Karakteristik Penduduk dengan Kecukupan Konsumsi Energi dan
3.1.2.2. Karakteristik Penduduk dengan Kecukupan Konsumsi Energi dan
Protein dan Persentase Penduduk yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal
Tabel 3.1.2.11 menunjukkan kecukupan konsumsi energi dan protein menurut karakteristik responden. Dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal tertinggi pada kelompok umur pra remaja (13–15 tahun) dan remaja (16–
18 tahun) yaitu sebesar 54,5 persen (Gambar 3.1.2.3). Kelompok umur yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal tertinggi pada kelompok umur 56 tahun keatas yaitu sebesar 49,2 persen.
Persentase penduduk laki-laki yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal lebih tinggi dari perempuan. Persentase penduduk di perdesaan yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal lebih tinggi dari penduduk di perkotaan. Menurut tingkat pendidikan kepala keluarga, persentase penduduk yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal terbanyak pada yang berpendidikan rendah. Untuk pekerjaan kepala keluarga, persentase penduduk yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal terbanyak penduduk yang kepala rumah tangga bekerja sebagai petani/nelayan/buruh dan kepala keluarga yang tidak bekerja. Menurut pengeluaran rumah tangga per kapita, persentase penduduk yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal terbanyak pada pengeluaran rumah tangga per kapita yang rendah (kuintil 1 dan kuintil 2).
Besaran Kesenjangan Konsumsi Energi menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal
Kesenjangan energi mulai terjadi pada anak umur 4–6 tahun, dan pada kelompok umur 7–9 tahun, dimana besaran kesenjangan energinya semakin besar. Besaran kesenjangan energi pada anak umur 4–9 tahun yang tinggal di perdesaan lebih besar dari anak yang tinggal di perkotaan. Persentase anak yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal semakin tinggi pada kelompok umur yang lebih tua. Pada ketiga kelompok umur (2–3 tahun, 4–6 tahun, dan 7–9 tahun), persentase anak di perdesaan yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal lebih tinggi dari anak di perkotaan. Gambaran besaran kesenjangan energi dan persentase anak yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal disajikan pada Gambar 3.1.2.4.
Pada penduduk laki-laki kelompok umur 10–12 tahun sampai 65 tahun keatas, besaran kesenjangan energi terbesar (666 kkal) pada kelompok umur 16–18 tahun. Pada kelompok tersebut, besaran kesenjangan energi penduduk laki-laki di perkotaan sama besar dengan penduduk laki-laki di perdesaan. Kesenjangan energi pada penduduk laki-laki umur 10–12 tahun yang tinggal di perdesaan lebih besar dari yang tinggal di perkotaan. Kesenjangan energi penduduk laki-laki umur 13–15 tahun dan 19-64 tahun keatas yang tinggal di perkotaan lebih besar dari yang tinggal di perdesaan.
Tabel 3.1.2.11 Rata-rata Kecukupan Konsumsi Energi dan Protein (%) dan Persentase yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal menurut Karakteristik, Riskesdas 2010
Protein Karakteristik
Energi
SD < 80% Kelompok Umur (Tahun)
53,7 49,2 Jenis Kelamin Laki-Laki
58,0 36,0 Tipe Daerah Perkotaan
57,4 39,7 Pendidikan Tidak pernah sekolah
52,0 46,4 Tidak tamat SD/MI
55,2 43,3 Tamat SD/MI
54,2 41,1 Tamat SLTP/MIS
55,6 34,5 Tamat SLTA/MA
61,6 29,3 Perguruan Tinggi
62,0 24,0 Pekerjaan Tidak bekerja
57,6 32,9 Petani/Nelayan/Buruh
55,5 33,7 Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita Kuintil – 1
64,2 26,0 Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) Konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) SD = Standard Deviasi
Gambar 3.1.2.3. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Energi di bawah Kebutuhan Minimal menurut Kelompok Umur, Riskesdas 2010
Gambar 3.1.2.4. Besaran Kesenjangan Energi yang dikonsumsi Anak menurut Tempat Tinggal, Riskesdas 2010
2-3th
4 -6th
7-9th
Persentase penduduk laki-laki kelompok umur 10–12 tahun di perdesaan yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal lebih tinggi dari penduduk di perkotaan. Persentase penduduk laki-laki yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal tertinggi pada kelompok umur 16–18 tahun yaitu sebanyak 55,2 persen (Tabel 3.1.2.12, Tabel 3.1.2.13. dan Tabel 3.1.2.14. Gambar 3.1.2.5, Gambar 3.1.2.6.,).
