85
BAB IV PERATURAN BANK INDONESIA ATAS AKAD WAKALAH DAN
PERBANDINGAN DENGAN HUKUM ISLAM
A. Peraturan Bank lndonesia tentang Akad Wakalah
Sebagaimana diketahui bahwa akad wakalah ini ditetapkan untuk perbankan syari’ah melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 3234KepDir
tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian di perbaharui dengan Peraturan Bank lndonesia nomor 624PBI2004 tentang Bank Umum yang
melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syari’ah, yang kemudian diperbaharui dan disempurnakan dengan peraturan Bank lndonesia Nomor
825PBI2006. Selanjutnya, dipertegas pula sebagai kegiatan usaha perbankan syari’ah dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008.
Peraturan Bank lndonesia atas akad wakalah PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 746PBI2005, Pasal 4 ayat 7 yang isinya menyatakan
murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati. Dan pasal 12 ayat 5 menyatakan : dalam hal Bank mewakilkan wakalah kepada nasabah untuk membeli barang, maka akad
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank.
Sebagaimana diketahui bahwa akad wakalah ini ditetapkan untuk perbankan syariah melalui Surat Keputusan Direksi Bank lndonesia Nomor 3234KepDir
tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Bank lndonesia nomor 624PBI2004 tentang Bank Umum yang
Universitas Sumatera Utara
Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 735PBI2005 dan surat Keputusan Direksi
Bank lndonesia Nomor 3236KepDir tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syari’ah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank lndonesia Nomor
825PBI2006.
70
Selanjutnya dipertegas pula sebagai kegiatan usaha perbankan syariah dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008.
71
Contoh lain penerapan Akad wakalah dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi, terutama dalam institusi keuangan dalam Landasan hukum
lslam adalah
72
: 1. Transfer Pengiriman Uang
Transfer uang adalah kegiatan yang menggunakan konsep akad wakalah,yang diawali dengan permohonan nasabah sebagai Al-Muwakkil kepada kantor pos bank
western union sebagai Al-Wakil untuk melakukan permohonan kepada kantor pos
bank western union untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening orang lain. Contoh akad wakalah dalam transfer uang sebagai berikut:
a. Wesel Pos Western Union Dalam transfer wesel pos western union, uang tunai diberikan secara
langsung dari Al-Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju. Berikut adalah skema transfer uang
70
Keputusan Direksi Bank lndonesia Nomor 3236KepDir tentang Bank Perkreditan Rakyat.
71
Rachmadi Usman, Op. cit, hal 269
72
Rhesa Yogaswara, Konsep Akad Wakalah dalam Fiqh Muamalah, http:informationmedia.wordpress.com20090416konsep-akad-wakalah-dalam-fiqh-muamalah
Universitas Sumatera Utara
dengan Wesel Pos Western union. Relevansi daripada western union didalam penambahan penulis ini sebagai salah contoh penggunaan wakalah dalam perbankan
syariah. b. Transfer uang melalui suatu bank
Pada transfer melalui bank, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara tunai atau memberi kuasa untuk mendebet rekeningnya kepada bank yang merupakan Al-
Wakil , selanjutnya bank tidak menyerahkan uang tunai tersebut secara langsung
kepada penerima uang, tapi bank mengirimkan uang tersebut dengan mengkredit rekening penerima.
c. Transfer melalui ATM Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian untuk
mengirimkan uang, tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam skema ini, nasabah Al-Muwakkil meminta bank
untuk mendebet rekening tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada
rekeningnya sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM.
2. Letter Of Credit Impor Akad untuk transaksi Letter of Credit Import Syariah ini menggunakan akad
Wakalah Bil Ujrah . Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Pengawas Syariah Nomor:
34DSN-MUIIX2002. Letter Of Credit lmpor diatur secara jelas dan rinci.
Universitas Sumatera Utara
Dewan Pengawas Syari’ah sudah mengeluarkan fatwa tentang Letter of Credit impor
syari’ah sebagai berikut : 1.
