Stressing metode post-tension oleh VSL

3.5.2. Stressing metode post-tension oleh VSL

Sistim penarikan post tension dilakukan karena pertimbangan banyak hal, yaitu:

a. Lokasi kerja Seperti yang telah dibahas pada sub bab yang lalu bahwa lokasi kerja pada proyek ini amatlah terbatas. Pekerjaan penarikan pre tension memerlukan lokasi pengecoran ditempat yang luas. Kalau-pun dilakukan dipabrik, pasti akan sangat susah dalam mobilisasi mengingat panjang bentang girder minimum 31.9m. Jika melihat kondisi lokasi kerja seperti ini, maka system penarikan yang paling sesuai adalah system penarikan post tension

b. Posisi tendon Dalam perhitungan dasar telah terlihat bahwa tendon direncanakan berbentuk melengkung dengan persamaan parabola tendon tertentu. Bentuk ini harus dilaksanakan sesuai dengan rencana tanpa boleh berubah. Pekerjaan penarikan pre tension akan sulit mencapai bentuk tendon parabola. Dalam pelaksanaannya penarikan system pre tension akan menghasilkan bentuk tendon yang lurus. Dengan penggunaan system penarikan post tension maka bentuk tendon dapat distel pada saat pra pengecoran girder, sehingga bentuk tendon rencana dapat dicapai. Jadi berdasarkan bentuk tendon-nya cara penarikan yang lebih sesuai untuk proyek ini adalah system penarikan post tension b. Posisi tendon Dalam perhitungan dasar telah terlihat bahwa tendon direncanakan berbentuk melengkung dengan persamaan parabola tendon tertentu. Bentuk ini harus dilaksanakan sesuai dengan rencana tanpa boleh berubah. Pekerjaan penarikan pre tension akan sulit mencapai bentuk tendon parabola. Dalam pelaksanaannya penarikan system pre tension akan menghasilkan bentuk tendon yang lurus. Dengan penggunaan system penarikan post tension maka bentuk tendon dapat distel pada saat pra pengecoran girder, sehingga bentuk tendon rencana dapat dicapai. Jadi berdasarkan bentuk tendon-nya cara penarikan yang lebih sesuai untuk proyek ini adalah system penarikan post tension

Peroses stressing dilakukan oleh VSL (Vorspann System Losinger) dengan menggunakan metode Vorspann. Ada tiga metode stressing, yaitu:

a. Dickerhoff & Widmann AG (DYWIDAG-strand prestressing method)

b. SUSPA span beton GmbH (BBRV-SUSPA EX-30 to EX-60)

c. VORSPANN-TECHNIK GmbH (strand prestressing method VT-CMM D) Dari ketiga metode prestressing diatas, ada beberapa perusahaan yang menggunakannya sebagai metode kerja yaitu:

a. Freyssinet (DYWIDAG) Freyssinet menggunakan standart kerja DYWIDAG dalam DSI (DYWIDAG System Internasional). Bagi DSI ini yang paling penting adalah propertis mekanik strand harus sama baiknya dengan perlindungan terhadap korosi strand tersebut, sehingga DSI melapisi strand-nya dengan bahan pelindung yang dikenal dengan nama Epoxi Coated Strand. Pemberian bahan coat (coating) pada strand tidak mempengaruhi kapasitas dan efisiensi pengangkurannya. Dan untuk duct, a. Freyssinet (DYWIDAG) Freyssinet menggunakan standart kerja DYWIDAG dalam DSI (DYWIDAG System Internasional). Bagi DSI ini yang paling penting adalah propertis mekanik strand harus sama baiknya dengan perlindungan terhadap korosi strand tersebut, sehingga DSI melapisi strand-nya dengan bahan pelindung yang dikenal dengan nama Epoxi Coated Strand. Pemberian bahan coat (coating) pada strand tidak mempengaruhi kapasitas dan efisiensi pengangkurannya. Dan untuk duct,

Gambar 3.29. Bahan pelapis duct DSI [DSI.com]

Angker hidup dengan dua bagian ditarik diutamakan penggunaannya pada tendon longitudinal pada balok dan jembatan. Piringan baji dan badan konik angker selalu terrencana dengan tiga beban transfer mengenalkan gaya prestress secara kontiniu kepada strand dengan luasan medan minimal. Separasi angker dan piringan baji memungkinkan untuk memasukkan strand setelah pengecoran beton. Pusat piringan baji pada angker, dirakit dan diinstalasi secara konsisten setara dengan penegangan tanpa kesalahan.

Gambar 3.30. Angker multi strand DSI [DSI.com]

Multiplane Anchorage MA

stressing anchorage

dead end anchorage accessible

not accessible yes

ultimate load [kips/kN] from

pocket former for each anchorage system on request

Tabel 3.14. Angker multi strand DSI [DSI.com]

Angker mati terutama digunakan pada tendon prefabrikasi, juga mungkin untuk merakit angker ini ditempat. Strand berubah bentuk plastik untuk memastikan keamanan beban transfer diatas kapasitas ultimate pada daerah kepala lekat, telah terbukti aplikasi pada saat statis sebaik saat dinamik. Tergantung syarat batas, bentuk flat atau kepala lekatan angker yang sangat besar juga tersedia.

