si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.
58
B. Praktek Wakalah Dalam Kasus Murabahah di Bank Tabungan Negara
Syariah Cabang Batam 1.
Praktek Wakalah Dalam Kasus Murabahah
Nasabah mengajukan usulan pembiayaan secara murabahah, maka Nasabah akan memberikan spesifikasi barang yang dibutuhkan berikut dokumen
keuangan untuk dianalisa oleh pihak bank. Bilamana bank setuju untuk memberikan pembiayaan murabahah, maka bank akan menerbitkan surat
penawaran Offering Letter pembiayaan murabahah mengenai persyaratan dan ketentuan yang harus ditaati nasabah.
Dalam surat penawaran tersebut, bank syari’ah akan mengajukan penawaran apakah nasabah bersedia apabila pembelian barang dilakukan sendiri
oleh pihak nasabah secara wakalah atas nama bank. Bilamana nasabah setuju, maka nasabah akan mengembalikan surat penawaran pembiayaan murabahah
tersebut yang telah ditanda-tangani berikut uang muka barang tersebut. Bank lalu menindak-lanjuti persetujuan nasabah tersebut dengan melakukan akad wakalah
dengan pihak nasabah. Pada saat inilah bank akan mencairkan dana kepada nasabah untuk melakukan pembelian barang. Dalam akad wakalah tersebut, pihak nasabah
diberi jangka waktu umumnya singkat untuk menyediakan barang bagi kepentingan
58
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta, Gema lnsani, 2001, hal. 102.
Universitas Sumatera Utara
bank. Kedudukan nasabah pada Akad Wakalah ini adalah sebagai kuasa dari pihak Bank.
Dalam hal jangka waktu Akad Wakalah telah berakhir dan Nasabah belum juga menyerahkan barang, maka nasabah wajib mengembalikan dana bank secara
sekaligus kepada Bank BTN Syariah Cabang Batam, keadaan seperti ini pernah terjadi akan tetapi barang dibeli oleh nasabah, maka barang dan dokumen
kepemilikan diserahkan oleh nasabah kepada bank. Selanjutnya segera bank dan nasabah melakukan akad Murabahah. Dalam
Akad Murabahah ini bank dan nasabah akan menanda-tangani jadwal angsuran diperhitungkan berdasarkan kapan Akad Murabahah ditanda-tangani dan tidak boleh
berdasarkan Akad Wakalah atau kapan pencairan dana dilakukan. Oleh karena itu, perbankan syari’ah akan selalu mendapat keuntungan dari
penjualan barang melalui model murabahah dengan pengertian masih ada nasabah yang mau membeli barang dagangan yang ditawarkan oleh perbankan syari’ah.
Dalam prakteknya yang mempunyai peran aktif adalah pihak nasabah. Dimana pihak nasabah awalnya meminta bantuan kepada perbankan syari’ah untuk
pengadaan suatu barang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukannya. Setelah perbankan syari’ah sepakat dan setuju dengan apa yang diinginkan oleh nasabah,
pihak perbankan syari’ah mengadakan barang dengan cara membeli barang tersebut ke supplier.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian barang tersebut dijual lagi ke nasabah setelah ditentukan tingkat keuntungannya. Pihak perbankan syari’ah mendapat keuntungan dari selisih harga
perjualan dengan harga pembelian. Pada dasarnya praktek jual beli murabahah merupakan pengembangan produk
dari model jual-beli yang sudah biasa dikenal di tengah-tengah masyarakat dengan penekanan pada cara pembayaran yang dilakukan secara tangguh baik secara
angsuran ataupun tunai pada saat jatuh tempo. Jual-beli biasa mengharuskan adanya proses tunai, dimana pertukaran barang
dan uang antara penjual dan pembeli dilakukan tanpa menunggu waktu yang lama dan masih dalam satu tempat. Ini menjadi dasar terjadinya transaksi jual beli. Sesuai
dengan tuntutan kebutuhan manusia perkembangan jual beli sudah berubah dari model tunai menjadi model jual beli kredit.
Keuntungan bagi pembeli adalah adanya keringanan dalam proses pembayaran yang dapat dilakukan dengan cara angsuran. Lain dari itu, pembeli dapat
mengukur batas kemampuan dalam menentukan nilai angsuran yang harus dibayarkan kepada penjual. Sedangkan keuntungan yang diperoleh penjual berbentuk
margin keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan proses pembelian secara tunai. Dalam perbankan syari’ah pengembangan produk murabahah
mengharuskan adanya penyerahan secara langsung barang yang ditransaksikan kepada nasabah tanpa harus ada proses perwakilan.
