Interaksi Simbolik Kerangka Teori

etnik lain sebagai komparasi dan penegas identitas tersebut. Identitas etnis merupakan hasil dari interaksi sosial. Kelompok yang tidak berinteraksi dengan kelompok lain mungkin tidak akan menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan- kesamaan yang besar. Hanya dengan interaksi dengan kelompok lain identitas etnik mereka terbangun, dan semakin intens interaksi itu, semakin berkembang pula identitas etnisnya http:smartpsikologi.blogspot.com. Identitas Etnik berhubungan pada latar belakang etnis mereka yang dianggap sebagai inti diri mereka. Diri yang berkonteks etnis inilah yang disebut identitas etnis Mulyana Rahmat, 2005:152. Menurut Keefe 1992 identitas etnis terdiri dari dua elemen, yaitu: 1 Identifikasi etnik sendiri vs kelompok etnik lain melalui proses kognitif, 2 Derajat keterikatan pada kelompok dan kebudayaannya yang merupakan elemen afektif. Tatkala seseorang merasa memiliki identitas etnis, maka ia mengidentifikasi siapa yang menjadi anggota kelompok etnik sendiri dan siapa yang menjadi anggota kelompok etnik lain. Ia pun mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada antara kelompok etnik sendiri dan kelompok lain. Ia juga memiliki keterikatan emosional tertentu terhadap etniknya. Elemen diatas menggambarkan bahwa identitas etnik merupakan fenomena objektif dan subjektif Hocoy, 1996. Fenomena objektif manakala seseorang menegaskan identitas etniknya melalui kriteria-kriteria tertentu yang pasti http:smartpsikologi.blogspot.com.

I.6.3 Interaksi Simbolik

Partisipan komunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang. Simbol atau lambang-lambang tersebut dibentuk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berdasarkan kesepakatan bersama. Pesan diwujudkan dalam bentuk lambang berupa kata-kata, gambar dan tulisan pesan verbal, dan perilaku nonverbal. Komunikasi disebut sistem simbolik karena penggunaan simbol-simbol yang terorganisasi dan disepakati secara umum sebagai wahana pertukaran gagasan. Proses komunikasi berada dalam sistem simbolik, oleh karena itu komunikasi juga disebut sebagai interaksi simbolik Purwasito, 2003:206-207. Dalam tataran konsep komunikasi, komunikasi hakikatnya adalah suatu proses interaksi simbolik antara pelaku komunikasi. Terjadi pertukaran pesan kepada pihak lain yang diajak berkomunikasi tersebut. Pertukaran pesan ini tidak hanya dilihat dalam rangka transmisi pesan, tapi juga dilihat pertukaran cara pikir, dan lebih dari itu demi tercapainya suatu proses pemaknaan. Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir tertentu untuk pencapaian pemaknaan tertentu pula, dimana kesemuanya terkonstruksikan secara sosial. Mungkin kontribusi terbesar Mead terhadap bagaimana kita memahami cara kita berpikir adalah konsepsi Mead tentang ‘seni berperan’ take the role of the other. Konsep diri menurut Mead sebenarnya kita melihat diri kita lebih kepada bagaimana orang lain melihat diri kita imagining how we look to another person. Kaum interaksionisme simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass self dan bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial http:interaksisimbolik.blogspot.com. Dalam konsepsi interaksi simbolik dikatakan bahwa manusia cenderung menafsirkan diri lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri kita. Manusia sering mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang dirinya. Konsep diri adalah fungsi secara bahasa. Tanpa pembicaraan maka tidak akan ada konsep diri. Nah, konsep diri ini sendiri pada nantinya terbentuk atau dikonstruksikan melalui konsep pembicaraan itu sendiri, melalui bahasa language http:interaksisimbolik.blogspot.com.

I.7 Kerangka Konsep