kesal terhadap PT AR Martabe. Permintaan tenaga kerja yang tidak dipenuhi, keadaan alam di Batang Toru yang sudah tidak stabil, sering terjadi peledakan, moral masyarakat
yang semakin menurun dan masyarakat yang merasa tambah miskin dengan kehadiran PT AR Martabe menyebabkan ramainya masyarakat yang ikut dalam pengrusakan pada
hari itu. Kerusuhan yang terjadi pada hari selasa tersebut orang-orang yang ikut
berpartisipasi dalam aksi tersebut tidak hanya karena pembuangan limbah ke Sungai Batang Toru, melainkan karena banyaknya Penipuan yang dilakukan PT AR Martabe
pada setiap kegiatan pertambangan yang dilakukan PT AR Martabe. Penipuan yang dilakukan antara lain adalah lokasi tambang. Dari sepengetahuan masyarakat lokasi
tambang harus lah jauh dari pemukiman masyarakat, tapi kenyataannya hanya berjarak tiga meter dari pemukiman masyarakat. Hal yang menjadi salah satu penyebab
Kemarahan Masyarakat. Selain itu PT AR Martabe telah mengambil semua sumber air bersih masyarakat dan mengalirkannya ke Perusahaan mereka, sedangkan masyarakat
mulai kekurangan air. Banyak penipuan-penipuan yang dilakukan PT AR Martabe dalam kegiatan pertambangannya.
4.2. Keadaan Batang Toru Setelah Terjadi Kerusuhan
Polisi yang membubarkan paksa dan menangkap semua orang yang terlibat dalam kerusuhan, pembakaran dan pengrusakan kantor camat dan kantor Polisi mulai
menangkapi semua orang yang terlibat kerusuhan tersebut. Orang-orang mulai berlari untuk sembunyi ke semua tempat agar tidak di tangkap oleh Polisi. Polisi mengeluarkan
Universitas Sumatera Utara
tembakan-tembakan agar masyarakat yang berdemo pada saat itu berhenti dan menyerahkan diri mereka. Tidak peduli siapapun polisi menangkap setiap laki-laki yang
ada di Batang Toru pada saat itu. Banyak lak-laki yang yang sembunyi ke Hutan, melompat ke Sungai, menghindari penangkapan yang dilakukan oleh Polisi. Pada saat
heboh penangkapan tersebut polisi terus menerus mengeluarkan tembakan-temabakan kepada orang-orang yang sudah berlari dan mencari tempat persembunyian.
Pada saat itu suasana sangat mencekam dan menakutkan, tidak peduli siapa laki- lakinya yang basah bajunya ditarik paksa oleh polisi. Setiap laki-laki yang ada di Batang
Toru. Informan saya di Kelurahan Wek 2 mengatakan: “wiii,,, nangerian pas kaluar ngen bagas madung marlojongi halak sude,
polisi pe madung ro, tembak ditangan ni polisi i, au na saat i mabiar manyokkir-nyokkir au tu polisi i anso ulang ditembakkon ia tembak nia,…
jangan tembak disini pak, kami tidak tau apa-apa pak jangan tembak pak…, songoni ma udokkon manyokkir-nyokir au aso ulang ditembakkon
polisi i tembak nia i, mabiar do iba da, nasadia honok maninggal ma dibelakang bagas on aran ni tarsonggot suara tembakan, inda jungada
songonon kacauna bataktoruon oppot songonon tarsonggot”wiii, sangat ngeri waktu saya keluar dari rumah orang-orang sudah berlari-lari, polisi
datang dengan memegang Pistol ditanganny, saya yang saat itu sangat ketakutan menjerit-jerit kepada bapak polisi agar tidak ditembak, .. jangan
ditembak disini pak, kami tidak tau apa-apa pak, jangan tembak pak.. seperti itu saya bilang dengan menjeriti agar polisi tidak menembakkan
senjatanya, saya sangat takut, tidak berapa lama setelah kejadian tersebut meninggal tetangga belakang rumah karena terkejut mendengar suara
tembakan, tidak pernah seperti ini, tiba-tiba terjadi membuat badan terkejut.
Keadaan semakin tidak di Batang Toru suasana di Batang Toru berubah dari sangat ramai dan kacau menjadi sepi dan tenang sangat mencekam. Orang-orang yang
Universitas Sumatera Utara
berlarian muali dari lari ke Hutan, melompat ke Sungai, pergi ketempat saudara yang berada diluar kota agar tidak ditangkap oleh polisi-polisi yang mengejar. Polisi tidak
peduli siapa saja yang mereka tangkap, seorang informan bercerita kalau polisi melihat seseorang masuk kerumah makan yang ada disamping kantor polisi dan menemukan
seorang laki-laki yang sedang tidur dikamar dan terbangun karena mendengar suara rebut-ribut juga diangkat paksa dari rumahnya.
