1.5.2. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Observasi dilakukan peneliti untuk melihat langsung,
mendengarkan, dan mencatat kegiatan–kegiatan masyarakat di sungai Batang Toru dan juga mencatat kegiatan masyarakat yang berlangsung di sungai Batang Toru. Observasi
berguna untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian dan sebagainya. Peneliti akan mengamati aliran pipa PT AR Martabe apakah
mempunyai pengaruh terhadap kegiatan masyarakat, kegiatan masyarakat di aliran sungai Batang Toru, PT AR Martabe, aktifitas masyarakat disungai Batang Toru. Observasi ini
berguna untuk mendapatkan data yang benar tanpa adanya rekayasa. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. Teknik obervasi dilakukan untuk
mendukung teknik wawancara karena konflik yang terjadi telah berlangsung.
1.6. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan berlokasi di Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru. Dua Kecamatan tersebut terdapat Desa yang akan menjadi lokasi
penelitian. Desa-desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Telo, Kelurahan Hutaraja, Kelurahan Wek 1, Kelurahan Wek 2, Desa Wek 3, Desa Wek 4, Desa Napa
Alasan pemilihan daerah ini karena Desa-desa tersebut adalah Desa-desa yang masyarakatnya lebih banyak terlibat konflik dengan PT AR Martabe.
1.7. Analisis data
Dalam penelitian ini teknik analisis data kualitatif, identifikasi kasus-kasus sengketa serta bagaimana cara masyarakat dan lembaga mengidentifikasi konflik yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi. Dengan alternatif apa untuk menyelesaikan kasus konflik yang terjadi antara masyarakat yang berkonflik dengan PT AT Martabe. Analisis data yang akan peneliti
lakukan adalah memeriksa kembali data-data yang telah didapat pada saat dilapangan kemudian menganalisis data tersebut secara kualitatif dan disusun sesuai kategori-
kategori tertentu berdasarkan apa yang dijelaskan oleh informan. Sebagai tahap akhir adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema. Dalam analisis data dilakukan pemeriksaan tentang keabsahan data yang diperoleh dilapangan. apakah
ada data yang perlu diperbaiki, data yang tidak mendukung akan dibuang. Setelah dilakukan pemeriksaan maka selanjutnya akan dilakukan penafsiran data dan penulisan
ditentukan sesuai dengan bagian-bagian yang sudah ditentukan dan yang sudah dikelompokkan sebelumnya, sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah. Dengan cara
ini diharapkan akan ditemukan kesimpulan yang menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis.
1.8. Pengalaman Lapangan
Penelitian ini dilakukan peneliti pada bulan juni hingga agustus 2013. Saya melakukan penelitian sendiri, hal pertama yang saya lakukan adalah mengajukan surat
izin penelitian kepada pihak PT AR Martabe, hal itu saya lakukan karena sebelum- sebelumnya saya sudah pernah berbicara dengan pihak PT AR Martabe kalau saya ingin
melakukan penelitian di PT AR Martabe. Pihak PT AR Martabe menuturkan kalau saya mempunyai surat izin dari
Universitas saya bisa melakukan penelitian di PT AR Martabe. Setelah saya tiba di Desa
Universitas Sumatera Utara
Aek Pining saya langsung menuju perusahaan besar itu. Tiba di pos satpam saya langsung menemui satpam dan menjelaskan maksud dan tujuan saya datang. Satpam
mengangguk dan segera menghubungi orang yang akan menerima surat saya. Saya disuruh menunggu dan saya menunggu sampai dua jam dan tak ada satu orang pun yang
datang menemui saya. Setelah menunggu selama dua jam akhirnya satpam mengatakan kalau pihak yang
bersangkutan saat ini tidak ada di kantor, mereka semua dilapangan karena mereka bekerja dilapangan dan sangat jarang ada dikantor. Saya disuruh untuk datang besok pagi
pada jam 08.00, dan saya menyanggupinya. Keesokan harinya saya datang dan saya juga disuruh menuggu lama, satpam yang sebelumnya mengatakan kalau surat itu di titipkan
saja dan akan mereka sampaikan dan menunggu balasan dari surat pengajuan penelitian saya.
