HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPUASAN

31 dewasa awal dapat ditemukan melalui hubungan intim yang dibentuk dengan pasangan romantisnya pacar, suami atau istri dan juga dengan sahabat Papalia, 2007. Newman dan Newman 2006 juga mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan pada dewasa awal adalah membangun hubungan yang intim dengan seseorang di luar dari anggota keluarganya. Suatu hubungan yang intim memiliki komponen kognitif dan afektif. Seseorang akan mampu untuk memahami pandangan dan pemikiran dari pasangannya. Individu biasanya juga akan mengalami suatu rasa kepercayaan diri dan saling memberikan perhatian yang merefleksikan kasih sayang mereka terhadap pasangannya. Intimacy juga akan mendorong individu untuk terbuka dengan perasaannya sehingga memungkinkan individu tersebut untuk berbagi ide- ide dan rencana dengan pasangannya Newman Newman, 2006.

E. HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPUASAN

PERNIKAHAN PADA SUKU BATAK TOBA Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, tingkat perceraian pun semakin meningkat. Berdasarkan data Badilag pada tahun 2010, kasus dan tingkat perceraian di Indonesia tampak terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Data menunjukkan bahwa angka perceraian di Indonesia tergolong besar, bahkan di atas lima puluh persen angka pernikahan. Menurut Brigham 1986, salah satu penyebab terjadinya perceraian adalah karena individu merasa tidak puas dengan kehidupan pernikahannya. Menurut Roach dalam Pujiastuti Retnowati, 2004 kepuasan pernikahan Universitas Sumatera Utara 32 merupakan sebentuk persepsi terhadap kehidupan pernikahan seseorang yang diukur dari besar kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh pasangan tergantung pada tingkat dimana mereka merasakan pernikahan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapannya Hughes Noppe, 1985. Kepuasan pernikahan tersebut dapat dilihat melalui beberapa aspek yang dikemukakan Olson dan Fowers, yaitu meliputi komunikasi, orientasi keagamaan, kegiatan di waktu luang, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan,hubungan seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan anak, kepribadian, dan kesetaraan peran. Adanya kepuasan pernikahan di dalam sebuah pasangan suami istri dapat dilihat dari bagaimana mereka mempertahankan pernikahannya atau dengan kata lain bertahan dengan pernikahannya. Di dalam pernikahan tersebut, masing- masing suami dan istri merasa bahagia satu sama lain, saling memahami dan menghargai satu sama lain. Suami dan istri juga memahami dan menilai latar belakang budaya mereka dalam Matlin, 2008. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salim 2010 yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah latar belakang sosial budaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya dapat mempengaruhi pernikahan yang dilakukan oleh pasangan suami dan istri. Hal ini dapat dilihat pada suku Batak Toba yang sangat berpengaruh terhadap pernikahan pasangan suami istri. Keluarga dari pihak suami dan istri turut serta mengambil keputusan dalam pernikahan tersebut Saragih, 1980. Universitas Sumatera Utara 33 Dalam pernikahan suku Batak Toba, pernikahan bertujuan untuk melanjutkan keturunan marga dan akan bertambahnya keluarga baik pada pihak suami maupun istri. Oleh karena itu kedua belah pihak keluarga terlibat dalam pasangan yang telah menikah Saragih, 1980. Ketika ada konflik dalam keluarga maka keluarga akan turut serta dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan cara musyawarah dan mufakat Lubis, 1999. Sistem kekeluargaan yang disebut dengan dalihan na tolu ini sangat berpengaruh di dalam pernikahan yang utuh, dan adat pada budaya ini juga sangat melarang adanya perceraian Saragih, 1980. Dengan kata lain, pada suku Batak Toba keluarga berperan penting terhadap kehidupan pernikahan. Keluarga adalah sumber dukungan sosial pertama yang penting untuk mengatasi masalah. Keluarga dapat menyediakan dukungan dan dapat memberikan rasa aman serta melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan atau penerimaan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga yang lain Santrock, 2005. Hartanti 2002 juga mengatakan apabila individu mendapat dukungan keluarga akan mengalami berkurangnya kelelahan emosi dan stress sehingga individu menjadi tidak sedih lagi, tidak merasa kecewa dan mendapatkan masukan-masukan untuk masalah yang sedang dihadapi, akibatnya individu akan mampu menyelesaikan masalah dengan sikap yang positif. Dukungan keluarga merupakan kebutuhan dari setiap anggotanya, baik ketika masih anak-anak hingga dewasa. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat bagi seseorang untuk memperoleh kenyamanan, cinta, dan dukungan emosional, sehingga individu merasakan kebahagiaan Kertamuda, 2009. Papalia Universitas Sumatera Utara 34 2007 menambahkan ketika pasangan menikah tidak mendapatkan dukungan emosional maka dapat menimbulkan kegagalan dalam pernikahan. Lestari 2012 juga menyatakan adanya dukungan yang diberikan orang tua berupa dukungan emosional dan instrumental merupakan hal yang sangat penting bagi pasangan. Dukungan yang diberikan oleh keluarga mampu meningkatkan kepuasan yang dirasakan pasangan di dalam pernikahannya Nichole, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh House dalam Maldonado, 2005 juga menemukan bahwa dukungan dari keluarga merupakan hal yang paling efektif dalam mengurangi beban pada individu. Pentingnya dukungan keluarga juga diungkapkan oleh Holahan dan Moos dalam Pakalns, 1990 yang menemukan bahwa dukungan dari keluarga lebih berpengaruh kepada mood dibandingkan dengan dukungan dari lingkungan kerja terhadap individu. Sunarti dkk. 2005 juga mengatakan bahwa semakin besar dukungan yang diperoleh oleh pasangan menikah maka akan semakin baik pula kepuasan pernikahannya sehinnga pernikahan itu akan bertahan. Tidak adanya perceraian di dalam sebuah pasangan suami istri merupakan bukti dari adanya kepuasan pernikahan di dalam pasangan tersebut Wismanto, 2004. Sependapat dengan hal tersebut, Matlin 2008 juga mengemukakan bahwa pernikahan yang memuaskan adalah pernikahan yang stabil, bahagia, dan pasangan saling memahami dan menghargai. Dengan kata lain, pernikahan itu tidak bercerai, bertahan, dan pasangan merasakan kebahagiaan. Berdasarkan literatur yang telah dikemukakan di atas bahwa perceraian pada suku Batak Toba sangat rendah dan juga didukung oleh hasil survei di Universitas Sumatera Utara 35 lapangan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba adalah tinggi. Adanya campur tangan keluarga besar terhadap pernikahan juga menunjukkan bahwa pasangan suku Batak Toba tidak dapat dilepaskan dari keluarga dan sangat dipengaruhi oleh keluarganya. Besarnya pengaruh keluarga besar terhadap pernikahan bahkan ketika pasangan tersebut mengalami konflik juga menunjukkan dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap pasangan dalam menjalankan kehidupan pernikahannya Lubis, 1999. Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba.

F. HIPOTESIS PENELITIAN