54
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas analisa data dan pembahasan sesuai dengan hasil data yang diperoleh. Bab ini diawali dengan memberikan gambaran umum subjek
penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan data penelitian.
A.
GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang menikah pada suku Batak Toba di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir. Jumlah subjek dalam
penelitian ini adalah 35 pasang suami istri atau 70 orang yang telah memenuhi karakteristik populasi penelitian. Dari subjek penelitian tersebut didapatkan
gambaran berdasarkan usia pernikahan, jumlah anak, keterangan tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan penghasilan bulan.
1. Usia Pernikahan Subjek Penelitian
Berdasarkan usia pernikahan subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Pernikahan
Usia Pernikahan Jumlah N
Persentase
1 tahun 2 pasang
5.71 1tahun – 2 tahun
6 pasang 17.14
2tahun – 3 tahun 11 pasang
31.43 3tahun – 4 tahun
16 pasang 45.71
Total 35 pasang
100
Universitas Sumatera Utara
55
Berdasarkan data pada tabel 8, jumlah subjek yang usia pernikahannya 1 tahun sebanyak 2 pasang, subjek yang usia pernikahannya lebih dari 1 tahun
sampai dengan 2 tahun sebanyak 6 pasang, subjek yang usia pernikahannya lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun sebanyak 11 pasang, dan subjek yang usia
pernikahannya lebih dari 3 tahun sampai dengan 4 tahun sebanyak 16 pasang. Subjek yang dominan adalah subjek yang usia pernikahannya lebih dari 3 tahun
sampai dengan 4 tahun berjumlah 45.71, subjek yang usia pernikahannya lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun berjumlah 31.43, subjek yang usia
pernikahannya lebih dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun berjumlah 17.14, dan subjek yang usia pernikahannya 1 tahun berjumlah 5.71 dari keseluruhan jumlah
subjek penelitian.
2. Jumlah Anak dari Subjek Penelitian
Berdasarkan jumlah anak dari subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak
Jumlah Anak Subjek
Persentase
1 anak 15 pasang
42.85 2 anak
17 pasang 48.57
3 anak 3 pasang
8.57 Total
35 pasang 100
Berdasarkan data pada tabel 9, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang memiliki 1 anak sebanyak 15 pasang, subjek yang memiliki 2 anak sebanyak 17
pasang, dan subjek memiliki 3 anak sebanyak 3 pasang. Subjek yang dominan adalah subjek yang memiliki 2 anak yang berjumlah 48.57, subjek yang
Universitas Sumatera Utara
56
memiliki 1 anak berjumlah 42.85, dan subjek yang memiliki 3 anak berjumlah 8.57 dari keseluruhan jumlah subjek penelitian.
3. Keterangan Tempat Tinggal Subjek Penelitian
Berdasarkan keterangan tempat tinggal subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Keterangan Tempat Tinggal
Keterangan Tempat Tinggal Subjek
Persentase
Bersama orangtua 10 orang
14.28 Bersama mertua
10 orang 14.28
Tinggal sendiri 50 orang
71.43 Total
70 orang 100
Berdasarkan data pada tabel 10, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang tinggal bersama orangtua sebanyak 10 orang, subjek yang tinggal bersama mertua
sebanyak 10 orang, dan subjek yang tinggal sendiri sebanyak 50 orang. Kebanyakan subjek penelitian ini tinggal sendiri dan terpisah dari orangtua
maupun mertuanya yaitu berjumlah 71.43, sedangkan sisanya 14.28 subjek tinggal bersama orangtua, dan 14.28 subjek tinggal bersama mertua.
Universitas Sumatera Utara
57
4. Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian
Berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 11. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Subjek Persentase
SMA 56 orang
80 Sekolah Tinggi
14 orang 20
Total 70 orang
100 Berdasarkan data pada tabel 11, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang
memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA sebanyak 56 orang dan jumlah subjek yang memiliki pendidikan di Sekolah Tinggi sebanyak 14 orang. Sebagian besar
subjek penelitian berpendidikan SMA yang berjumlah 80 dan sisanya berpendidikan Sekolah Tinggi yaitu berjumlah 20 dari keseluruhan jumlah
subjek penelitian.