Seteleh mendengar kabar mengecewakan saya pun kembali dan memutuskan untuk mengurus surat izin penelitian di Kantor Camat Batang Toru yang berada di Wek 1
Batang Toru. Saya tiba di Kantor Camat pada pukul 09.45 tapi saya hanya mendapati kalau kantor camat Batang Toru kosong tidak ada orang. Tidak ada orang yang bisa saya
jumpai di kantor camat tersebut. Saya menunggu hingga pukul 12.35 seseorang datang dari arah belakang dan mengatakan apa maksud tujuan saya, dia mengatakan kalau saya
harusnya berbicara dengan Sekcam Sekretaris Camat tapi Sekcam belum datang sehingga saya disuruh untuk pulang dan datang keesokan harinya karena hari sudah siang
dan Sekcam tak akan datang karena hari sudah siang. Saya bertanya kepada bapak
Universitas Sumatera Utara
Sihombing apakah Camat tidak datang juga dia mengatakan kalau bapak Camat sedang berada di Medan mengikuti pelatihan.
Keesokan harinya saya datang dan menjumpai bapak Sekcam dan memberikan surat izin penelitian saya kepada bapak Sekcam dan bapak Sekcam menyuruh saya
datang dua hari lagi karena surat akan siap dua hari lagi. Akhirnya saya pergi dan memutuskan untuk memulai penelitian saya di Kecamatan Batang Toru tanpa surat izin
dari Kecamatan. Saya memulai di Desa Wek 2 dan bertemu dengan teman saya yang ikut berpartisipasi juga dalam kericuhan yang terjadi pada hari Selasa 30 Oktober 2012
tersebut. Teman saya itu membawa saya ke Kedai Kopi dan banyak bercerita dengan orang-orang dari Desa Telo, Wek 3, Wek 4.
Orang- orang yang saya wawancarai berjumlah lima orang, topik pembicaraan terasa begitu hangat karena bapak-bapak dan pemuda-pemuda tersebut menerima saya
dengan terbuka dengan senang hati bercerita, bahkan saya hanya bertanya bagaimana awal konflik terjadi dan mereka terus bercerita mengenai konflik tersebut dan faktor-
faktor lain yang menyebabkan konflik tersebut terjadi. Abang UT 30 menceritakan bagaimana mereka memulai konflik dari Desa Telo. Hal ini sangat menarik buat saya
karena saya menemukan salah satu pelaku utama yang ikut berkonflik tersebut. Dia juga yang menceritakan kepada saya bahwa desa-desa yang sebenarnya ikut
tidak semua desa tapi berhubung pada saat itu hari pekan di Batang Toru sehingga menjadi terkesan ramai dan orang-orang mulai panik. Saya mendatangi desa-desa yang
disebutkan yang sebenarnya menjadi pelaku utama dalam konflik yang terjadi dan mewawancarai kepala desa tokoh adat dan tokoh pemuda saya menemukan informasi
Universitas Sumatera Utara
yang sama. Tidak ada yang berbeda dari jawaban setiap informan yang saya temui. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di Kecamatan Batang Toru dan melanjutkan
ke Kecamatan Muara Batang Toru. Pengalaman saya di Kecamatan Muara Batang Toru tidak jauh berbeda dengan
Kecamatan Muara Batang Toru. setiba di Kantor Camat Muara Batang Toru saya berjumpa langsung dengan bapak Camat Muara Batang Toru dan mengatakan kalau hari
ini bapak Camat sedang sibuk mengurus banyak hal terkait semua berkas-berkas dan peralatan dan perlengkapan yang ada dikantor camat semuanya tidak ada yang tersisa dan
bangunan baru selesai dibangun. Bapak camat menyerahkan sayah kepada bapak Sekretaris camat. Bapak Sekcam melihat ketus kearah saya dan mengatakan kalau saya
sudah bisa melakukan penelitian tanpa harus pakai surat-surat, saya sempat mersa jengkel dan saya ingin menanyakan mengenai konflik tersebut kepada bapak Sekcam langsung.
Tapi bapak Sekcam bilang saya menemui bapak Lurah saja mengenai informasi tersebut karena bapak Lurah lebih tau mengenai konflik tersebut.
