seperti dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
B. Prosedur Penawaran Umum Obligasi
Setiap perusahaan publik yang akan melakukan penerbitan saham maupun obligasi, terlebih dahulu harus melakukan penawaran umum. Menurut
Pasal 1 angkat 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten
untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Peraturan pelaksana dalam hal
penawaran umum mengacu kepada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-05PM2004 tentang Penawaran Umum oleh Pemegang
Saham. Proses penawaran umum obligasi tidak jauh berbeda dengan penawaran
umum saham. Hanya saja yang membedakannya adalah masalah pemasarannya saja. Penawaran umum obligasi hanya dapat dilakukan di dalam negeri sedangkan
penawaran umum saham dapat dilakukan di luar negeri. Adapun prosedur penawaran umum obligasi sama dengan prosedur penawaran umum saham
sebagaimana yang telah dituangkan dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-05PM2004 tentang
Penawaran Umum oleh Pemegang Saham.
105
105
Wawancara dengan Bapak Maulana A. Lubis , sebagai Pemimpin Bidang Dana pada Divisi Treasury PT. Bank SUMUT pada tanggal 16 November 2011.
Universitas Sumatera Utara
Setiap perusahaan publik yang akan melakukan Penawaran Umum wajib mengajukan Pernyataan Pendaftaran kepada BAPEPAM-LK dalam 2 dua
rangkap dengan cara menyampaikan dokumen-dokumen yakni Formulir Pernyataan Pendaftaran dan Prospektus
106
1. Proses sebelum Penawaran Umum, yaitu:
. Proses penawaran umum obligasi dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu sebelum penawaran umum, penawaran
umum, dan sesudah penawaran umum. Adapun ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Penawaran Umum Obligasi RPUO yang disetujui
oleh dewan komisaris dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar. Bila disertai penjaminan aktiva perusahaan harus mendapat persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS; b.
Menunjuk penjamin underwriter. Dalam Obligasi III dan Obligasi Subordinasi yang ditunjuk sebagai
underwriter adalah PT. Mandiri Sekuritas yang berkedudukan di Jakarta; c.
Menunjuk notaris dan konsultan hukum untuk membantu penyiapan dokumen penawaran umum obligasi;
d. Melakukan public expose.
Peluncuran Obligasi III dan Obligasi Subordinasi dilakukan pada tanggal 26 Mei 2011 yang langsung disampaikan oleh Direktur Utama PT. Bank
SUMUT Gus Irawan dalam Due Diligence and Public Expose di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Public Expose ini sekaligus membuka masa
106
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-05PM2004 tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham.
Universitas Sumatera Utara
penawaran awal book building
107
obligasi tersebut pada 26 Mei 2011, tanggal pernyataan efektif 23 Juni 2011, masa penawaran umum 27-29
Juni 2011, tanggal penjatahan 1 Juli 2011, pembayaran investor pada 4 Juli 2011, distribusi obligasi pada tanggal 5 Juli 2011, dan pencatatan di
Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 7 Juli 2011.
108
e. Melakukan penandatanganan perjanjian-perjanjian penting, antara lain:
1 Perjanjian perwaliamanatan.
Dalam hal ini yang ditunjuk sebagai Wali Amanat adalah PT. Bank Mandiri Persero Tbk yang berkedudukan di Jakarta;
2 Perjanjian dengan agen pembayaran yaitu PT. Kustodian Sentral Efek
Indonesia KSEI; 3
Surat Pengakuan Hutang; 4
Perjanjian penjaminan. Perjanjian penjaminan ini dibuat apabila dalam penerbitan obligasi
dijamin dengan agunan khusus berupa benda atau pendapatan atau aset milik Perseroan dalam bentuk apapun. Akan tetapi, dalam
penerbitan Obligasi III dan Obligasi Subordinasi pada PT. Bank SUMUT tidak ada agunan khusus yang dijaminkan.
f. Menyampaikan Pernyataan Pendaftaran ke BAPEPAM-LK, kemudian
BAPEPAM-LK akan meneliti kelengkapan dan kesesuain dokumen
107
Masa penawaran adalah jangka waktu bagi masyarakat untuk dapat mengajukan pemesanan Obligasi sebagaimana yang diatur dalam Prospektus. Penawaran awal book building
adalah ajakan, baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan Prospektus Awal yang antara lain bertujuan untuk mengetahui minat calon pembeli atas Obligasi yang akan ditawarkan
dan atau perkiraan bunga obligasi.
