26
C. KEPUASAN PERNIKAHAN PADA SUKU BATAK TOBA
Suku Batak Toba merupakan suatu kesatuan yang memiliki kebudayaan dan bahasa tersendiri yang berbeda dengan suku lainnya Irmawati, 2002. Suku
Batak Toba merupakan masyarakat patrilineal dan menarik garis kekeluargaan dari pihak laki-laki, juga memiliki aturan dan adat pernikahan. Suku ini mengenal
bentuk pernikahan eksogami marga yaitu pernikahan dengan orang di luar kelompok marga sendiri dan tidak boleh melakukan pernikahan secara timbal
balik Saragih dkk, 1980. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Irmawati dalam
Irmawati, 2008, suku bangsa Batak Toba memiliki nilai-nilai budaya yang sangat berbeda. Dalam menjalani hidupnya suku Batak Toba berpedoman pada sejumlah
nilai-nilai utama yang menjadi keyakinan, penghormatan, dan cita-cita hidupnya. Sistem kekerabatan dan kekeluargaan memegang peranan penting dalam
mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Sistem kekerabatan tersebut disebut dalihan na tolu. Sistem kekerabatan dalihan na tolu merupakan
prinsip dasar kekerabatan suku Batak Toba Gultom, 1992. Ihromi dalam Vergouwen, 2004 juga mengemukakan bahwa segi kehidupan kemasyarakatan
serta beberapa hal penting, seperti kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga orang Batak Toba, berkaitan erat dengan hubungan-hubungan kekerabatan yang disebut
dalihan na tolu. Khans dan Eva dalam majalah Horas, 2003 menyatakan bahwa lembaga
pernikahan dan hubungan kekerabatan merupakan tiang terpenting yang menyangga kehidupan orang suku Batak Toba. Orang Batak Toba sangat suka
Universitas Sumatera Utara
27
memiliki keluarga besar dengan banyak kerabat. Pernikahan dan hubungan kekerabatan menjadi tujuan hidup dan yang memberi makna hidup bagi orang
Batak Toba. Pernikahan juga dipandang sebagai pernikahan yang sakral dan oleh karena itu hanya berlangsung satu kali seumur hidupnya, pasangan yang telah
menikah tidak diperbolehkan untuk berpisah apapun yang terjadi. Pernikahan dipandang bukan hanya menjadi urusan pria dan wanita yang
melakukan pernikahan, tetapi menjadi urusan bersama di dalam kedua belah pihak keluarga Saragih dkk., 1980. Bahkan ketika pasangan tersebut mengalami
konflik di dalam pernikahannya, maka dalihan na tolu akan langsung turut menyelesaikan perselisihan tersebut dan mengambil keputusan untuk pasangan
tersebut Lubis, 1999. Dalihan na tolu memiliki pengaruh di dalam kehidupan pernikahan suami dan istri tersebut.
Suami dan istri disebut mardongan saripe, artinya berbagi atas suatu hak milik benda. Karena itu di dalam kehidupan pernikahannya, seorang suami dan
istri dikatakan ‘na marripe ripe do nasida di saluhut hangoluan, di nasa sitaonon, hasonangan, parulian dohot lan angka na asing’, ‘gumul na so jadi bagian,
ansimun na so tupa bola on.’ Suami dan istri adalah satu perasaan baik susah maupun senang dan atas seluruh kehidupan mereka, mereka berdua tidak dapat
dipisahkan dengan alasan apapun Sitohang Sibarani, 1988. Pasangan suku Batak Toba sangat jarang melakukan perceraian sehingga
pernikahan pada suku Batak Toba umumnya bertahan lama dan hanya dipisahkan oleh kematian salah satu dari pasangan Sitohang Sibarani, 1988. Siagian
2012 juga mengemukakan bahwa orang suku Batak Toba sangat setia kepada
Universitas Sumatera Utara
28
pasangannya, hanya memiliki pasangan satu saja di sepanjang kehidupannya. Wismanto 2004 juga menyatakan bahwa adanya pernikahan yang kekal dan
bertahan lama dikarenakan adanya kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh pasangan di dalam pernikahannya. Jadi berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan pada suku Batak Toba adalah baik yang ditunjukkan dari jarangnya pasangan melakukan perceraian dan cenderung untuk
mempertahankan pernikahannya.
D. DEWASA AWAL 1. Pengertian Dewasa Awal