Praktek Akad Wakalah di Bank Tabungan Negara Syari’ah Cabang Batam

pemeliharaan, kata yang digunakan dalam pelaksanaan akad wakalah adalah wakalah , karena antara wakalah dan wikalah mempunyai pengertian yang sama. 36 Yang menyebabkan Wakalah menjadi batal atau berakhir adalah: a. Bila salah satu pihak yang berakad Wakalah itu tidak dalam kondisi sadar. b. Bila maksud yang terkandung dalam akad Wakalah sudah selesai pelaksanaannya atau dihentikan. c. Diputuskannya Wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang berWakalah baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang menerima kuasa. d. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atau sesuatu obyek yang dikuasakan.

B. Praktek Akad Wakalah di Bank Tabungan Negara Syari’ah Cabang Batam

Pada prinsipnya wakalah dalam praktek perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan LC, inkaso dan transfer uang atau dalam hal pembiayaan. Hal ini juga berlaku di Bank Tabungan Negara Syari’ah Cabang Batam yang mana dalam pelaksanaannya tetap berpedoman pada Peraturan Bank lndonesia, Fatwa Majelis Ulama lndonesia dan Fatwa Dewan Syarian Nasional. Akan tetapi pada praktek akad wakalah di Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Batam ada penyimpangan dalam hal pelaksanaan penandatanganan akad antara akad wakalah dan akad murabahah, serta adanya penyimpangan yaitu pihak bank hanya 36 H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Rajawali Press, Jakarta, hal. 233 Universitas Sumatera Utara menyelipkan saja akad wakalah tanpa melakukan praktek yang sebenarnya sesuai anjuran Peraturan Bank Indonesia, Fatwa Majelis Ulama Indonesia dan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Indonesia. Di dalam ketentuan hukum lslam jarak waktu penandatanganan akad antara wakalah dan murabahah terjadi tenggang waktu satu minggu, alasan adanya jarak waktu ini karena wakalah tidak bisa terjadi jika belum ada kesepakatan antara nasabah dan bank yang dalam hal ini bertindak sebagai penerima kuasa untuk membelikan suatu barang yang mana barang tersebut harus ada kesepakatan akan hal penambahan harga untuk penentuan marginbagi hasil. Pelanggaran ini terjadi sebabkan kurangnya pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah, Menurut Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia No.Kep-98MUIIII2001 tentang Susunan Pengurus Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia memberikan tugas kepada Dewan Pengawas Syariah untuk : 1. Pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah 2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada Dewan Syarian Nasional 3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada Dewan Syariah Nasional sekurang- kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran Universitas Sumatera Utara 4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan Dewan Syariah Nasional. 5. Untuk melakukan pengawasan tersebut, anggota Dewan Pengawas Syariah harus memiliki kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqh muamalah dan ilmu ekonomi keuangan Islam modern. Kesalahan besar perbankan syari’ah saat ini adalah mengangkat Dewan Pengawas Syariah karena kharisma dan kepopulerannya di tengah masyarakat, bukan karena keilmuannya di bidang ekonomi dan perbankan syari’ah. Masih banyak anggota Dewan Pengawas Syariah yang belum mengerti tentang teknis perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah, apalagi ilmu ekonomi keuangan Islam seperti akuntansi, akibatnya pengawasan dan peran-peran strategis lainnya sangat tidak optimal. Dewan Pengawas Syariah juga harus memahami ilmu yang terkait dengan perbankan syariah seperti ilmu ekonomi moneter misalnya, dampak bunga terhadap investasi, produksi, unemployment. Dampak bunga terhadap inflasi dan volatilitas currency, Dengan memahami ini, maka tidak ada lagi ulama yang menyamakan margin jual beli murabahah dengan bunga. Tetapi faktanya, masih banyak ulama yang tidak bisa membedakan margin murabahah dengan bunga, karena minimnya ilmu yang mereka miliki. Karena pengangkatan Dewan Pengawas Syariah bukan didasarkan pada keilmuannya, maka sudah bisa dipastikan, fungsi pengawasan Dewan Pengawas Syariah tidak optimal, akibatnya penyimpangan dan praktek syariah menjadi hal yang mungkin dan sering Universitas Sumatera Utara terjadi. Sehingga perbankan syariah sangat rentan terhadap kesalahan-kesalahan yang bersifat syar’ah. Tuntutan target, tingkat