Latar Belakang

1.1. Latar Belakang

Visi Kementerian Kesehatan RI adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Salah satu strategi Kementerian Kesehatan RI adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif”. Untuk itu diperlukan data kesehatan baik yang berbasis fasilitas maupun komunitas yang dikumpulkan secara berkesinambungan.

Dalam upaya menyediakan data kesehatan yang berkesinambungan maka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI melaksanakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Riskesdas merupakan Riset Kesehatan berbasis komunitas yang dirancang dapat berskala nasional, propinsi dan kabupaten/kota. Riskesdas ini direncanakan akan dilaksanakan secara periodik, dengan tujuan untuk melakukan evaluasi pencapaian program kesehatan, sekaligus sebagai bahan untuk perencanaan kesehatan.

Pada tahun 2007, Riskesdas pertama telah dilakukan, meliputi indikator kesehatan utama, yaitu status kesehatan (penyebab kematian, angka kesakitan, angka kecelakaan, angka disabilitas, dan status gizi), kesehatan lingkungan (lingkungan fisik), konsumsi rumahtangga, pengetahuan-sikap- perilaku kesehatan (Flu Burung, HIV/AIDS, perilaku higienis, penggunaan tembakau, minum alkohol, aktivitas fisik, perilaku konsumsi makanan) dan berbagai aspek mengenai pelayanan kesehatan (akses, cakupan, mutu layananan, pembiayaan kesehatan), termasuk sampel darah anggota rumah tangga, kecuali bayi, pada sub sampel daerah perkotaan.

Hasil Riskesdas 2007 telah banyak dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan dan penyelenggara program kesehatan baik di pusat dan daerah., Selain telah digunakan sebagai bahan penyusunan RPJMN 2010-2014, data Riskesdas juga telah digunakan sebagai dasar penyusunan Indek Pembangunan Kesehatan (IPKM) yang berguna untuk membuat ranking kabupaten/kota berdasarkan hasil pembangunan kesehatan serta sebagai dasar Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK).

Riskesdas ke dua dilaksanakan pada tahun 2010. Pelaksanaan Riskesdas ke dua ini memfokuskan pada pengumpulan data untuk mengevaluasi keberhasilan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs), dengan dua pertimbangan yaitu, (1) Data yang banyak tersedia untuk mengukur pencapaian target indikator MDGs, sampai dengan saat ini, adalah data yang berbasis fasilitas. Salah satu kelemahan dari data ini adalah kurang dapat memberi gambaran tentang realitas permasalahan kesehatan di masyarakat. Sayangnya Riskesdas pertama tahun 2007 tidak banyak menyediakan data berbasis masyarakat yang dapat digunakan untuk mengukur indikator MDGs. Oleh karena itu, tahun 2010 merupakan saat yang tepat untuk melaksanakan Rikesdas ke dua dengan fokus data MDGs, sebelum evaluasi target MDGs yang akan dilakukan tahun 2015. Dengan demikian, hasil Riskesdas ke dua akan sangat bermanfaat untuk penyusunan strategi 5 tahun mendatang dalam percepatan pencapaian target MDGs. (2) Tahun 2010 bertepatan dengan tahun pelaksanaan pertemuan puncak Majelis Umum PBB untuk mengevaluasi pencapaian target MDGs. Pada pertemuan tersebut, Indonesia akan berpartisipasi dan melaporkan status pencapaian target MDGsnya. Untuk dapat melaporkan situasi yang mencerminkan keadaan Riskesdas ke dua dilaksanakan pada tahun 2010. Pelaksanaan Riskesdas ke dua ini memfokuskan pada pengumpulan data untuk mengevaluasi keberhasilan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs), dengan dua pertimbangan yaitu, (1) Data yang banyak tersedia untuk mengukur pencapaian target indikator MDGs, sampai dengan saat ini, adalah data yang berbasis fasilitas. Salah satu kelemahan dari data ini adalah kurang dapat memberi gambaran tentang realitas permasalahan kesehatan di masyarakat. Sayangnya Riskesdas pertama tahun 2007 tidak banyak menyediakan data berbasis masyarakat yang dapat digunakan untuk mengukur indikator MDGs. Oleh karena itu, tahun 2010 merupakan saat yang tepat untuk melaksanakan Rikesdas ke dua dengan fokus data MDGs, sebelum evaluasi target MDGs yang akan dilakukan tahun 2015. Dengan demikian, hasil Riskesdas ke dua akan sangat bermanfaat untuk penyusunan strategi 5 tahun mendatang dalam percepatan pencapaian target MDGs. (2) Tahun 2010 bertepatan dengan tahun pelaksanaan pertemuan puncak Majelis Umum PBB untuk mengevaluasi pencapaian target MDGs. Pada pertemuan tersebut, Indonesia akan berpartisipasi dan melaporkan status pencapaian target MDGsnya. Untuk dapat melaporkan situasi yang mencerminkan keadaan