108
Rubrik Nasional pada harian SUMUT Pos pada hari Jumat, 27 Mei 2011.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAPEPAM- LK akan menyatakan Pernyataan Pendaftaran efektif.
2. Proses Penawaran Umum, yaitu:
Dengan Pernyataan Pendaftaran yang dinyatakan efektif, perusahaan dapat melakukan penawaran obligasi kepada masyarakat.
Penawaran obligasi dilakukan oleh sindikasi penjamin dan agen penjual. Penjatahan dilakukan jika pemesanan atas obligasi melebihi jumlah obligasi
yang ditawarkan. Jika obligasi tercatat di bursa efek, maka obligasi ditawarkan dan diperdagangkan di pasar sekunder.
3. Proses sesudah Penawaran Umum, yaitu:
Sesudah penawaran umum dilakukan, maka perusahaan berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala,
laporan tahunan dan tengah tahunan, laporan mengenai kejadian penting yang berkaitan.
Selain penerbit, penjamin, dan agen penjual, ada pihak lain yang berperan penting berkenaan dengan penerbitan obligasi, yaitu Wali Amanat. Wali
Amanat berperan sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang obligasi. Undang-Undang Pasar Modal melarang Wali Amanat mempunyai hubungan t
afiliasi dengan Emiten, hubungan kredit dengan Emiten, merangkap menjadi penanggung dalam emisi obligasi yang sama. Wali Amanat berwenang mewakili
kepentingan pemegang obligasi di dalam maupun luar pengadilan. Wali Amanat
Universitas Sumatera Utara
wajib membuat kontrak perwaliamanatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BAPEPAM-LK yang memuat pada saat jatuh tempo; jaminan kalau
ada; agen pembayaran; tugas dan fungsi Wali Amanat. Wali Amanat berkewajiban memberikan ganti rugi kepada pemegang obligasi atas kerugian
yang disebabkan kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya.
C. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pemegang Obligasi 1. Perjanjian Perwaliamanatan sebagai Dasar Perlindungan Pemegang
Obligasi
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, yang menjadi dasar dari hubungan hukum antara pemegang obligasi dengan Emiten adalah perjanjian
perwaliamanatan. Perjanjian inilah yang menjadi patokan mengenai sejauh mana perlindungan kepada investor diberikan. Apabila kualitas perjanjian
perwaliamanatan buruk, maka perlindungan yang akan diperoleh oleh investor tidak akan optimal.
Di dalam perjanjian perwaliamanatan akan terlihat bagaimana hak dan kewajiban dari Wali Amanat. Investor akan melihat bagaimana tugas dan
tanggung jawab Wali Amanat dalam menjalankan kepentingan investor pemegang obligasi terhadap Emiten. Dengan ini tentunya Wali Amanat harus memiliki
reputasi yang baik di mata calon pemegang obligasi untuk menarik kepercayaannya agar membeli obligasi tersebut. Oleh karena itulah, perjanjian
perwaliamanatan tidak boleh tidak dimuat dalam suatu prospektus yang
Universitas Sumatera Utara
diterbitkan oleh perusahaan karena dari prospektus ini calon pemegang obligasi dapat melihat seluruh kondisi perusahaan yang akan menerbitkan obligasi.