Gambar 3.31. Dead end anchor (angker mati) DSI [DSI.com]

Bond Head Anchorage ZF/ZR

stressing anchorage

dead end anchorage

not accessible no

coupling ultimate load (0.5) [kips/kN]

coupling ultimate load (0.6) [kips/kN]

Tabel 3.15. Dead end anchor DSI [DSI.com]

Instalasi

DSI membagi dua metode memasukkan strand ke-duct-nya. Kedua metode tersebut dibagi berdasarkan pada kondisi akses struktur dan kondisi kerja

a) Pushing Pushing (mendorong) strand kedalam duct pada lokasi kerja merupakan cara yang paling ekonomis dan dapat dilakukan sebelum dan sesudah pengecoran beton. Peralatan pushing dapat menginstalasi dengan dikendalikan oleh remote disertai pipa penghubung fleksibel pada titik pemasukan strand. Kecepatan alat ini cukup tinggi mencapai 8m/s dan membutuhkan lebih sedikit pekerja.

Gambar 3.32. Alat pendorong kabel strand DSI [DSI.com]

b) Pulling Metode Pulling merupakan metode paling efektif pada struktur tertentu, contohnya jika tulangan angker digunakan. Pada banyak kasus bundel masuk strand ditarik kedalam duct dengan menggunakan mesin derek bersama kabel baja

Gambar 3.33. Proses penarikan baja strand DSI [DSI.com]

c) Pre-Assemble Tendon Proses fabrikasi tendon yang tersedia dalam bentuk kemasan koil akan lebih ekonomis ketika tendon yang diperlukan itu pendek-pendek dan lokasi kerja dekat. Kemasan uncoil dan mesin derek hidraulik digunakan untuk mendukung pekerjaan instalasi metode ini.

Stressing

DSI telah mengembangkan alat dongkrak dan pompa hidraulik dari yang standart ke alat yang lebih efisien dan ekonomis penggunaan tegangan setiap tendon. Pompa DSI mampu menyesuaikan ukuran dan tegangan yang diberikan terhadap berbagai ukuran tendon yang ditarik. Dongkrak DSI merupakan dngkrak yang canggih. Didalamya terdapat budel dalam dengan pengikatan otomatis terhadap apa yang akan ia tarik yang akan menahan strand tetap dalam dongkrak.

Monostrand Jack Tensa 4,800/6,800/8,600 HoZ 3,000/4,000 Gambar 3.34. Dongkrak hidraulik DSI [DSI.com]

jack type 59 … (0.5”)

01 02 03 04 05 06 07 08 09 12 15 19 27 37 Mono 0.6

HoZ 950 HoZ 1,700 HoZ 3,000 HoZ 4,000

Tensa 260 Tensa 3,000 Tensa 4,800 Tensa 6,800 Tensa 8,600

Tabel 3.16. Dongkrak hidraulik DSI [DSI.com]

Untuk penggunaan hydraulic jack keperluan seperti pada proyek FO Amplas (Strand 12 d 0.5”) adalah dimulai dari HoZ 3000

Grouting

DSI mengembangkan teknologi grouting dasar menjadi thixotropic dan grouting plastisitas tinggi dan bahan gruting tahan lama. DSI memiliki 3 metode kerja grouting yaitu pressure grouting, post-grouting dan vacuum grouting.

Kesimpulan

Freyssinet dan DSI memiliki alat dan metode kerja stressing post-tension sangat canggih, namun Freyssinet dan DSI belum memiliki kantor cabang di Indonesia.

b. BBRV (SUSPA-BBR) Sistem post-tension kabel strand metode BBRV merupakan metode yang paling tua diantara ketiga metode diatas. Penarikan paralel kabel strand sistem post- tension telah dikembangkan oleh BBR pada 1944 dan masih terus dikembangkan hingga sekarang. Kabel strand berkekuatan tinggi diangkerkan secara individual oleh alat BBR buttonheads. Strand paralel yang mampu ditarik untuk proses post-tension oleh BBR mulai dari 14, 22, 31, hingga 102 strand dengan diameter 7mm kabel. Ukuran tendon dengan jumlah lain dari standart dapat dibuat dengan memodifikasi ukuran standart-nya. Untuk ukuran tendon yang lebih besar juga dapat disediakan sewaktu-waktu. Kabel BBR diproduksi sendiri oleh pabrik BBR. BBR juga memiliki angker aktif (angker hidup) dan angker pasif (angker mati) dengan tipe yang berbeda-beda. BBR memiliki dua jenis angker yatu angker untuk pekerjaan post tension, buttonheads sebaga angker mati dan angker hidup. Namun berbeda dengan kepala angker mati biasa, pada BBR buttonheads kabel telah menetap pada compact anchor head.