5. Penghasilan bulan Subjek Penelitian
Berdasarkan penghasilan bulan subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 12. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan PenghasilanBulan
Penghasilan Bulan Subjek
Persentase
Rp.500.000 17
24.28 Rp.500.000-Rp.1.000.000
25 35.71
Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 14
20 Rp.2.000.000-Rp.3.000.000
13 18.57
Rp.3.000.000 1
1.43 Total
70 100
Berdasarkan data pada tabel 12, dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang berpenghasilan di bawah Rp.500.000 sebanyak 17 orang, jumlah subjek
Universitas Sumatera Utara
58
berpenghasilan diantara Rp.500.000 sampai Rp.1.000.000 sebanyak 25 orang, jumlah subjek berpenghasilan diantara Rp.1.000.000 sampai Rp.2.000.000
sebanyak 14 orang, jumlah subjek berpenghasilan Rp.2.000.000 sampai Rp.3.000.000 sebanyak 13 orang, dan jumlah subjek yang berpenghasilan diatas
Rp.3.000.000 sebanyak 1 orang. Subjek yang dominan adalah subjek yang memiliki penghasilan diantara Rp.500.000 sampai dengan Rp.1.000.000 sebanyak
35.71, subjek berpenghasilan di bawah Rp.500.000 berjumlah 24.28 , subjek yang berpenghasilan diantara Rp.1.000.000 sampai dengan Rp.2.000.000
berjumlah 20, subjek yang berpenghasilan diantara Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 berjumlah 18.57, dan subjek yang berpenghasilan diatas Rp.3.000.000
berjumlah 1.43 dari keseluruhan jumlah subjek penelitian.
B.
HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba. Oleh
karena itu sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah data
penelitian pada masing-masing variabel telah terdistribusi normal. Selain itu juga dilakukan uji linearitas untuk mengetahui apakah data variabel dukungan keluarga
berhubungan secara linier terhadap data variabel kepuasan pernikahan. Uji asumsi tersebut dilakukan dengan bantuan SPSS version 17.00 for Windows.
Universitas Sumatera Utara
59
a. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas sebaran pada skala
dukungan sosial keluarga dan kepuasan pernikahan menggunakan metode statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel berikut: Tabel 13. Normalitas Sebaran Variabel Dukungan Keluarga
dan Kepuasan Pernikahan
No Variabel
Signifikansi p
Keterangan
1. Dukungan Keluarga
0.200 Terdistribusi normal
2. Kepuasan Pernikahan
0.200 Terdistribusi normal
Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa variabel dukungan keluarga memiliki signifikansi p0.05, artinya populasi data dukungan keluarga terdistribusi normal
dan pada variabel kepuasan pernikahan memiliki signifikansi p0.05 yang artinya populasi data kepuasan pernikahan juga terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas antara dukungan keluarga dan kepuasan pernikahan menggunakan metode statistik uji F. Kaidah yang digunakan adalah dengan
memperhatikan nilai signifikansi pada Linearity ≤ 0.05 dan nilai signifikansi pada
Deviation From Linearity ≥ 0.05 maka hubungan antara kedua variabel memiliki
hubungan yang linear. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
60
Tabel 14. Linearitas Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Pernikahan
Variabel Sig.
Linearity Sig. Deviation
From Linearity Keterangan
Dukungan Keluarga Kepuasan Pernikahan
0.000 0.349
Hubungan Linier
Hasil uji linearitas antara variabel dukungan keluarga dengn kepuasan pernikahan dengan menggunakan uji F, diperoleh sig.linearity dengan p 0.05 p
= 0.000 dan sig.deviation from linearity dengan p 0.05 p = 0.349 sehingga dukungan keluarga memiliki hubungan yang linier dengan kepuasan pernikahan.
Hubungan linier juga dapat dilihat dengan menggunakan diagram pencar scatter plot. Diagram ini menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga
dengan kepuasan pernikahan memiliki hubungan yang linier. Gambar 1. Scatter Plot Dukungan Keluarga dan Kepuasan Pernikahan
Universitas Sumatera Utara
61
2. Hasil Utama Penelitian a. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Pernikahan pada
Suku Batak Toba
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suku
Batak Toba, maka hipotesis penelitian ini adalah “ada korelasi positif antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba”.
