanjian itu dibuat. Pernyataan bawah Emiten lalai ini harus jelas dan diberikan alasan yaitu misalnya karena tidak membayar hutang pokok dan bunga obligasi pada waktunya, atau tidak memenuhi salah satu poin perjanjian perwaliamanatan yang telah disepakati. Apabila kelalaian ini menyebabkan kerugian bagi pihak lain misalnya pemegang obligasi, maka Emiten telah melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata dan wajib mengganti kerugian yang diderita pihak lain. Universitas Sumatera Utara Dalam hal Emiten melakukan kelalaian, berdasarkan Pasal 51 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pemegang obligasi hanya dapat mengajukan suatu tuntutangugatan kepada Emiten melalui Wali Amanat. Pasal tersebut menyebutkan, bahwa Wali Amanat mewakili kepentingan- kepentingan pemegang obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan ketentuan tersebut pula, Wali Amanat menjadi kuasa dari pemegang obligasi berdasarkan undang-undang, bukan dari perjanjian pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 KUH Perdata.

4. Sanksi Hukum untuk Menegakkan Prinsip Keterbukaan

Bentuk perlindungan lain kepada pemegang obligasi adalah memberikan sanksi pidana kepada Emiten berdasarkan prinsip keterbukaan. Undang-Undang Pasar Modal maupun Peraturan BAPEPAM-LK memuat ketentuan mengenai kewajiban dalam penyampaian keterbukaan informasi dan tanggung jawab atas informasi yang menyesatkan. Terkait dengan keterbukaan informasi dan tanggung jawab atas informasi yang menyesatkan tadi, Pasal 90 huruf c Undang-Undang Pasar Modal menegaskan, bahwa setiap pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung membuat pernyataan tidak benar atau tidak langsung membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat penyertaan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian diri sendiri atau pihak lain dengan tujuan mempengaruhi Universitas Sumatera Utara pihak lain untuk membeli atau menjual efek. Selanjutnya, Pasal 93 Undang- Undang Pasar Modal menegaskan, bahwa setiap pihak dilarang dengan cara apapun membuat pernyataan atau memberika keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di bursa efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan: a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut. Terhadap pelanggaran kedua Pasal ini, Pasal 104 Undang-Undang Pasar Modal telah menentukan sanksi pidana bagi para pihak tersebut termasuk Emiten bila melanggar berupa pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp. 15.000.000.000,- lima belas milyar. Dan, berdasarkan Pasal 110 ayat 2 Undang-Undang Pasar Modal, tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 Undang-Undang Pasar Modal ini dikategorikan sebagai kejahatan.

5. Peran BAPEPAM-LK Sebagai Pengawas

BAPEPAM-LK merupakan otoritas yang memiliki tugas dalam mengawasi kegiatan perdagangan di pasar modal. Selain tugas mengawasi, BAPEPAM-LK juga berperan sebagai penjaga dalam rangka perlindungan investor pasar modal. Peran penjaga di sini bermakna bahwa dalam BAPEPAM- LK dengan segala kewenangannya di bidang pasar modal memiliki tanggung Universitas Sumatera Utara jawab besar dalam menjaga, mengembangkan, dan memajukan pasar modal di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap investor pasar modal.

D. Rencana Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Obligasi