Beberapa kasus praktek murabahah menunjukkan adanya penyimpangan dari khittah yang mendasari adanya transaksi murabahah itu sendiri. Penyimpangan itu
Universitas Sumatera Utara
berupa selipan akad wakalah dalam transaksi murabahah. Wakalah dalam transaksi murabahah
terjadi melalui proses perwakilan antara pihak perbankan kepada nasabah. Dimana pihak perbankan mewakilkan kepada pihak nasabah untuk
melakukan pembelian sendiri barang yang diinginkan kepada supplier setelah mendapatkan uang pembelian dari bank.
Praktek murabahah semacam ini menyerupai transaksi kredit pada perbankan konvensional. Adanya pernyataan masyarakat seperti itu karena dalam murabahah
yang diselipi akad wakalah penyerahan bukan dalam bentuk barang tetapi dalam bentuk uang cash yang hal ini juga dipraktekkan dalam perbankan konvensional
melalui pinjaman kredit. Murabahah
model ini sudah tidak murni lagi, yang mengakibatkan masyarakat dapat terjebak pada pemberlakuan model pinjaman kredit seperti pada
perbankan konvensional. Dalam kasus semacam ini diperlukan adanya pengawasan yang ketat oleh Dewan Pengawas Syari’ah ataupun Dewan Syari’ah Nasional agar
praktek murabahah sesuai dengan teori dasar yang melandasinya supaya tidak ada penyimpangan dalam pelaksanaan dalam Perbankan Syari”ah.
Jika tidak ada pengawasan yang ketat bisa diprediksikan keberadaan perbankan syariah di Indonesia akan menyerupai praktek perbankan konvensional
Jual beli dengan tempo pembayaran murabahah merupakan jual beli di mana penjual memberitahu pembeli biaya perolehan dan keuntungan yang diinginkannya.
Murabahah awalnya tidak berhubungan dengan pembiayaan. Kemudian, digunakan
Universitas Sumatera Utara
oleh perbankan syari’ah dengan menambahkan beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan.
Aplikasi pembiayaan murabahah dapat digunakan untuk pembelian barang konsumsi maupun barang dagangan bagi usaha kecil menengah UKM masyarakat
contohnya warung dan sebagainya dalam sektor riil. Praktik pelaksanaan murabahah saat ini masih banyak yang tidak sesuai
dengan yang seharusnya terjadi. Penyimpangan ini dapat berupa selipan akad wakalah
pada transaksi murabahah. Prinsip wakalah pada transaksi murabahah dapat terjadi melalui proses perwakilan yang terjadi antara pihak perbankan syari’ah
dengan pihak nasabah. Pada proses ini, pihak perbankan mewakilkan pihak nasabah untuk melakukan
pembelian barang sendiri yang diinginkan kepada pihak supplier setelah mendapatkan uang pembelian dari pihak bank.
Perbankan syari’ah dalam menentukan kebijakan harga jual yang diinginkan tidaklah terlepas dari rujukan kepada suku bunga konvensional tingkat pesaing dan
sebagainya. Di sisi lain, masih terdapat kritikan-kritikan terhadap beberapa praktik yang dilakukan perbankan syari’ah selama ini terutama pada jual beli murabahah
yang dianggap masih sama dengan kredit pada perbankan konvensional. Didasarkan pada kenyataan bahwa proses penentuan harga jual murabahah
adalah tetap menggunakan metode pembebanan bunga flat rate harga rata-rata dan prinsip cost of fund biaya dana yang merupakan pikiran utama dalam perbankan
Universitas Sumatera Utara
konvensional. Bahkan penentuan keuntungan yang diberikan terkadang lebih besar dari suku bunga konvensional.
Hal ini dilakukan dengan alasan untuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diuraikan alasan diperbolehkannya
pembiayaan murabahah, sistemnya di perbankan syari’ah dan penentuan bagi hasil, serta pengaruh pembiayaan murabahah terhadap perekonomian.
Pembahasan dalam literatur fiqh murabahah di definisikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dari definisi
tersebut maka paling tidak skim murabahah mencakup dua komponen yakni jual beli ba’i
dan tambahan keuntungan yang disepakati, dari dua komponen tersebut maka murabahah
dapat digolongkan kepada akad tijaroh dengan bentuk natural certainty contracts
kepastian alam. Dalam prakteknya transaksi murabahah dapat dilakukan dengan pesanan
maupun tanpa pesanan, untuk murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah, sehingga secara operasional
murabahah berdasar pesanan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Perjanjian murabahah dapat bersifat mengikat ataupun tidak mengikat, untuk
perjanjian mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya, apabila aktiva pembeli murabahah yang telah dibeli bank sebagai penjual mengalami
penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan, selain itu
dalam transaksi ini diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda.
3. Bank dapat memberikan potongan harga kepada nasabah apabila nasabah
mempercepat pembayaran cicilan atau melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.
4. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga
beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari suplier, maka potongan tersebut merupakan hak nasabah, namun apabila potongan tersebut
terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.
5. Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah,
antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli. 6.
Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat
dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada
pendekatan ta’zir
59
yakni untuk membuat nasabah menjadi lebih disiplin
59
Ta’zir adalah hukuman yang tidak ditentukan oleh al qur’an dan hadits yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah dan hak hamba yang berfungsi untuk memberi pelajaran
kepada si terhukum dan mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan yang serupa, penentuan jenis pidana ta’zir ini diserahkan sepenuhnya kepada penguasa sesuai dengan kemaslahatan menusia itu
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda digunakan untuk dana sosial.
Dari uraian di atas sistem pembiayaan murabahah pertama kali nasabah akan datang ke bank untuk memesan barang yang dibutuhkan pada langkah pertama
negoisasi terjadi antara bank dengan nasabah, berkenaan dengan jenis atau spesifikasi barang, pola pembayaran dan lain sebagainya, kemudian bank akan memesan barang
sesuai dengan permintaan nasabah kepada supplier selanjutnya barang kemudian dikirim kepada nasabah, dan terakhir nasabah akan mulai membayar dengan pola
pembayaran yang telah disepakati. Adapun harga jual murabahah kepada nasabah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual saling dari kata ribh
keuntungan, yakni pertambahan nilai modal saling mendapatkan keuntungan. Menurut terminologi ilmu fiqh
60
artinya murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama tambahan keuntungan yang jelas. Murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntunganmargin yang disepakati. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa murabahah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, serta penjual harus memberitahukan bahwa harga produk yang dibeli dan menentukan
60
I
lmu Fiqh adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia sama ada halal. Haram, makruh atau wajib beserta dalilnya masing-masing. Fiqh adalah kaidah-kaidah yang dijadikan
sarana untuk menggali hukum-hukum syari’ah yang berkaitan dengan perbuatan amaliah mukallaf dari dalil-dalil yang terperinci. Dengan kata lain kaidah-kaidah yang dijadikan metode untuk menggali
hukum agama.Sebagai contoh. fiqh menetapkan bahwa perintah amar itu menunjukkan wajib dan larangan nahi menunjukkan hukum haram.
Universitas Sumatera Utara
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sumber dana murabahah itu sendiri antara lain:
a. Murabahah didanai investasi tidak terikat URIA Unrestricted Investment
Account , atau mudharabah muthalaqah.
b. Murabahah didanai investasi terikat RIA Restricted Invesment Accound, atau
mudharabah Muqayyadah .
c. Murabahah didanai modal bank secara murni.
Murabahah dalam literatur hukum Islam , adalah salah satu bentuk transaksi
jual beli amanah. Menurut Abu Hanifa mengatakan bahwa murabahah merupakan penjualan dengan suatu persentase penaikan harga yang disepakati terhadap harga
pembelian dan jual beli ini halal. Oleh karena itu, menurut Al Kaf, salah seorang pengkritik murabahah,
sebagaimana dikutip oleh Ahmad Saeed, mengatakan bahwa murabahah suatu jual beli yang tidak dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya.
Menurutnya, murabahah dikemukakan pertama kali oleh beberapa tokoh ulama pada sekitar seperempat abad kedua Hijriah ataupun sesudahnya.
Para ulama generasi awal seperti Imam Syafi’i dan Malik berpendapat bahwa jual beli secara murabahah adalah halal. Akan tetapi, kedua lmam Mazhab ini tidak
mengutip satu hadis pun dalam rangka mendukung pendapatnya ini. Namun demikian, menurut Wahbah Zuhaili terdapat beberapa ayat yang
membahas secara umum tentang jual beli murabahah dan perdagangan di dalam Al- Qur’an dan Sunnah yang dapat dijadikan sebagai sandaran landasan diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
“Padahal Allah SWT. telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”Dari Shuhaib r.a : Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. bersabda : “Ada tiga perkara
yang ada berkah padanya”. Jual beli dengan tempo pembayaranmurabahah, pemberian modal niaga
kepada seseorang dan pencampuran gandum dengan beras untuk rumah tangga, bukan untuk jual beli. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad
61
yang lemah. Oleh karena itu, menurut Imam Syafi’i menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan
kepada yang lain, “Belikan suatu barang untukku dan kemudian aku akan memberikan keuntungan kepadamu sekian.”
Murabahah adalah suatu jual beli dengan harga dan keuntungan tertentu yang
diketahui oleh para pihak yang terlibat. Di sisi lain, pertimbangan yang digunakan oleh Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama lndonesia MUI dalam
memperbolehkan jual beli secara murabahah adalah karena masyarakat banyak memerlukan bantuan penyaluran dana dari bank syari’ah berdasarkan prinsip jual
beli. Masyarakat memerlukan bantuan guna melangsungkan dan meningkatkan
kesejahteraan diberbagai kegiatan maka, Bank Syari’ah perlu memiliki fasilitas murabahah
bagi yang memerlukannya. Selain itu, pembiayaan murabahah
61
Definisi SANAD Sanad adalah silsilah rentetan para perawi yang menyambungkan kepada
Matan . Dan Matan adalah perkataan yang terdapat di akhir Sanad itu. Dengan bahasa lugasnya, Sanad
adalah jalur transmisi periwayatan hadits, sedangkan Matan adalah teks atau nash yang terdapat di ujung Sanad itu.