keuntungan yang lebih baik, serta penilaian kinerja pada setiap cabang bank syari’ah, yang masih dominan didasarkan atas kinerja keuangan, akan dapat mendorong para pimpinan dan praktisi yang bisa melanggar ketentuan syari’ah. Hal ini akan semakin rentan terjadi pada bank syari’ah dengan tingkat pengawasan syariah yang rendah. Oleh karena itu masih banyak ditemukannya pelanggaran aspek syari’ah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga perbankan syariah, khususnya perbankan yang konversi ke syariah atau membuka unit usaha syariah. Sering kali kasus-kasus yang menyimpang dari syar’ah Islam di bank syari’ah, lebih dahulu diketahui oleh Bank Indonesia daripada oleh Dewan Pengawa Syariah, sehingga Dewan Pengawas Syari’ah baru mengetahui adanya penyimpangan syari’ah setelah mendapat informasi dari Bank Indonesia. Demikianlah lemahnya pengawasan Dewan Pengawas Syariah di bank-bank syari’ah. Bank syariah harus menyadari bila mereka sering mengabaikan kepatuhan prinsip syariah, mereka akan menghadapi risiko reputasi reputation-risk yang bermuara pada kekecewaan masyarakat dan sekaligus merusak citra lembaga perbankan syari’ah. Bank Indonesia selalu menyampaikan banyaknya indikasi Universitas Sumatera Utara pelanggaran syari’ah yang dilakukan oleh lembaga perbankan syari’ah dalam praktek operasionalnya. 37 Dari indikator pengawasan dan pemeriksaan yang dilaporkan Bank Indonesia, masih ditemui berbagai sistem operasional bank syariah yang belum sesuai dengan prinsip kepatuhan pada nilai-nilai syariah. 38 Bank Syariah seharusnya segera meluruskan pihak manajemen bank syariah terkait. Sejak dini Dewan Pengawas Syari’ah DPS dan pengawas bank syari’ah, harus meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di bank syari’ah. Hal ini penting agar bank syari’ah tidak menjadi bank yang bermasalah. Khusus terhadap prinsip-prinsip syari’ah, bankir syari’ah harus sepenuhnya konsisten terhadap penerapan prinsip-prinsip syari’ah, karena umumnya di dunia ini kegagalan bank syari’ah dapat terjadi, karena ketidak-konsistenan dalam menjalankan prinsip syari’ah. Peran DPS sangat menentukan dalam mengawasi operasi bank syari’ah agar tetap memenuhi prinsip-prinsip syari’ah. DPS harus secara aktif dan rutin melakukan pengawasan terhadap bank syari’ah. Kelangkaan ulama integratif sebagaimana disebut di atas, bahwa DPS harus menguasai fiqh mu’amalah bersama perangkatnya ilmu ushul fiqh, qawa’id fiqh, tafsir dan hadits ekonomi, juga harus menguasai ilmu ekonomi keuangan dan perbankan Islam modern. Tapi kenyataannnya persyaratan tersebut sangat sulit 37 sumber : http:blog.umy.ac.idrodes2008peran-dan-fungsi-dewan-pengawas-syariah-dps Topik : Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Tautan http:www.gudangmateri.com201101 peran- dan-fungsi-dewan-pengawas-syariah.html. 38 Seminar Bank lndonesia dalam hal pengawasan bank syariah di Hotel mulya Jakarta oleh Deputi Bank Indonesia Maulana lbrahim. Universitas Sumatera Utara diwujudkan, karena kita kekurangan ulama yang memahami kedua disiplin keilmuan tersebut sekaligus. Fenomena itu tidak saja di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Dalam lembaga DPS bank syariah misalnya, harus mengetahui konsep dan mekanisme operasional perbankan syari’ah, struktur dan terminologi bank dan LKS, legal documentation, mengatahui dasar-dasar akuntansi sehingga bisa membaca laporan keuangan, dan tentu saja pemahaman yang baik tentang fikih muamalah . Karena itu Yasaar sebagai lembaga yang khusus menangani shariah board mulai merekrut ulama muda potensial yang menguasai ilmu ekonomi keuangan. Dengan ilmu yang integral tersebut pengawasan bisa lebih optimal dan mereka bisa merumuskan menetapkan serta pembuatan fatwa hukum ekonomi syari’ah di Indonesia, ulama muda potensial dapat direkrut di program Doktor Ekonomi Ekonomi Islam yang mulai tumbuh dan berkembang di berbagai Perguruan Tinggi. Keunggulan mereka ini adalah dikarenakan para Doktor Ekonomi memiliki dua keahlian keilmuan sekaligus, yaitu pertama, fiqih mumalah, ushul fiqh, qawaid fiqh serta ayat dan hadits ekonomi dan kedua, mereka juga mengerti tentang praktek perbankan dan LKS yang disertai bekal ilmu ekonomi keuangan modern, sehingga mereka bisa melakukan pengawasan dengan baik, bukan sekedar pajangan kharisma. Universitas Sumatera Utara

C. Perbedaan Akad Pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah di Bank Syari’ah