Orang-orang yang berdemo tidak hanya bersembunyi di Sekitar Pasar Batang Toru saja tapi menuju Kampung Telo. Masyarakat yang tenang-tenang dikejutkan dengan
orang-orang yang berlari dengan panik menuju arah kampung Telo. Terdengar suara tembakan polisi berkali-kali dan mengenai rumah masyarakat. Istri ketua BPD Kampung
Telo mengatakan: “pas songon masa PKI doma waktu na marlojongan i halai tuson, waktu i
nantulang marjagal dohot dongan-dongan piga halak alak nantulang i, pas ro polisi i nantulang tutup langsung lopo monjap doma hami sude,
tarbege tembakan-tembakan ni polisi i, honi tu dinding bagas indi pas disamping, ditoko-toko polisi bagas anso dibuka tai mabiar nantulang
inda nantulang buka, sampe kehe polisi-polisi dohot madung tenang inda adong tarbege suara-suara baru puluk alak nantulang kaluar”persis
seperti masa PKI waktu orang-orang berlari kearah sini, pada saat itu nantulang lagi jualan dengan kawana-kawan nantulang beberapa orang,
datang polisi langsung nantulang tutup kedai nantulang, kami semua langsung sembunyi, terdengar suara tembakan-tembakan polisi kena ke
dinding rumah yang sebelah samping, polisi mengetuk-ngetuk rumah agar dibuka, tapi nantulang takut, gak nantulang buka, sampai pigi polisinya
dan keadaan mulai tenang baru berani nantulang buka pintu.
Polisi yang melakukan pencarian terhadap setiap laki-laki yang ada di Batang Toru tidak hanya berlangsung hari itu saja, tapi berlangsung beberapa hari. Pencarian
Universitas Sumatera Utara
dilakukan polisi mulai dari menyusuri sungai Batang Toru dan hutan yang dianggap menjadi tempat persembunyian oleh masyarakat yang lari. Setelah penangkapan dan
banyak laki-laki yang melarikan diri membuat keadaan di Batang Toru sang sepi dan mencekam. Banyak orang yang takut untuk keluar dan perempuan-perempuan juga
merasa tidak nyaman berada diluar. Menurut beberapa informan kondisi di Batang Toru sangat mencekam dan sepi.
Paling menyedihkan karena tidak adanya laki-laki dewasa di Batang Toru pada saat ada orang meninggal setelah bentrok tersebut di Kampung Telo tidak ada satupun
laki-laki dewasa yang hadir dari daerah Batang Toru.Dengan terpaksa yang menggali makam dan menguburkan adalah anak sekolah MTs N yang ada di Kampung Telo.
Begitu juga saat meninggal di Wek 2 tidak ada yang berani untuk melayat setelah beberapa jam meninggalnya orang-orang mulai berdatangan dan laki-laki tidak ada,
sehingga yang mengerjakan penggalian makam adalah anak-anak remaja sampai melakukan pemakaman.
Penyusuran pencarian orang yang terlibat kerusuhan terjadi selama dua bulan. Selama dua bulan keadaan di Batang Toru belum aman dan masyarakat belum merasa
nyaman. Banyak laki-laki juga belum kembali dari tempat persembunyian mereka. Hal ini dikeluhkan oleh perempuan-perempuan yang harus ditinggalak keluarga mereka.
Bahkan ada yang tidak tahu keluarga mereka sembunyi dimana. Setelah melakukan penyisiran di berbagai tempat akhirnya polisi menangakap 32 orang yang dianggap
sebagai tersangka. Dari 32 orang tersebut 20 orang dibebaskan dengan kondisi yang
Universitas Sumatera Utara
sangat memprihatinkan karena disiksa oleh polisi selama dipenjara. 12 orang dipenjara selama 8 bulan. Selama dipenjara mereka tidak lepas dari siksaan polisi. 12 tersangka
baru keluar dari penjara pada bulan juli 2013 dengan banyak luka bekas penyiksaan oleh polisi dibadannya.
Setelah terjadinya konflik tersebut hotel-hotel yang berada di Batang Toru mengalami penurunan. Dari semula banyak dari karyawan PT AR Martabe yang
menginap di Hotel tapi setelah terjadi konflik tersebut banyak yang tidak berani untuk datang ke Hotel karena takut kepada masyarakat yang sudah pesimis terhadap kehadiran
PT AR Martabe di Batang Toru.
4.3. Bentuk Penyelesaian Konflik Antara Masyarakat dengan PT AR Martabe