Mekanisme transaksi Letter off Credit lmpor yang menggunakan akad wakalah Bil ujrah salah satu jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Jika menggunakan akad wakalah Bil ujrah penentuan biaya pelaksanaan Letter
off Credit bisa dilakukan secara transparan
3. Dihapusnya unsur bunga terkait pemberian fasilitas bagi importir yang tidak
mempunyai dana yang cukup dibank Akan tetapi pada pelaksanaannya tidak sejalan dengan peraturan Dewan
Pengawas Syariah, karena dianggap masih belum mampu mencover seluruh persoalan yang ada dalam Letter off lmpor, seperti :
a. Penetapan biaya pelaksanaan Letter of Credit lmpor kurang transparan
b. Adanya unsur bunga demi keuntungan bank terkait pemberian fasilitas
pinjaman bagi lmportir yang tidak mempunyai dana yang cukup dibank merupakan sesuatu yang bertentangan dengan konsep bisnis secara lslam.
73
Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki definisi dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank dengan imbalan pemberian ujrah atau fee. Namun ada beberapa
modifikasi dalam akad ini sesuai dengan situasi yang terjadi seperti :
73
Ramlan Ginting, Letter off Credit Tinjauan Hukum dan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, 2002, hal 49
Universitas Sumatera Utara
a. Akad Wakalah bil Ujrah
1. Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga pembayaran barang
yang diimpor. 2.
Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.
3. Besar ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk prosentase. 4.
Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor. 5.
Bank melakukan penagihan kepada bank penerbit LC, selanjutnya dibayarkan kepada eksportir setelah dikurangi ujrah.
6. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam prosentase. b. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh
1. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga
barang yang diimpor. 2.
Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.
3. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk prosentase. 4.
Bank memberikan dana talangan qardh kepada importir untuk pelunasan pembayaran barang impor. Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen
ekspor. Bank melakukan penagihan collection kepada bank penerbit LC
Universitas Sumatera Utara
issuing bank. Bank memberikan dana talangan Qardh kepada nasabah
eksportir sebesar harga barang ekspor. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.
c. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah
1. Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah kepada bank untuk melakukan
pengurusan dokumen dan pembayaran. 2.
Bank dan importir melakukan akad mudharabah, dimana bank bertindak selaku shahibul mal menyerahkan modal kepada importir sebesar harga
barang yang diimpor. d. Akad Wakalah bil Ujrah dan Hiwalah
1. Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran harga
barang yang diimpor. 2.
Importir dan Bank melakukan akad wakalah untuk pengurusan dokumen dokumen transaksi impor.
3. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk persentase. 4.
Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang kepada 5.
Bank memberikan kepada eksportir seluruh dana yang dibutuhkan dalam proses produksi barang ekspor yang dipesan oleh importir.
6. Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor. Bank melakukan
penagihan kepada bank penerbit LC. Pembayaran oleh bank penerbit LC dapat dilakukan pada saat dokumen diterima atau pada saat jatuh tempo.
Universitas Sumatera Utara
7. Pembayaran dari bank penerbit LC dapat digunakan untuk Pembayaran
ujrah , pengembalian dana mudharabah, dan pembayaran bagi hasil. Besar
ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan
dalam bentuk persentase. e. Investasi Reksadana Syari’ah
Akad untuk transaksi Investasi Reksadana Syari’ah ini menggunakan akad wakalah
dan mudharabah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 20DSN-MUIIV2001. Akad wakalah ini memiliki definisi dimana
pemilik modal memberikan kuasa kepada manajer investasi agar memiliki kewenangan untuk menginvestasikan dana dari pemilik modal.
f. Pembiayaan Rekening Koran Syariah Akad untuk transaksi pembiayaan rekening koran syariah ini menggunakan
akad wakalah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 30DSNVI2002. Akad wakalah ini memiliki definisi dimana bank memberikan
kuasa kepada nasabah untuk melakukan transaksi yang diperlukan. g. Asuransi Syariah
Akad untuk asuransi syariah ini menggunakan akad wakalah bil ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 52DSNMUI III2006.
Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki definisi dimana pemegang polis memberikan kuasa kepada pihak asuransi untuk menyimpannya dan
menginvestasikan premi yang dibayarkan ke dalam tabungan maupun ke dalam produk investasi seperti sukuk, saham dan reksadana syariah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, pihak asuransi berperan sebagai Al-Wakil dan pemegang polis sebagai Al-Muwakil.
B. Dasar Hukum Wakalah Dalam Hukum Islam