Gambar 3.35. Buttonheads BBR [BBRV.com]

BBRV tidak memiliki kantor cabang di Indonesia, sehingga untuk penggunaan metode ini di Indonesia sangat sulit. Selain itu material pekerjaan prestrssing post-tension sulit didapat jika tidak ada pabrik BBR dinegara itu, hal ini dikarenakan BBR menggunakan material yang diproduksi-nya sendiri.

c. VSL (VORSPANN) VSL menggunakan sistem Vorspann yang dikembangkan sejak lebih dari 50 tahun yang lalu sejak tahun 1956. VSL memberi solusi dalam pekerjaan penegangan kabel, mampu memberi sistem modern namun tetap dengan biaya efektif pada teknologi konstruksi. Teknologi VSL pada prinsip post-tension menghasilkan tegangan berkualitas baik pada struktur, dan mungkin dapat menjadi bagian yang dapat berkerja optimal dengan penggunaan yang efisien jika pengontrolan terhadap deformasi besarnya dibawah kondisi servis. VSL menggunakan strand standart nasional dan internasional, dan strand yang digunakan VSL mudah didapat dipasaran negara tempat terlaksananya pekerjaan. Untuk mencapai keberhasilan pekerjaan, VSL telah membuat kebijakan mengejar pergerakan, kekuatan, kombinasi dan pemusatan QSE (Quality, Safety,

Environment) selemama betahun-tahun. VSL memiliki komite khusus yang fokus mengevaluasi program tersebut. VSL juga menjaga kualitas dan keselamatan saat kerja

Tipe Angker VSL

a) Angker mati Lubang grouting duct

Gigi baji Cast-in angker tipe Sc

Angker blok

Gambar 3.36. Angker hidup VSL [vslin.com]

b) Angker mati

Duct Seal

Lubang grouting

Spacer

Gambar 3.37. Dead end (angker mati) VSL [vslin.com]

Karakteristik VSL multristrand system: - Dapat menarik hingga lebih dari 55 diam 0.5” atau 0.6” strand

- Angker berbentuk lebar - Duct baja dan plastik dari PT-PLUS (R)

- VSL HPIR grout atau bahan grouting lainnya - Tendon diproduksi oleh pabrik - Untuk jangka panjang tidak diperlukan penentuan tendon panjang - Gabungan strand dalam satu tendon dikunci tiap strand-nya pada tiap titik

pengangkeran - Stressing dilaksanakan dalam beberapa tahapan - Peralatan sederhana namun terpercaya

Instalasi

Seperti halnya pada DSI, VSL juga membagi dua metode memasukkan strand ke-duct-nya. Kedua metode tersebut dibagi berdasarkan pada kondisi akses struktur dan kondisi kerja

d) Pushing Pushing strand kedalam inlet strand pada VSL dengan menggunakan tenaga manusia dan mesin. Pada beberapa VSL dinegara lain (German, Austria, dll) pushing strand telah menggunakan mesin. Namun masih banyak VSL dinegara lain seperti Indonesia yang menggunakan tenaga manusia untuk pekerjaan pushing strand.

e) Pulling Untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan penarikan strand untuk instalasi, metode pulling digunakan. Pekerjaan ini memerlukan mesin derek untuk keperluan penarikan e) Pulling Untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan penarikan strand untuk instalasi, metode pulling digunakan. Pekerjaan ini memerlukan mesin derek untuk keperluan penarikan

Pada penggunaan konvensional, VSL menggunakan duct baja ulir dengan tebal minimum 0.25 mm walaupun sistem VSL PT-PLUS (R) dengan duct plastik ulir

dan plastik coupler dapat memberi keuntungan penting. Untuk pekerjaan yang menuntut perlindungan terhadap bahaya korosi dan atau perlawanan bahaya fatiq tendon, digunakan duct plastik. Steel duct telah diberi pelapis anti karat super, dan duct plastik menghilangkan fatiq akibat gesekan strand dengan duct.

Stressing

Yang unik dari proses stressing VSL adalah prosedur penguncian otomatis baji strand. Baji akan selalu berada didalam contact bersama strand selama proses stressing, dan ketika jack dilepas maka baji akan secara otomatis terkunci pada lubang konik kepala angker. Dongkrak hidraulik VSL terbagi 3 (tiga) jenis yang masing masing memiliki spesifikasi berbeda. Seperti halnya jack DSI, jack VSL juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan inlet jack dengan strand yang akan ditarinya.

Gambar 3.38. Dongkrak hidraulik VSL [vslin.com]

Grouting

Untuk menghasilkan grouting kualitas tinggi harus, unsur pencampuran bahan kimia grouting yang baik dan metode kerja grouting sangat mempengaruhi. VSL menggunakan kombinasi mixer dan pompa dengan pengontrol kualitas grouting.

Kesimpulan

Sistem penarikan strand oleh VSL secara post-tension memiliki alat berteknologi tinggi dan metode kerja yang baik, kantor cabang di Indonesia-pun ada. Hal ini menjadi pertimbangan kuat pemilihan VSL sebagai perusahaan yang memberikan jasa prestress pada FO Amplas, maupun disebagian besar pekerjaan penegangan di Indonesia.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124