Hipotesis statistik dalam penelitian ini, yaitu: 1.
H Hipotesis nol : tidak ada hubungan positif antara dukungan keluarga
dengan kepuasan pernikahan pada individu yang menikah pada suku Batak Toba.
2. H
a
Hipotesis alternatif : ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan pada individu yang menikah pada suku Batak
Toba. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi
Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi r sebesar 0.745
dengan nilai p 0.05 yang berarti Ho ditolak maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan kepuasan
pernikahan, artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi kepuasan pernikahannya dan sebaliknya, semakin rendah dukungan keluarga
maka semakin rendah kepuasan pernikahannya pada individu menikah suku Batak Toba di Kecamatan Balige sekitarnya Kabupaten Toba Samosir.
Universitas Sumatera Utara
62
Nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.745, sehingga dapat ditafsirkan bahwasanya hubungan dukungan keluarga dengan kepuasan
pernikahan berada dalam kategori kuat Sugiyono, 2006. Koefisien determinasi R squared diperoleh sebesar 0.556. Hal ini menunjukkan dukungan keluarga
memberikan sumbangan sebesar 55.6 terhadap kepuasan pernikahan, sedangkan sisanya yang sebesar 44.4 disebabkan oleh faktor-faktor lain.
3. Hasil Analisa Tambahan a. Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi
bahwa skor subjek penelitian dalam populasinya terdistribusi secara normal. Kategorisasi yang digunakan pada kedua skor skala adalah kategorisasi jenjang,
yaitu menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang berdasarkan norma kategorisasi Azwar, 2010. Kategori yang
digunakan pada kedua skor skala terbagi atas 3, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
1. Kategorisasi Skor Dukungan Keluarga
Sebelum melakukan pengkategorian terhadap skor dukungan keluarga, terlebih dahulu dibahas deskripsi umum data penelitian dukungan keluarga pada
suku Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 15. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Dukungan Keluarga N
Min. Maks.
Rata-Rata SD
Nilai empirik 70
64 109
88.09 8.263
Nilai hipotetik 70
28 112
70 14
Berdasarkan data pada tabel 15 diperoleh nilai rata-rata empirik dukungan keluarga sebesar 88.09 dengan standar deviasi empirik sebesar 8.263 dan nilai
rata-rata hipotetik sebesar 70 dengan standar deviasi 14. Jika nilai rata-rata empirik dan hipotetik dibandingkan, maka diperoleh nilai rata-rata empirik lebih
besar daripada nilai rata-rata hipotetik dengan selisih sebesar 18.09. Hasil ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memperoleh dukungan keluarga yang lebih
tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur. Adapun nilai rata-rata hipotetik dukungan keluarga adalah sebesar 70
dengan standar deviasi sebesar 14. Sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 16. Kategorisasi Data Variabel Dukungan Keluarga Variabel
Jenjang Kategorisasi Rentang nilai
Kategori N
Dukungan Keluarga
x µ-SD x 56
Rendah µ-SD
≤ x µ+SD 56
≤ x 84 Sedang
18 25.71
x ≥ µ+SD
x ≥ 84
Tinggi 52
74.29 Berdasarkan data pada tabel 16, dapat diketahui bahwa subjek penelitian
yang mendapatkan dukungan keluarga kategori tinggi sebesar 74.29. kemudian diikuti dengan dukungan keluarga kategori sedang sebesar 25.71 dan tidak ada
subjek penelitian yang mendapatkan dukungan keluarga kategori rendah. Jadi, dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat dukungan keluarga pada individu
menikah suku Batak Toba berada pada kategori tinggi.
Universitas Sumatera Utara
64
Dukungan keluarga terdiri dari empat bentuk, yakni dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan persahabatan.
Berikut akan digambarkan mengenai masing-masing bentuk dukungan berdasarkan skor meannya.
Tabel 17. Gambaran Skor Mean Dukungan Keluarga
Bentuk Dukungan Mean
Standar deviasi
Dukungan emosional 219.71
18.300 Dukungan instrumental
217.14 8.513
Dukungan informasional 225.86
15.071 Dukungan persahabatan
218.14 9.118
Berdasarkan data pada tabel 17, dapat diketahui bahwa subjek penelitian memiliki mean yang paling tinggi pada aspek dukungan informasional dan diikuti
oleh dukungan emosional, dukungan persahabatan, dan dukungan instrumental. Hal ini berarti pada suku Batak Toba, dukungan keluarga yang paling menonjol
adalah dukungan informasional dan diikuti oleh dukungan emosional,
persahabatan, dan instrumental.