Kesenjangan energi penduduk perempuan umur 10–29 tahun yang tinggal di perdesaan lebih besar dari penduduk perempuan yang tinggal di perkotaan, sebaliknya kesenjangan energi penduduk perempuan umur 30–65 tahun keatas yang tinggal di perkotaan lebih besar dari yang tinggal di perdesaan. Kesenjangan energi terbesar terlihat pada penduduk perempuan Kesenjangan energi penduduk perempuan umur 10–29 tahun yang tinggal di perdesaan lebih besar dari penduduk perempuan yang tinggal di perkotaan, sebaliknya kesenjangan energi penduduk perempuan umur 30–65 tahun keatas yang tinggal di perkotaan lebih besar dari yang tinggal di perdesaan. Kesenjangan energi terbesar terlihat pada penduduk perempuan
Tabel 3.1.2.12. Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi dan Persentase Penduduk yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010
Konsumsi Energi (Perkotaan dan Perdesaan) Kelompok
AKG * Kesenjangan
(KKal) (KKal) Anak
2- 3 tahun
4- 6 tahun
7- 9 tahun
Ibu Hamil tahun
* Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) ** Sesuai umur Perempuan ditambah 300 kkal *** TKc = Tingkat Kecukupan
Besaran kesenjangan energi anak yang berumur lebih muda lebih kecil dibanding anak yang berumur lebih tua. Pada anak umur 7–9 tahun terdapat kesenjangan energi sebesar 294 kkal (di perkotaan 240 kkal dan di perdesaan 350 kkal). Pada anak laki-laki umur 10–12 tahun terdapat kesenjangan energi sebesar 422 kkal (di perkotaan 379 kkal dan di perdesaan 471 kkal). Pada anak perempuan umur 10–12 tahun terdapat kesenjangan energi sebesar 450 Besaran kesenjangan energi anak yang berumur lebih muda lebih kecil dibanding anak yang berumur lebih tua. Pada anak umur 7–9 tahun terdapat kesenjangan energi sebesar 294 kkal (di perkotaan 240 kkal dan di perdesaan 350 kkal). Pada anak laki-laki umur 10–12 tahun terdapat kesenjangan energi sebesar 422 kkal (di perkotaan 379 kkal dan di perdesaan 471 kkal). Pada anak perempuan umur 10–12 tahun terdapat kesenjangan energi sebesar 450
Tabel 3.1.2.13 Rata-rata dan Tingkat Konsumsi Energi dan Persentase Penduduk di Perkotaan yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010
Konsumsi Energi (Perkotaan)
Kelompok Umur*
AKG * Kesenjangan
(KKal) (KKal) Anak
Ibu Hamil tahun
*Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia)
** Sesuai umur Perempuan ditambah 300 kkal *** TKc = Tingkat Kecukupan
Tabel 3.1.2.14 Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi dan Persentase Penduduk di Perdesaan
yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010
Konsumsi Energi di Perdesaan
Kelompok Umur*
AKG * Kesenjangan
(KKal) (Kkal) Anak 2–3
Ibu Hamil tahun
* Konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 % berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) ** Sesuai umur perempuan ditambah 300 kkal *** TKc = Tingkat Kecukupan
Gambar 3.1.2.5. Besaran Kesenjangan Energi Penduduk Laki-Laki
menurut Tempat Tinggal, Riskesdas 2010
-1 0 0 -2 0 0
Kkal -3 0 0
Kot a -4 0 0
Desa -5 0 0
40 -49th
50-64th
65 +th
Gambar 3.1.2.6
Besaran Kesenjangan Energi Penduduk Perempuan
menurut Tempat Tinggal, Riskesdas 2010
-1 00 -2 00
Kkal -3 00
Kota -4 00
Desa -5 00
-6 00 -7 00
10-12 th
Besaran Kesenjangan Konsumsi Protein menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal
Data pada Tabel 3.1.2.15, Tabel 3.1.2.16. dan Tabel 3.1.2.17 menunjukkan bahwa anak umur 0–9 tahun yang tinggal di perdesaan maupun di perkotaan mengkonsumsi protein lebih dari kebutuhan, dan anak yang tinggal di perkotaan kelebihan konsumsi protein lebih besar dari anak di perkotaan. Kelebihan konsumsi terbesar terjadi pada anak umur 1–6 tahun (di perkotaan maupun di perdesaan).