Pengalaman saya saat itu hampir membuat saya menangis saya jauh-jauh datang ke Kelurahan Huta Raja untuk mengajukan surat penelitian yang saya dapatkan adalah
sifat ketus. Saya memutuskan untuk pulang dan akan melanjutkan penelitian tanpa menggunakan surat-surat izin. Seminggu kemudian saya datang ke Huta Raja kembali
dengan mental yang lebih kuat dan persiapan yang lebih baik. Setelah melewati perjalanan dua jam akhirnya saya sampai di Hutaraja dan langsung bertemu dengan
bapak Lurah Bapak Abu Akhir, 53. Saya menceritakan dan melakukan wawancara untunglah bapak Lurah tidak Ketus seperti Bapak Sekcam. Saya melakukan wawancara
Universitas Sumatera Utara
selama 2 jam dan melanjutkan ke tokoh adat dan tokoh pemuda. Saya tidak mengalami kesulitan dalam melakukan wawancara dan memutuskan melakukan penelitian tanpa
surat izit dari kecamatan. Beberapa minggu setelah menunggu surat yang saya kirimkan kepada PT AR
Martabe saya mendapatkan balasan yang tidak mengenakkan. Surat yang saya kirimkan mendapat balasan yang ditujukan langsung kepada bapak Zakaria selaku pembantu dekan
I. Saya dipanggil menghadap beliau saya langsung berangkat dari kampung saya menuju medan setelah mengetahui informasi tersebut. Saya kembali ke Medan dan menjumpai
bapak Zakaria saya diberikan semangat dan lebih berhati-hati dalam melakukan penelitian, dan saya menghubungi dosen Pembimbing saya Bapak R. Hamdani Harahap
apa yang harus saya lakukan bapak Hamdani mengatakan untuk mewawancarai karyawan PT AR Martabe saja. Saya merasa lega dan melanjutkan penelitian kembali ke kampung
halaman saya. Di kecamatan Batang Toru saya pun memulai penelitian tidak menggunakan surat izin dari Kecamatan karena sangat berbelit-belit dan prosesnya sangat
lama. Saya melakukan penelitian dibantu oleh kawan saya yang tinggal di Batang Toru sehingga lebih mudah untuk melakukan penelitian. Penelitian yang saya lakukan di
Batang Toru masyarakat sudah tidak terlalu mengingatnya karena konflik sudah terjadi satu tahun yang berlalu, dan tidak ada perubahan yang dirasakan masyarakat mengenai
pembuangan limbah PT AR Martabe. Menurut salah satu informan saya mungkin masyarakat akan melakukan aksi demo lagi karena pengakuan masyarakat yang menjala
di sungai Batang Toru bahwa sebenarnya limbah yang dibuang ke sungai Batang Toru sangat bau, kotor, dan berwarna hitam.
Universitas Sumatera Utara
Karena kejadian yang sudah terjadi beberapa bulan yang lalu dan sudah lama terjadi membuat susah mendapatkan informasi dari sebagian masyarakat. masyarakat
menganggap kejadian itu sudah berlangsung lama, dan tidak ada gunanya dibahas lagi. Selain itu masyarakat banyak yang curiga kepada peneliti karena dianggap sebagai orang-
orang nya PT AR Martabe yang akan memata-matai mereka. Mereka takut akan terjadi penangkapan lagi kepada mereka. Tapi karena peneliti meminta dan menjelaskan kembali
bahwa tujuan peneliti untuk keperluan akademis mereka mulai terbuka. Ketika peneliti meminta foto mereka yang diwawancarai mereka tidak mau, dan mengatakan kalau
sebaiknya nama mereka dicantumkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BATANG TORU DAN KECAMATAN
MUARA BATANG TORU 2.1.Gambaran Umum Kecamatan Batang Toru
Kecamatan Batang Toru merupakan salah satu kecamatan yang perkembangannya cepat di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kecamatan
Batang Toru adalah Kelurahan Wek 1. Untuk mencapai Kecamatan Batang Toru tidaklah sulit karena Kecamatan Batang Toru merupakan kecamatan yang berada dijalan lintas
sumatera. Dari kota Medan dengan menggunakan kendaraan darat ada dua jalur yang bisa ditempuh menuju kecamatan batang toru, yaitu melalui Sipirok dan Sibolga. Untuk
sampai di Kecamatan Batang Toru sudah banyak angkutan umum yang membuka trayek Medan Batang Toru yaitu dengan Bus ataupun dengan travel. Waktu yang dibutuhkan
untuk sampai di Kecamatan Batang Toru dari Kota Medan sekitar ± 12 jam perjalanan. Kecamatan Batang Toru memiliki sumber daya alam yang cukup. Hutan yang
luas dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan perkebunan, kebun sawit, kebun karet, kebun salak. Kecamatan Batang Toru memiliki Sumber daya alam Sungai yaitu Sungai
Batang Toru, Sungai Batang Toru banyak dimanfaatkan masysarakat untuk pengairan ke sawah, untuk mandi, air minum, menjala ikan, dan sebagai lokasi tempat rekreasi yaitu
pemandian “Parsariran”. Dengan adanya Sungai Batang Toru masyarakat tidak sulit untuk mendapatkan
ikan sungai yang segar-segar karena banyak masyarakat yang memancing disungai
Universitas Sumatera Utara