2. Kategorisasi Skor Kepuasan Pernikahan
Sebelum melakukan pengkategorian terhadap data penelitian, terlebih dahulu dibahas deskripsi umum data penelitian Kepuasan Pernikahan. Deskripsi
data penelitian Kepuasan Pernikahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 18.
Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Kepuasan Pernikahan N
Min. Maks.
Rata-Rata SD
Nilai empirik 70
142 240
183.01 19.063
Nilai hipotetik 70
60 240
150 30
Berdasarkan data pada tabel 18, diperoleh nilai rata-rata empirik kepuasan pernikahan sebesar 183.01 dengan standar deviasi sebesar 19.063 dan
Universitas Sumatera Utara
65
nilai rata-rata hipotetik sebesar 150 dengan standar deviasi sebesar 30. Jika nilai rata-rata empirik dan hipotetik dibandingkan, maka diperoleh nilai rata-rata
empirik lebih besar daripada nilai rata-rata hipotetik dengan selisih sebesar 33.01. Hasil ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki kepuasan pernikahan
yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur. Adapun nilai rata-rata hipotetik kepuasan pernikahan adalah sebesar 150
dengan standar deviasi sebesar 30. Sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 19. Kategorisasi Data Kepuasan Pernikahan Variabel
Jenjang Kategorisasi Rentang Nilai Kategori
N Kepuasan
Pernikahan x µ-SD
x 120 Rendah
µ-SD ≤ x
µ+SD 120
≤ x 180
Sedang 27
38.57 x
≥ µ+SD x
≥ 180 Tinggi
43 61.43
Berdasarkan data pada tabel 19, dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang memiliki kepuasan pernikahan kategori tinggi sebesar 61.43. kemudiaan
diikuti dengan kepuasan pernikahan kategori sedang sebesar 38.57, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki kepuasan pernikahan kategori rendah. Jadi,
dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat kepuasan pernikahan pada suku batak toba berada pada kategori tinggi.
Dari kategorisasi data yang telah diperoleh di atas, maka dapat dilihat gambaran kepuasan pernikahan pada suami dan istri dalam penelitian ini seperti
pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 20. Kategorisasi Data Kepuasan Pernikahan pada Suami dan Istri Status
Jenjang Kategorisasi Rentang Nilai
Kategori N
Persentase Istri
x µ-SD x120
Rendah µ-SD
≤ x µ+SD 120
≤x180 Sedang
14 40
x ≥ µ+SD
x ≥180
Tinggi 21
60 Suami
x µ-SD x120
Rendah µ-SD
≤ x µ+SD 120
≤x180 Sedang
13 37.14
x ≥ µ+SD
x ≥180
Tinggi 22
62.86 Berdasarkan data pada tabel 20, dapat dilihat bahwa istri yang berada
dalam kategori kepuasan pernikahan rendah tidak ada, istri yang berada dalam kategori kepuasan pernikahan sedang sebanyak 14 orang dan istri yang berada
dalam kategori kepuasan pernikahan tinggi sebanyak 21 orang. Kebanyakan istri memiliki kepuasan pernikahan tinggi yaitu berjumlah 60 dan istri yang memiliki
kepuasan pernikahan sedang berjumlah 40 dari keseluruhan jumlah subjek penelitian. Sedangkan pada suami, suami yang berada dalam kategori kepuasan
pernikahan rendah tidak ada, suami yang berada dalam kategori kepuasan pernikahan sedang sebanyak 13 orang, dan suami yang berada dalam kategori
tinggi sebanyak 22 orang. Sebagian besar suami memiliki kepuasan pernikahan tinggi yaitu berjumlah 62.86 dan suami yang memiliki kepuasan pernikahan
sedang berjumlah 37.41. Kepuasan pernikahan terdiri dari 10 aspek yakni komunikasi, kegiatan di
waktu luang, orientasi agama, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, orientasi seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan anak, kepribadian,
dan kesetaraan peran. Berikut akan digambarkan mengenai masing-masing bentuk dukungan berdasarkan skor meannya.
