kesehatan masyarakat, dan sering terjadi gempa akibat peledakan, bahkan gempa tidak hanya dirasakan masyarakat di Batang Toru tapi masyarakat yang di Sidimpuan.
Masyarakat menyebutnya sebagai Gempa Lokal.
3.3. Faktor Penyebab Timbulnya Konflik Antara Masyarakat Dengan PT AR Martabe
3.3.1. Masyarakat menuntut untuk di terima Bekerja di PT AR Martabe
PT AR Martabe menjanjikan 70 karyawan dari PT AR Martabe di ambil dari putra daerah. Sebelum kegiatan produksi dilakukan oleh PT AR Martabe banyak
masyarakat dari Batang Toru yang diterima bekerja di PT AR Martabe. Dikemukakan Chief Executive Officer CEO PT Agincourt Resources Peter Albert, menjawab Sumut
Pos, usai penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding MoU dengan pihak Universitas Sumatera Utara USU, di ruang Rektor USU Lantai III
Gedung Rektorat USU, Jumat 239 “Dibutuhkan 1.500 karyawan. Dan 70 persennya adalah tenaga kerja lokal. Tahun lalu saat masih dalam tahapan konstruksi, telah bekerja
sebanyak 2.500 orang tenaga kerja, yang bekerja selama 24 jam nonstop.
8
Masyarakat Batang Toru yang bekerja di PT AR Martabe banyak yang bekerja di bagian konstruksi, pembersih lapangan, operator alat berat. semua pekerjaan dikerjakan
oleh mereka, dan mereka bekerja dibagi menjadi dua yaitu yang bekerja pagi dan yang bekerja malam. Pekerja pagi biasanya mulai jam 06.00-18.00, sedangkan yang bekerja
8
http:batangtorukita.blogspot.com201201tambang-emas-batang-toru-70-persen.htm, diakses tanggal 25 mei 2012, pukul 10.49
8
Universitas Sumatera Utara
malam bekerja mulai dari jam 18.00-06.00. Pada masa konstruksi banyak masyarakat dari Batang Toru yang bekerja di PT AR Martabe. Setelah konstruksi selesai sedikit
demi sedikit sudah banyak yang diberhentikan. Dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 telah diatur kewajiban pemegang
Izin Usaha Pertambangan IUP serta pelaku usaha jasa pertambangan untuk mengutamakan pemanfaatan tenaaga kerja lokal. Hal ini disebutkan:
“Pemeganng IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.Pasal 106 Undang-Undang no 4 tahun 2009.
Walaupun dalam berbagai ketentuan perundang-undangan telah memerintahkan kepada pelaku usaha jasa pertambangan untuk memprioritaskan tenaga kerja namun
ketentuan itu tidak ditentukan secara pasti berapa bagian tenaga kerja. Tenaga kerja lokal tidak dapat bekerja di perusahaan karena mempunyai kelemahan, yaitu tidak mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang pertambangan. Salim, 2013 hal.168-169 Masyarakat kecamatan Batang Toru banyak yang bekerja di PT AR Martabe pada
saat konstruksi hal itu karena tidak membutuhkan keahlian khusus untuk bekerja di bidang konstruksi. Sehingga setelah konstruksi sudah selesai dan masa produksi sudah
mulai karyawan yang bekerja di PT AR Martabe bagian konstruksi banyak yang diberhentikan. Penuturan informan saya HL:
“ Bahat hami na dipamattak na karejo, terutama bagian konstruksi di pamattak saotik-saotik hami. Baru-baru nai dabo na malas-malas karejo,
sering cabut, sering titip absen, tai halak na rajin karejoi pe dipamattak
Universitas Sumatera Utara
halai do”banyak kami yang diberhentikan bekerja, terutama yang bagian konstruksi, yang diberhentikan sedikit-sedikit. Awal-awalnya yang
diberhentikan orang yang malas kerja, sering cabut, sering titip absen, tapi orang yang rajin kerja juga diberhentikan juga.
Setelah diberhentikan bekerja banyak yang melakukan aksi demo ke PT AR Martabe menuntut agar diterima bekerja kembali di PT AR Martabe. Desa yang
melakukan aksi demo adalah Wek 1, Wek II, Wek III, Wek IV. Desa-desa tersebut yang sering melakukan aksi demo kepada PT AR Martabe menuntut agar di terima di PT AR
Martabe. Mereka yang melakukan aksi demo agar diterima kembali di PT AR Martabe
menuntut agar mereka sebagai putra daerah harus diterima di PT AR Martabe sesuai dengan perjanjian PT AR Martabe kepada masyarakat. informan saya DT
30mengatakan: “ didokkon halai 70 ngen hami putra daerah got di tarimo karejo, tai
na ditarimo taretong jari do, nabahatan bual ni halai…, huta nalain i do ditarimo halai karejo, hami na asli putra daerah dison inda ditarimo
halai”mereka bilang PT AR Martabe 70 dari kami putra daerah akan diterima bekerja, tapi yang diterima bekerja terhitung jari, banyak bohong
mereka…, mereka yang dari daerah lain yanag diterima bekerja, kami yang asli putra daerah tidak diterima bekerja
Masyarakat yang menuntut agar mereka di terima di PT AR Bekerja melakukan
aksi demo pada bulan april-mei 2012. Demo yang dilakukan masyarakat tidak sampai bersifat anarkis, dan mereka menjumpai langsung pihak PT AR Martabe agar diberi
kejelasan mengenanai tuntutan mereka. Peneliti pernah melihat orang yang melakukan aksi demo menuntut agar diterima bekerja di PT AR Martabe. Mereka yang melakukan
aksi demo marah dan menghujani pihak PT AR Martabe dengan pertanyaan-pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
dan cercaan yang menghujat PT AR Martabe. Mereka menuduh PT AR Martabe telah merusak pekerjaan lama mereka dan menuntut agar mereka di terima bekerja di PT AR
Martabe. Peneliti melihat aksi demo dan diskusi masyarakat dengan PT AR Martabe, masyarakat yang melakukan aksi demo terlihat marah tapi pihak PT AR Martabe hanya
senyum-senyum saja dan mengatakan: “ tunggu saja kalau kami membuka lowongan kerja pasti akan diumukan
dan akan pemberitahuan di kantor camat, tunggu saja bapak-bapak bisa membuat lamaran kembali”
Masyarakat yang melakukan demo pada saat itu hanya terdiri dari laki-laki, mereka banyak berdebat dengan pihak PT AR Martabe tapi mereka tidak mendapatkan
apa-apa, karena PT AR Martabe hanya banyak mengiyakan apa yang di bilang oleh masyarakat yang demo. Pada saat peneliti melihat aksi demo masyarakat untuk menuntut
pekerjaan, mereka yang berdemo hanya melakukan sesuatu yang sia-sia menghadapi sikap tenang PT AR Martabe. Demo yang berlangsung selama beberapa jam ini berakhir
bubar begitu saja, tanpa ada kepastian yang didapatkan masyarakat yang berdemo.
3.3.2. Dibuangnya Limbah PT AR Martabe ke Sungai Batang Toru