Ketentuan-ketentuan penting yang umum terdapat dalam perjanjian perwaliamanatan antara lain mengatur tentang:
109
a. Pengaturan penggunaan dana
Pada umumnya rencana penggunaan dana hasil emisi obligasi diatur secara cukup terinci sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup bagi calon
pemegang obligasi tentang rencana tersebut dan sekaligus menjadi kontrol bagi Emiten untuk tidak menggunakan dananya untuk kepentingan lain.
b. Hak dan Kewajiban Wali Amanat
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban ini meliputi tugas, tanggung jawab, dan kewajiban yang harus dijalankan Wali Amanat.
c. Hak-Hak Pemegang Obligasi
Di dalam perjanjian perwaliamanatan, telah memuat tentang hak-hak pemegang obligasi itu sendiri. Ketentuan ini menjadi patokan mengenai
hak-hak apa saja yang didapat oleh pemegang obligasi dari Emiten terhadap pembelian obligasi tersebut. Pada Obligasi III dan Obligasi Subordinasi
yang diterbitkan PT. Bank SUMUT pada tahun 2011, kedua pemegang obligasi tersebut memiliki hak-hak yang sama sebagaimana yang tercantum
109
Prospektus Awal, P.T Bank SUMUT, Jakarta, 2011. Hal: 327-336
Universitas Sumatera Utara
dalam perjanjian perwaliamanatan tersebut. Adapun hak-hak dari pemegang obligasi tersebut adalah sebagai berikut:
1 Menerima pelunasan Pokok Obligasi danatau pembayaran bunga
obligasi dari perseroan yang dibayarkan melalui KSEI sebagai agen pembayaran pada tanggal pelunasan pokok obligasi danatau tanggal
pembayaran bunga obligasi yang bersangkutan. Pokok obligasi harus dilunasi dengan harga yang sama dengan jumlah pokok yang tertulis
yang dimiliki oleh pemegang obligasi; 2
Pemegang Obligasi yang berhak mendapatkan pembayaran bunga obligasi adalah pemegang obligasi yang namanya tercatat dalam Daftar
Pemegang Obligasi, pada 4 empat hari bursa sebelum tanggal pembayaran bunga obligasi, kecuali ditentukan lain oleh KSEI atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian jika terjadi transaksi obligasi setelah tanggal penentuan pihak yang berhak
memperoleh bunga obligasi tersebut, maka pihak yang menerima pengalihan obligasi tersebut tidak berhak atas bunga obligasi pada
periode Bunga Obligasi yang bersangkutan; 3
Apabila Perseroan ternyata tidak menyediakan dana secukupnya untuk pembayaran bunga obligasi danatau pelunasan pokok obligasi setelah
lewat dari tanggal pembayaran bunga obligasi danatau tanggal pelunasan pokok obligasi, maka Perseroan harus membayar denda atas kelalaian
membayar jumlah Bunga Obligasi danatau pokok obligasi sebesar 1.5 satu koma lima persen per tahun di atas tingkat bunga obligasi dari
Universitas Sumatera Utara
jumlah yang wajib dibayar oleh Perseroan. Denda tersebut dihitung harian berdasarkan jumlah hari yang telah lewat, sampai dengan
pelunasan atau pembayaran jumlah yang wajib dibayar Perseroan dilaksanakan. Untuk menghitung denda, dilakukan perhitungan hari yang
terlewat yaitu 1 satu tahun adalah 360 tiga ratus enam puluh hari kalender dan 1 satu bulan adalah 30 tiga puluh hari kalender. Denda
yang dibayar oleh Perseroan yang merupakan hak Pemegang Obligasi, oleh agen pembayaran akan diberikan kepada pemegang obligasi secara
proporsional berdasarkan besarnya obligasi yang dimilikinya. 4
Seorang atau lebih pemegang obligasi yang mewakili sedikitnya 20 dua puluh persen dari jumlah pokok obligasi yang masih terhutang
termasuk di dalamnya jumlah obligasi yang dimiliki oleh Perusahaan Afiliasi Negara Republik Indonesia namun di luar dari jumlah obligasi