Penduduk laki-laki umur 10–12 tahun dan 19–29 tahun yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan kelebihan konsumsi protein, dan kelebihan konsumsi protein pada laki-laki pada umur tersebut yang tinggal di perkotaan lebih besar dari laki-laki yang tinggal di perdesaan. Laki-laki umur 50–64 tahun keatas yang tinggal di perdesaan dan di perkotaan kekurangan konsumsi protein, dan laki-laki umur 64 tahun keatas yang tinggal di perdesaan kekurangan protein lebih besar dari laki-laki yang tinggal di perkotaan.
Penduduk Perempuan umur 10–49 tahun kelebihan konsumsi protein, dan kelompok Perempuan umur 64 tahun keatas yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan kekurangan protein dengan besaran yang sama. Menurut kelompok umur, terdapat 10 persen–40 persen penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (Gambar 3.1.2.7).
Kelompok umur lansia adalah yang terbanyak mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal yaitu 38,0 persen di perkotaan dan 39,7 persen di perdesaan.
Walaupun secara rata-rata pada penduduk kelompok umur kurang dari 65 tahun tidak ada masalah dalam konsumsi protein, namun protein yang dikonsumsi sebagian besar berasal dari serealia yang merupakan protein nabati (data tidak disajikan).Oleh sebab itu, masalah konsumsi protein adalah pada sumber protein, yang belum seimbang antara protein nabati dan hewani.
Tabel 3.1.2.15. Rata-rata Tingkat Konsumsi Protein dan Persentase Penduduk yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010
Kelompok Konsumsi Protein di Perkotaan dan Perdesaan Umur*
AKG * Kesenjangan
(Gram) (Gram_ Anak
2- 3 tahun
4- 6 tahun
7- 9 tahun
60 - 6,8 Perempuan
50 - 4,6 Ibu Hamil
** * Konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) ** Sesuai umur perempuan ditambah 300 kkal
tahun
Gambar 3.1.2.7. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Protein di bawah Kebutuhan Minimal menurut Kelompok Umur, Riskesdas 2010
Tabel 3.1.2.16 Rata-rata Tingkat Konsumsi Protein dan Persentase Penduduk di Perkotaan yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010
Kelompok
Konsumsi Protein (Perkotaan)
AKG * Kesenjangan
(Gram) (Gram) Anak
2- 3 tahun
4- 6 tahun
7- 9 tahun
60 -6,3 Perempuan
50 -4,8 Ibu Hamil
** *Konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi
2004 Bagi Orang Indonesia) ** Sesuai umur Perempuan ditambah 300 kkal; *** TKc = Tingkat Kecukupan
Tabel 3.1.2.17 Rata-rata Tingkat Konsumsi Protein dan Persentase Penduduk di Perdesaan yang Mengkonsumsinya di bawah Kebutuhan Minimal, Riskesdas 2010
Kelompok
Konsumsi Protein di Perdesaan
AKG * Kesenjangan
(Gram) (Gram) Anak
2- 3 tahun
4- 6 tahun
7- 9 tahun
Ibu Hamil tahun
* Konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia) ** Sesuai umur Perempuan ditambah 300 kkal *** TKc = Tingkat Kecukupan