Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Konsep

Ketertarikan penelitian ini didasari terhadap kemungkinan hilangnya nilai budaya suatu suku bangsa sehingga akan berkurangnya pengetahuan budaya yang biasanya diwariskan secara turun menurun lewat komunikasi. Dengan menggunakan analisis studi kasus, maka diharapkan berbagai pertanyaan seputar masalah proses komunikasi budaya upacara pernikahan adat Batak Toba di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara dapat terjawab.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah proses komunikasi antarbudaya pada upacara pernikahan adat Batak Toba di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara ?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas maka perlu dibuat pembatasan masalah. Dan adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Subjek penelitian dikhususkan pada pengantin adat Batak Toba, keluarga pengantin adat Batak Toba dan pemuka adat Batak Toba yang berada di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya upacara pernikahan adat Batak Toba di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui pergeseran simbol-simbol asli yang mungkin terjadi dalam proses komunikasi antarbudaya upacara pernikahan adat Batak Toba di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis dan akademis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarbudaya dengan pendekatan kualitatif. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam memahami proses komunikasi budaya dalam suatu upacara adat yang terjadi di lingkungan kita.

I.6 Kerangka Teori

Pada suatu penelitian, peneliti harus memiliki landasan teori yang sesuai dengan masalah yang akan ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap sesuatu yang sulit untuk dimengerti. Teori memberikan dasar dalam suatu penelitan untuk memprediksi dan merumuskan pernyataan- pernyataan yang menyangkut pemahaman pemikiran Severin Tankard, 2008:12-13. Teori merupakan proposisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Teori memberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori merupakan penjelasan atau rumusan yang pada umumnya benar Soehartono, 2008:6. Teori dapat digunakan sebagai dasar penelitian karena dapat menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal, memfokuskan suatu hal, dapat menjelaskan hal yang diamati, memberikan petunjuk untuk melakukan pengamatan membuat prediksi terhadap keadaan yang akan terjadi Senjaya, 2001:1.12. Dalam penelitian ini, teori-teori yang relevan digunakan adalah Komunikasi Antarbudaya, Identitas Etnis dan Interaksi Simbolik. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

I.6.1 Komunikasi Antarbudaya dan Komunikasi Intrabudaya

Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpetif, transaksional, kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki perbedaan derajat kepentingan. Komunikasi antarbudaya juga diartikan sebagai interaksi antarpribadi antara seorang anggota dengan kelompok yang berbeda kebudayaan Liliweri, 2004:11. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggungjawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki oleh setiap orang Mulyana dan Rahmat, 2005: 21. Komunikasi antarbudaya memiliki beberapa bagian, salah satunya adalah komunikasi intrabudaya. Sitaram dan Cogdell 1976 mengidentifikasi komunikasi intrabudaya sebagai komunikasi yang berlangsung antara para anggota kebudayaan yang sama namun tetap menekankan pada sejauhmana perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai budaya yang mereka miliki bersama. Analisis komunikasi intrabudaya selalu dimulai dengan mengulas keberadaan kelompoksubbudaya dalam satu kebudayaan, juga tentang nilai subbudaya yang dianut. Jadi, studi intrabudaya memusatkan perhatian pada komunikasi antara para anggota subbudaya dalam satu kebudayaan. Komunikasi intrabudaya pun bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat efektifitas pengiriman, penerimaan dan pemahaman bersama atas nilai yang ditukar di antara partisipan komunikasi yang kebudayaannya homogen Liliweri, 2001:9. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Setiap hubungan antarmanusia dalam satu budaya selalu diatur dengan sosialisasi indoktrinasi dan instruksi-instruksi nilai. Perlu diketahui bahwa komunikasi intrabudaya merupakan suatu gejala yang selalu ada dalam konteks kebudayaan tertentu. Hubungan intrabudaya selalu didasarkan pada sikap diskriminasi geopolitik dan lain-lain Liliweri, 2001:11-13.

I.6.2 Identitas Etnis

Menurut Phinney dan Alipora 1990 identitas etnis adalah sebuah konstruksi yang kompleks yang mengandung sebuah komitmen dan rasa kepemilikan sense of belonging pada kelompok etnik, evaluasi positif pada kelompok, berminat didalam dan berpengetahuan tentang kelompok, dan turut serta terlibat dalam aktivitas sosial kelompok. Identitas itu berkaitan dengan masa lalu dan aspirasi masa depan yang berhubungan dengan etnisitas. Weinreich 1985 menyebutkan bahwa identitas sosial, termasuk identitas etnis merupakan penggabungan ide-ide, perilaku, sikap, dan simbol-simbol bahasa yang ditransfer dari generasi ke generasi melalui sosialisasi. Jadi, identitas etnis seseorang tidak berhenti ketika orang ditasbihkan sebagai anggota etnis tertentu melalui bukti ‘darah’. Akan tetapi identitas itu terbentuk melalui sosialisasi dalam keluarga dan masyarakat lingkungannya http:smartpsikologi.blogspot.com. Salah satu yang mendorong terbentuknya identitas etnis adalah kesamaan- kesamaan sesama anggota etnis yang terbentuk melalui kesamaan proses belajar, kesamaan pengalaman, dan kesamaan latar belakang. Kesamaan-kesamaan itu menumbuhkan perasaan seidentitas Freedman, Peplau Sears, 1999. Dalam proses untuk mengalami perasaan seidentitas, diperlukan kehadiran entitas atau Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara etnik lain sebagai komparasi dan penegas identitas tersebut. Identitas etnis merupakan hasil dari interaksi sosial. Kelompok yang tidak berinteraksi dengan kelompok lain mungkin tidak akan menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan- kesamaan yang besar. Hanya dengan interaksi dengan kelompok lain identitas etnik mereka terbangun, dan semakin intens interaksi itu, semakin berkembang pula identitas etnisnya http:smartpsikologi.blogspot.com. Identitas Etnik berhubungan pada latar belakang etnis mereka yang dianggap sebagai inti diri mereka. Diri yang berkonteks etnis inilah yang disebut identitas etnis Mulyana Rahmat, 2005:152. Menurut Keefe 1992 identitas etnis terdiri dari dua elemen, yaitu: 1 Identifikasi etnik sendiri vs kelompok etnik lain melalui proses kognitif, 2 Derajat keterikatan pada kelompok dan kebudayaannya yang merupakan elemen afektif. Tatkala seseorang merasa memiliki identitas etnis, maka ia mengidentifikasi siapa yang menjadi anggota kelompok etnik sendiri dan siapa yang menjadi anggota kelompok etnik lain. Ia pun mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada antara kelompok etnik sendiri dan kelompok lain. Ia juga memiliki keterikatan emosional tertentu terhadap etniknya. Elemen diatas menggambarkan bahwa identitas etnik merupakan fenomena objektif dan subjektif Hocoy, 1996. Fenomena objektif manakala seseorang menegaskan identitas etniknya melalui kriteria-kriteria tertentu yang pasti http:smartpsikologi.blogspot.com.

I.6.3 Interaksi Simbolik

Partisipan komunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang. Simbol atau lambang-lambang tersebut dibentuk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berdasarkan kesepakatan bersama. Pesan diwujudkan dalam bentuk lambang berupa kata-kata, gambar dan tulisan pesan verbal, dan perilaku nonverbal. Komunikasi disebut sistem simbolik karena penggunaan simbol-simbol yang terorganisasi dan disepakati secara umum sebagai wahana pertukaran gagasan. Proses komunikasi berada dalam sistem simbolik, oleh karena itu komunikasi juga disebut sebagai interaksi simbolik Purwasito, 2003:206-207. Dalam tataran konsep komunikasi, komunikasi hakikatnya adalah suatu proses interaksi simbolik antara pelaku komunikasi. Terjadi pertukaran pesan kepada pihak lain yang diajak berkomunikasi tersebut. Pertukaran pesan ini tidak hanya dilihat dalam rangka transmisi pesan, tapi juga dilihat pertukaran cara pikir, dan lebih dari itu demi tercapainya suatu proses pemaknaan. Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir tertentu untuk pencapaian pemaknaan tertentu pula, dimana kesemuanya terkonstruksikan secara sosial. Mungkin kontribusi terbesar Mead terhadap bagaimana kita memahami cara kita berpikir adalah konsepsi Mead tentang ‘seni berperan’ take the role of the other. Konsep diri menurut Mead sebenarnya kita melihat diri kita lebih kepada bagaimana orang lain melihat diri kita imagining how we look to another person. Kaum interaksionisme simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass self dan bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial http:interaksisimbolik.blogspot.com. Dalam konsepsi interaksi simbolik dikatakan bahwa manusia cenderung menafsirkan diri lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri kita. Manusia sering mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang dirinya. Konsep diri adalah fungsi secara bahasa. Tanpa pembicaraan maka tidak akan ada konsep diri. Nah, konsep diri ini sendiri pada nantinya terbentuk atau dikonstruksikan melalui konsep pembicaraan itu sendiri, melalui bahasa language http:interaksisimbolik.blogspot.com.

I.7 Kerangka Konsep

Konsep adalah satu kata atau lebih yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, misalnya benda, ide, atau gejala tertentu. Konsep ini dapat menunjukkan hal-hal yang nyata atau konkret Soehartono, 2008:28. Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai, dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi Martini, 1995:40. Maka konsep operasional yang akan diteliti adalah

A. Identitas Etnis

B. Interaksi Simbolik

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

I.8 Operasional Konsep