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 21. Gambaran Skor Mean Kepuasan Pernikahan
Aspek Kepuasan Pernikahan
Mean Standar
Deviasi
Komunikasi 219.17
8.280 Orientasi agama
205.50 14.923
Kegiatan waktu luang 213.33
17.773 Penyelesaian konflik
214.50 10.445
Pengelolaan keuangan 216.17
10.226 Orientasi seksual
197.33 11.570
Keluarga dan teman 205.83
11.754 Anak dan pengasuhan anak
234.17 20.469
Kepribadian 202.67
15.858 Kesetaraan peran
226.50 11.485
Berdasarkan data pada tabel 21 dapat diketahui bahwa subjek penelitian memiliki mean yang paling tinggi pada aspek anak dan pengasuhan anak dan
diikuti oleh aspek kesetaraan peran, komunikasi, pengelolaan keuangan, penyelesaian konflik, kegiatan di waktu luang, keluarga dan teman, orientasi
agama, kepribadian, dan orientasi seksual. Hal ini berarti pada suku Batak Toba, aspek kepuasan pernikahan yang paling menonjol adalah aspek anak dan
pengasuhan anak dan diikuti oleh aspek kesetaraan peran, komunikasi, pengelolaan keuangan, penyelesaian konflik, kegiatan di waktu luang, keluarga
dan teman, orientasi agama, kepribadian, dan orientasi seksual.
b. Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Status
Untuk melihat gambaran kepuasan pernikahan ditinjau dari status di dalam rumahtangga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 22. Kepuasan Pernikahan ditinjau dari Status
Status Subjek
Mean Standar deviasi
Istri 35
182.77 20.403
Suami 35
183.26 19.147
Universitas Sumatera Utara
68
Berdasarkan data pada tabel 22, dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan pada istri memiliki nilai rata-rata sebesar 182.77 dengan standar deviasi sebesar
20.403 dan kepuasan pernikahan pada suami memiliki nilai rata-rata 183.26 dengan standar deviasi sebesar 19.147. Hal ini berarti bahwa suami memiliki
kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dibanding istri.
c. Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterangan Tempat Tinggal
Untuk melihat gambaran kepuasan pernikahan ditinjau keterangan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 23. Kepuasan Pernikahan ditinjau dari Keterangan Tempat Tinggal
Keterangan Subjek
Mean Standar deviasi
Bersama orangtua 11
171.82 21.798
Bersama mertua 9
180.89 22.669
Tinggal sendiri 50
185.86 18.034
Total 70
183.01 19.643
Berdasarkan data pada tabel 23, dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan pada orang yang tinggal bersama orangtua memiliki nilai rata-rata sebesar 171.82
dengan standar deviasi sebesar 21.798. Kepuasan pernikahan pada orang yang tinggal bersama mertua memiliki nilai rata-rata sebesar 180.89 dengan standar
deviasi sebesar 22.669. Kepuasan pernikahan pada orang yang tinggal sendiri memiliki nilai rata-rata sebesar 185.86 dengan standar deviasi sebesar 18.034. Hal
ini berarti bahwa kepuasan pernikahan cenderung lebih tinggi ketika individu menikah tinggal sendiri, dan diikuti oleh tinggal bersama mertua dan bersama
orang tua.
Universitas Sumatera Utara
69
d. Kepuasan Pernikahan ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Untuk melihat gambaran kepuasan pernikahan ditinjau dari tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 24. Kepuasan Pernikahan ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Subjek
Mean Standar deviasi
SMA 56
180.45 19.720
Sekolah Tinggi 14
193.29 16.146
Berdasarkan data pada tabel 24, dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan pada individu yang berada pada tingkat pendidikan SMA memiliki nilai rata-rata
sebesar 180.45 dengan standar deviasi 19.720. Kepuasan pernikahan pada orang yang berada pada tingkat pendidikan sekolah tinggi memiliki nilai rata-rata
sebesar 193.29 dengan standar deviasi 16.146. Hal ini berarti individu yang memiliki tingkat pendidikan sekolah tinggi memiliki kepuasan pernikahan yang
lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan SMA.