Universitas Sumatera Utara
merupakan pembiayaan prinsip jual beli yang pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan tertentu yang ditambahkan di atas biaya perolehan.
Pembayaran dapat dilakukan secara tunai ataupun ditangguhkan dan dicicil. Pada mulanya, murabahah dalam fiqh Islam tidak ada hubungannya dengan
pembiayaan. Murabahah dalam Islam berarti jual beli di mana penjual memberitahukan kepada pembeli biaya perolehan dan keuntungan yang
diinginkannya. Pembiayaan ini bukan merupakan pembiayaan utama yang sesuai syari’ah.
Namun, penerapan mudharabah dan musyarakah untuk pembiayaan dalam sistem ekonomi saat ini menghadapi beberapa kendala.
Oleh karena itu, beberapa ahli hukum Islam kontemporer membolehkan penggunaan murabahah sebagai bentuk pembiayaan dengan syarat-syarat tertentu
yang harus diperhatikan. Pada mulanya murabahah bukan merupakan bentuk pembiayaan, melainkan hanya sebagai sarana untuk menghindari bunga dan bukan
merupakan instrument ideal untuk mengemban tujuan riil ekonomi Islam. Instrumen ini hanya digunakan sebagai langkah transisi yang diambil dalam
proses Islamisasi ekonomi. Penggunaannya terbatas pada kasus-kasus di mana mudharabah
dan musyarakah tidak dapat diterapkan. Murabahah muncul bukan hanya untuk menggantikan bunga dengan keuntungan, namun sebagai bentuk
pembiayaan yang diperbolehkan oleh para ulama dengan syarat-syarat tertentu. Apabila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka murabahah tidak boleh
digunakan dan cacat menurut Syari’ah. Mekanisme pembiayaan murabahah
Universitas Sumatera Utara
mempunyai beberapa ciri atau elemen dasar. Yang paling utama adalah barang dagangan harus tetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan
nasabah belum selesai. Murabahah
adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan dibandingkan dengan sistem Profit and Loss Sharing cukup memudahkan.
Keuntungan dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan
keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam. Murabahah
menjauhkan ketidak pastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan system Profit and Loss Sharing PLS.
Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur. Dari teori-teori
tersebut bagaimana teknisnya dalam dunia perbankan hal ini terbagi menjadi 3 diantaranya :
1. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka pembayarannya.
2. Harga jual dicantumkan dalam akad jual dan beli jika telah disepakati tidak
dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
Universitas Sumatera Utara
3. Dalam transaksi ini bila sudah ada barang diserahkan segera kepada nasabah
sedangkan pembayarannya dilakukan secara tangguh. Berdasarkan pada teori dan teknis tersebut secara otomatis muncul perbedaan
antara bank syari’ah dan bank konvensional terhadap produk tersebut diantaranya bank syari’ah menjual barang pada nasabah hutang nasabah sebesar harga jual tetap
selama jangka waktu murabahah ada analisa supplier keuntungan berdasarkan manfaat atau nilai bisnis tersebut bank konvensional memberi kredit uang pada
nasabah hutang nasabah sebesar kredit dan bunga berubah-ubah tidak ada analisa supplier bunga berdasarkan rate pasar yang berlaku. Praktek wakalah dalam kasus
murabahah tidak sejalan dengan yang di anjurkan oleh Peraturan Bank lndonesia,
Dewan Syari’ah Nasional dan Majelis ulama lndonesia. Dalam ketentuan ketiga lembaga ini akad wakalah tidak boleh diselipkan begitu saja tanpa adanya
pelaksanaan kuasa, harus benar-benar dijalankan, dalam pelaksanaan wakalah dalam murabahah
juga terkesan mengedepankan kepentingan bank, seperti nasabah tidak diberikan kesempatan untuk menawar harga barang, tetapi secara tidak langsung
menyetujui keinginan bank tersebut untuk menanda tangani akad wakalah yang sudah dibuat oleh notaris tanpa ada penjelasan terlebih dahulu fungsi wakalah dalam
murabahah , terjadinya penyimpangan ini disebabkan kurangnya pengawasan dari
Badan Pengawas Syari’ah dalam pelaksanaan akad wakalah ini, sehingga bank syariah leluasa untuk melanggar aturan yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
C. Dasar Hukum Akad wakalah dan Akad murabahah Yang Menjadi Pedoman