yang dimiliki oleh Perseroan danatau Afiliasi Perseroan. Berhak untuk mengajukan permintaan tertulis kepada Wali Amanat
agar diselenggarakan RUPO Rapat Umum Pemegang Obligasi dengan
memuat agenda yang diminta dengan melampirkan fotokopi KTUR dari KSEI yang diperoleh melalui pemegang rekening dan memperlihatkan
asli KTUR kepada Wali Amanat, dengan ketentuan terhitung sejak diterbitkannya KTUR, obligasi akan dibekukan oleh KSEI sejumlah
obligasi yang tercantum dalam KTUR tersebut. Pencabutan pembekuan obligasi oleh KSEI tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan secara tertulis dari Wali Amanat;
Universitas Sumatera Utara
5 Melalui keputusan RUPO, pemegang obligasi antara lain berhak
melakukan tindakan sebagai berikut: a
Menyampaikan pemberitahuan kepada Perseroan atau kepada Wali Amanat atau untuk memberikan pengarahan kepada Wali Amanat atau
untuk mengambil tindakan lain; b
Memberhentikan Wali Amanat dan menunjuk pengganti Wali Amanat menurut ketentuan-ketentuan Perjanjian Perwaliamanatan;
c Mengambil tindakan lain yang dikuasakan untuk diambil oleh atau
atas nama pemegang obligasi termasuk tetapi tidak terbatas pada mengubah perjanjian perwaliamanatan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan serta perundang-undangan yang berlaku;
d Mengambil keputusan sehubungan dengan usulan Emiten atau
pemegang obligasi mengenai perubahan jangka waktu obligasi, jumlah pokok obligasi, tingkat bunga obligasi, perubahan tata cara
atau periode pembayaran bunga obligasi, persyaratan dan ketentuan- ketentuan lain dari Perjanjian Perwaliamanatan;
e Mengambil keputusan yang diperlukan sehubungan dengan maksud
Perseroan atau pemegang obligasi yang mewakili sekurang-kurangnya 50 lima puluh persen dari jumlah pokok obligasi yang terhutang,
untuk melakukan pembatalan pendaftaran obligasi di KSEI sesuai dengan dengan ketentuan peraturan pasar modal dan KSEI;
Universitas Sumatera Utara
f Mengambil keputusan tentang terjadinya peristiwa force majeure
dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara Perseroan dan Wali Amanat;
g Mengambil tindakan lain yang diperlukan untuk kepentingan
pemegang obligasi berdasarkan ketentuan perjanjian perwaliamanatan danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h Mengambil keputusan sehubungan dengan terjadinya kejadian
kelalaian sebagaiaman yang dimaksud dalam perjanjian perwaliamanatan.
d. Pembatasan-pembatasan dan kewajiban-kewajiban Emiten
Dalam perjanjian perwaliamanatan terdapat pembatasan-pembatasan serta hal-hal yang wajib dilakukan oleh Emiten selama belum dilunasinya jumlah
hutang oleh Emiten. Di dalam perjanjian perwaliamanatan, salah satu pembatasan yang dilakukan terhadap Emiten yaitu tanpa persetujuan Wali
Amanat, Emiten dilarang untuk melakukan hal-hal seperti mengagunkan sebagian atau seluruh pendapatan atau harta kekayaan perseroan,
melaksanakan perubahan bidang usaha utama, mengurangi modal dasar atau modal yang disetor, mengadakan penggabungan, konsolidasi, maupun
akuisisi dengan perusahaan lain, melakukan perjanjian atau pengalihan aset kepada pihak manapun, melakukan transaksi dengan pihak ter-Afiliasi
kecuali persyaratan tersebut menguntungkan Perseroan, dan memberi pinjaman kepada atau melakukan investasi dalam bentuk penyertaan saham
Universitas Sumatera Utara
kepada pihak lain. Hal-hal tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Wali Amanat yang bertujuan untuk melindungi
kepentingan dari pemegang obligasi terhadap Emiten. e.