e. Kepuasan Pernikahan ditinjau dari PenghasilanBulan
Untuk melihat gambaran kepuasan pernikahan ditinjau dari penghasilan bulan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 25. Kepuasan Pernikahan ditinjau dari PenghasilanBulan
PenghasilanBulan Subjek
Mean Standar deviasi
Rp.500.000 17
178.47 22.672
Rp.500.000-Rp.1000.000 25
179.28 14.758
Rp.1000.000-Rp.2000.000 14
179.50 17.935
Rp.2000.000-Rp.3000.000 13
198.92 19.704
Rp.3000.000 1
196.00 -
Total 70
183.01 19.643
Berdasarkan data pada tabel 25, dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan pada individu berpenghasilan dibawah Rp.500.000 memiliki nilai rata-rata sebesar
Universitas Sumatera Utara
70
178.47 dengan standar deviasi 22.672. Kepuasan pernikahan pada individu berpenghasilan Rp.500.000 sampai Rp.1000.000 memiliki nilai rata-rata sebesar
179.28 dengan standar deviasi 14.758. Kepuasan pernikahan pada individu berpenghasilan Rp.1000.000 sampai Rp.2000.000 memiliki nilai rata-rata sebesar
179.50 dengan standar deviasi 17.935. Kepuasan pernikahan pada individu berpenghasilan Rp.2000.000 sampai Rp.3000.000 memiliki nilai rata-rata sebesar
198.92 dengan standar deviasi 19.704. Terakhir, kepuasan pernikahan pada individu berpenghasilan diatas Rp.3.000.000 memiliki nilai rata-rata sebesar
196.00 dengan standar deviasi 0. Hal ini berarti individu yang memiliki penghasilan Rp.2000.000 sampai Rp.3000.000 memiliki kepuasan pernikahan
yang lebih tinggi, dan diikuti oleh individu berpenghasilan diatas Rp.3.000.000, inidividu berpenghasilan antara Rp.1.000.000 sampai Rp.2.000.000, individu
berpenghasilan antara Rp.500.000 sampai Rp.1.000.000, dan individu berpenghasilan di bawah Rp.500.000.
C.
PEMBAHASAN
Hasil analisa korelasi antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba menghasilkan korelasi positif yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan. Hasil pengujian menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.745 dengan p0.05, artinya semakin
tinggi dukungan keluarga yang diperoleh seseorang, maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahan yang dimilikinya, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Sunarti 2005 yang menyatakan bahwa dukungan
Universitas Sumatera Utara
71
mempengaruhi kepuasan pernikahan. Semakin besar dukungan sosial yang diperoleh oleh individu yang telah menikah, maka semakin baik pula kepuasan
pernikahannya. Berdasarkan mean hipotetik, kepuasan pernikahan pada subjek penelitian
yang berada pada kategori tinggi sebesar 61.43, kepuasan pernikahan kategori sedang sebesar 38.57, dan tidak ada subjek yang memiliki kategori rendah. Jadi,
dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba berada pada kategori tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Newman 2006 yang menyatakan bahwa masa pernikahan 1-4 tahun merupakan masa yang sangat rentan dengan perceraian
karena adanya ketidakpuasan di dalam pernikahan dikaitkan dengan penyesuaian pernikahan. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan pada suku
Batak Toba berbeda dari kepuasan pernikahan pada umumnya. Kepuasan pernikahan pada orang Batak Toba cenderung tinggi dikarenakan tingginya
dukungan keluarga yang mereka dapatkan selama pernikahannya. Adapun mean hipotetik dukungan keluarga subjek penelitian berada pada
kategori tinggi sebesar 74.29, dukungan keluarga kategori sedang sebesar 25.71, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki dukungan keluarga
kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat dukungan keluarga pada suku Batak Toba berada dalam kategori tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Lubis 1999 yang menyatakan bahwa orangtua maupun mertua pada suku Batak Toba memiliki keterlibatan yang besar di dalam pernikahan
anak-anak mereka, baik dalam memberikan nasihat - nasihat, informasi, ataupun
Universitas Sumatera Utara
72
turut menyelesaikan konflik. Hal tersebut juga ditunjukkan dari tingginya kekerabatan pada suku Batak Toba dan mereka menganggap bahwa pernikahan
adalah hal yang sangat sakral sehingga orangtua maupun mertua terlibat di dalam kehidupan pernikahan anak – anak mereka Saragih, 1980.