Jaminan Tidak semua obligasi yang telah diperdagangkan dikeluarkan dengan
adanya jaminan khusus. Ada atau tidaknya jaminan khusus ini sangat ditentukan oleh posisi tawar Emiten pada umumnya seperti rating, kondisi
keuangan Emiten. Apabila Emiten memiliki posisi yang baik maka dimungkinkan untuk mengeluarkan obligasi tanpa jaminan. Hal ini termuat
dalam perjanjian perwaliamanatan pada Obligasi III dan Obligasi Subordinasi pada PT. Bank SUMUT yang mana dalam penerbitan kedua
obligasi ini diterbitkan tanpa jaminan khusus dari Perseroan. Di dalam perjanjian perwaliamanatan baik pada Obligasi III maupun Obligasi
Subordinasi dikatakan bahwa seluruh kekayaan Perseroan, baik berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak , baik yang telah ada
maupun yang akan ada di kemudian hari kecuali aset Perseroan yang telah dijaminkan secara khusus kepada para krediturnya menjadi jaminan atas
semua hutang Perseroan kepada semua krediturnya yang tidak dijamin secara khusus atau tanpa hak istimewa termasuk Obligasi ini secara pari
passu
110
110
Asas pari passu ini berarti membagi secara proporsional harta kekayaan debitor kepada para kreditor berdasarkan perimbangan besarnya tagihan masing-masing kreditor tersebut.
Hal ini termuat dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132. Pasal 1131 “mengatakan segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru
berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, sesuai dengan Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
f. Kelalaian Perseroan
Dalam kejadian kelalaian, biasanya diatur mengenai kapan Emiten dianggap dan dinyatakan melakukan kelalaian default, misalnya: lalai membayar
hutang pokok obligasi danatau bunga obligasi danatau jumlah lain yang dibayarkan Emiten, dan lalai melaksanakan ketentuan dalam perjanjian
perwaliamanatan.
g. Pembelian Kembali Obligasi Buy Back
Dalam ketentuan perjanjian perwaliamanatan ini dimuat ketentuan bahwa setelah lewat 1 satu tahun setelah tanggal penjatahan sebagaimana yang
tercantum dalam Prospektus, Perseroan dari waktu ke waktu dapat melakukan pembelian kembali buy back untuk sebagian atau seluruh
Obligasi sebelum tanggal pelunasan pokok obligasi dan Perseroan mempunyai hak untuk memberlakukan pembelian kembali buy back
tersebut untuk dimiliki sementara lalu dijual kembali atau disimpan untuk kemudian dijual kembali dengan harga pasar atau sebagai pelunasan
obligasi. Khusus untuk pembelian kembali buy back sebagai pelunasan harus memperhatikan peraturan-peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketentuan pembelian obligasi buy back ini pada penerbitan Obligasi III dan Obligasi Subordinasi pada PT. Bank SUMUT hanya
terdapat pada perjanjian perwaliamanatan Obligasi III, sementara pada
akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”. Sedangkan Pasal 1132 mengatakan “kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang
yang mengutangkan kepadanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.
Universitas Sumatera Utara
Obligasi Subordinasi tidak ada ketentuan mengenai pembelian kembali obligasi buy back.
h. Rapat Umum Pemegang Obligasi RUPO
Ketentuan ini memuat tentang bagaimana tata cara dalam penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Obligasi. Dalam hal tentang pelaksanaan RUPO
terhadap Obligasi III dan Obligasi Subordinasi dilihat dari perjanjian perwaliamanatan pada dasarnya sama. Yang membedakan adalah dalam
RUPO Subordinasi , memuat ketentuan tentang Obligasi yang dimiliki oleh Afiliasi Perseroan, kecuali Obligasi yang dimiliki oleh Perusahaan Afiliasi
Negara Republik Indonesia maka suaranya tidak diperhitungkan dalam korum kehadiran dalam RUPO dan tidak memiliki hak suara dalam
mengambil keputusan.
i. Sifat-Sifat Khusus Obligasi Subordinasi
Sifat-sifat khusus ini hanya terdapat pada Obligasi Subordinasi. Obligasi Subordinasi diterbitkan dengan tujuan untuk diperlakukan sebagai Modal
Pelengkap Level Bawah lower tier 2 capital Perseroan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam
peraturan tentang modal pelengkap level bawah lower tier 2 capital untuk bank umum pada saat penandatanganan perjanjian perwaliamanatan ini
mengacu pada peraturan Bank Indonesia Nomor: 1515PBI2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, sebagaimana
Universitas Sumatera Utara
ditambah danatau diubah danatau diperbaharui dari waktu ke waktu, baik melalui Peraturan Bank Indonesia, Surat Edara Bank Indonesia danatau
surat-surat lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
j. Perubahan Perjanjian Perwaliamanatan Obligasi
Ini merupakan ketentuan bahwa suatu perjanjian perwaliamanatan Obligasi III maupun Obligasi Subordinasi yang diterbitkan PT. Bank SUMUT tidak
dapat diubah sebagian atau seluruhnya kecuali jika disetujui oleh para pemegang obligasi dalam RUPO dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Mengingat perjanjian perwaliamanatan merupakan dasar dari
perlindungan kepada pemegang obligasi, maka ketentuan perwaliamanatan secara terus menerus harus dikembangkan. Pengembangan terpenting semestinya
dilakukan oleh Wali Amanat dengan cara lebih aktif berperan dalam melakukan negosiasi perjanjian perwaliamanatan. Saat ini secara umum peran Wali Amanat
dalam proses tersebut sangat kurang, akan tetapi didominasi oleh Emiten dan penjamin emisi efek. Dalam hal ini penjamin emisi efek cenderung memiliki
kepentingan jangka pendek, yaitu menjual obligasi tersebut dalam penawaran perdana.
2. Peran Wali Amanat sebagai Penjaga Kepentingan Obligasi
Berdasarkan psal 51 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Wali Amanat mewakili kepentingan pemegang obligasi baik
Universitas Sumatera Utara
di dalam maupun di luar pengadilan. Wali Amanat menjadi kuasa dari pemegang obligasi berdasarkan undang-undang. Karena peran Wali Amanat sebagai kuasa
dari pemegang obligasi, maka Wali Amanat harus menjadi yang terdepan dalam perlindungan pemegang obligasi. Semua perbuatan hukum dan hubungan dengan
Emiten dalam konteks obligasi yang bersangkutan haruslah demi kepentingan pemegang obligasi. Peran dan tugas Wali Amanat ini telah dibahas pada
pembahasan sebelumnya berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-412BL2010.
Apabila Wali Amanat lalai dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya, Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menegaskan bahwa Wali Amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang obligasi atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksanannya seperti pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: Kep-412BL2010 serta pada perjanjian
perwaliamanatan tersebut. Selain perjanjian perwaliamanatan, salah satu hal yang sangat penting
bagi perlindungan kepada pemegang obligasi dari aspek hukum adalah keterbukaan informasi. Keterbukaan Informasi ini merupakan jiwa dari
keterbukaan pasar modal. Karena dengan adanya keterbukaan informasi, investor diharapkan dapat mengambil keputusan investasinya berdasarkan kondisi Emiten
yang sesungguhnya. Akan tetapi keterbukaan informasi ini tidak melindungi pemegang obligasi dalam arti memberikan jaminan kepada pemegang obligasi
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan pembayaran kembali dari Emiten. Akan tetapi, ketentuan ini memberikan investor kesempatan untuk mengambil informed decision.
Selebihnya, resiko-resiko investasi lainnya seperti resiko bisnis dari Emiten tentu saja sepenuhnya menjadi tanggungan investor itu sendiri.
3. Hak Menuntut dari Pemegang Obligasi
Pemegang obligasi memiliki hak untuk dapat mengajukan tuntutan apabila Emiten dinyatakan lalai default danatau telah melakukan pelanggaran
perjanjian perwaliamanatan. Oleh karena itu, perjanjian perwaliamanatan merupakan dasar perikatan obligasi dan pondasi perlindungan, pemegang obligasi
dapat mengajukan suatu tuntutanganti rugi apabil Emiten atau Wali Amanat lalai. Pada Pasal 1238 KUH Perdata menyebutkan bahwa “Si berutang adalah
lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa
si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu”. Lalainya Emiten harus dinyatakan dalam bentuk tertulis oleh pihak dengan siapa perjanjian
itu dibuat. Pernyataan bawah Emiten lalai ini harus jelas dan diberikan alasan yaitu misalnya karena tidak membayar hutang pokok dan bunga obligasi pada
waktunya, atau tidak memenuhi salah satu poin perjanjian perwaliamanatan yang telah disepakati. Apabila kelalaian ini menyebabkan kerugian bagi pihak lain
misalnya pemegang obligasi, maka Emiten telah melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata dan wajib mengganti kerugian yang
diderita pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal Emiten melakukan kelalaian, berdasarkan Pasal 51 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pemegang obligasi
hanya dapat mengajukan suatu tuntutangugatan kepada Emiten melalui Wali Amanat. Pasal tersebut menyebutkan, bahwa Wali Amanat mewakili kepentingan-
kepentingan pemegang obligasi baik di dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan ketentuan tersebut pula, Wali Amanat menjadi kuasa dari pemegang
obligasi berdasarkan undang-undang, bukan dari perjanjian pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 KUH Perdata.
4. Sanksi Hukum untuk Menegakkan Prinsip Keterbukaan
Bentuk perlindungan lain kepada pemegang obligasi adalah memberikan sanksi pidana kepada Emiten berdasarkan prinsip keterbukaan. Undang-Undang
Pasar Modal maupun Peraturan BAPEPAM-LK memuat ketentuan mengenai kewajiban dalam penyampaian keterbukaan informasi dan tanggung jawab atas
informasi yang menyesatkan. Terkait dengan keterbukaan informasi dan tanggung jawab atas informasi
yang menyesatkan tadi, Pasal 90 huruf c Undang-Undang Pasar Modal menegaskan, bahwa setiap pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung
membuat pernyataan tidak benar atau tidak langsung membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat penyertaan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian diri sendiri atau pihak lain dengan tujuan mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
pihak lain untuk membeli atau menjual efek. Selanjutnya, Pasal 93 Undang- Undang Pasar Modal menegaskan, bahwa setiap pihak dilarang dengan cara
apapun membuat pernyataan atau memberika keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di bursa efek
apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan: a.
Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan; atau b.
Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Terhadap pelanggaran kedua Pasal ini, Pasal 104 Undang-Undang Pasar Modal telah menentukan sanksi pidana bagi para pihak tersebut termasuk Emiten
bila melanggar berupa pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp. 15.000.000.000,- lima belas milyar. Dan, berdasarkan Pasal 110 ayat 2
Undang-Undang Pasar Modal, tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 Undang-Undang Pasar Modal ini dikategorikan sebagai kejahatan.
5. Peran BAPEPAM-LK Sebagai Pengawas
BAPEPAM-LK merupakan otoritas yang memiliki tugas dalam mengawasi kegiatan perdagangan di pasar modal. Selain tugas mengawasi,
BAPEPAM-LK juga berperan sebagai penjaga dalam rangka perlindungan investor pasar modal. Peran penjaga di sini bermakna bahwa dalam BAPEPAM-
LK dengan segala kewenangannya di bidang pasar modal memiliki tanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab besar dalam menjaga, mengembangkan, dan memajukan pasar modal di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap investor pasar modal.
D. Rencana Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Obligasi