Berdasarkan koefisien determinasi R squared, didapat bahwa sumbangan efektif variabel dukungan keluarga terhadap kepuasan pernikahan
sebesar 55.6, sedangkan 44.4 lainnya menunjukkan besarnya pengaruh variabel lainnya dalam pernikahan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
dukungan keluarga merupakan faktor penting yang sangat perlu untuk diperhatikan di dalm pernikahan, karena sangat berpengaruh kepada kepuasan
pernikahan yang dirasakan oleh individu yang telah menikah. Adanya orangtua dan mertua yang memberikan dukungan secara emosional, instrumental,
informasional, maupun persahabatan akan membuat individu merasa disayangi, bernilai, dan dicintai. Pernikahan merupakan situasi dimana individu mengalami
banyak perubahan dan penyesuaian, dan dengan adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga orangtua dan mertua seperti mengasuh anak, waktu luang untuk
berbagi pengalaman dan beban, ataupun bantuan finansial akan membuat individu merasakan pengaruh positif, sejahtera, dan lebih matang dalam menjalani
pernikahannya sehingga meningkatkan kepuasan pernikahannya Hidayati, 2011. Hasil tambahan penelitian menunjukkan gambaran kepuasan pernikahan
pada istri dan suami berada dalam kategori tinggi. Pada istri ditemukan berada dalam kategori kepuasan pernikahan sedang sebanyak 14 orang 40 dan istri
yang memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi sebanyak 21 orang 60.
Universitas Sumatera Utara
73
Sedangkan pada suami, suami yang memiliki kepuasan pernikahan yang rendah tidak ada, suami yang berada dalam kategori kepuasan pernikahan sedang
sebanyak 13 orang 37.14, dan suami yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 62.86. Melihat dari jumlah persentase kepuasan pernikahan antara
suami dan istri tersebut, dapat disimpulkan bahwa suami mengalami kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dibanding istri. Hal ini sesuai dengan pendapat Berk
2007 yang melaporkan bahwa suami cenderung lebih bahagia atau puas di dalam pernikahannya dibanding istri. Hal ini juga dilaporkan oleh Pujiastuti dan
Retnowati 2004 di dalam penelitiannya bahwa para istri cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang lebih rendah dibandingkan dengan para suami.
Hasil tambahan penelitian menunjukkan ada perbedaan kepuasan pernikahan ditinjau dari penghasilan bulan, yang berarti penghasilan berpengaruh
terhadap kepuasan pernikahan. Secara umum subjek dalam penelitian ini berada dalam kategori kepuasan penikahan yang tinggi dan sedang, namun ditemukan
perbedaan kepuasan pernikahan jika ditinjau dari penghasilan bulan, yaitu pada subjek yang memiliki penghasilan lebih tinggi ditemukan lebih puas di dalam
pernikahannya dibanding subjek yang memiliki penghasilan yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrick Hendrick 1992 dan Papalia 2007
bahwa penghasilan berpengaruh terhadap kepuasan di dalam pernikahan. Hurlock 1999 juga melaporkan bahwa tingkat penghasilan pasangan menyebabkan
pernikahan bahagia atau tidak. Hasil tambahan penelitian juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang
siginifikan pada kepuasan pernikahan jika ditinjau dari keterangan tempat tinggal.
Universitas Sumatera Utara
74
Hal ini berarti bahwa kepuasan pernikahan individu suku Batak Toba yang telah menikah dan tinggal bersama dengan orangtua, tinggal bersama mertua, ataupun
tinggal sendiri tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Goodwin 1997 yang menyatakan bahwa meskipun
tinggal terpisah dari orangtua dan mertua, selama kontak hubungan diantara keluarga tetap berjalan, maka ditemukan kualitas pernikahan yang baik.
Hasil tambahan penelitian juga menunjukkan gambaran kepuasan pernikahan ditinjau dari tingkat pendidikan dimana individu dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrick dan Hendrick 1992, yang
mengemukakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan kepuasan pernikahan, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kepuasan
pernikahan dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka kepuasan pernikahan cenderung akan lebih rendah dikarenakan lebih banyak
menghadapi stressor seperti pengangguran dan pendapatan yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN