Wawancara dengan pak madyo (Audio recording 2016 – 07 – 12 – 12 – 20 – 42)

TRANSKRIP 10 Wawancara dengan pak madyo (Audio recording 2016 – 07 – 12 – 12 – 20 – 42)

Informan : kronologi adanya tim pelaksana itu berawal dari, ini termasuk, perjalanan menuju tim pelaksana, yang diawali dari perosalan yang muncul, dimana dari berbagai pihak ini ingin, yaitu mengelola pariwisata, diantaranya ada 3 lembaga, lmdh, ladesta dan pokmaswas. Jadi disitukan ada saling berebutan gitukan saya yang harus mengelola dan seterusnya, ingin menguasai intinya gitu. Seketika itu mengajukan selalu hadir di adm

Peneliti : adm itu apa ya pak ? Informan : adm itu termasuk dinas perhutani kabupatne malang, saya sendiri kurang paham adm

apa, sepengetahuan saya adm itu pusat perhutani di kabupaten malang yang kantornya di jalan cipto. Lalu disana dari berbagai pihak dinas pariwisata dinas kelautan dinas terkait yang lain termasuk kabupaten kecamatann dan dari kepolisian berkumpul disana itu ada kesimpulan yang mengatakan yang mengajukan kerjasama atau pks tentang pariwisata yang lebih mudah adalah lmdh, lembaga yang terkait dengan perhutani, lembaga desa yang ada hubungannya dengan pihak perhutani itu lmdh, lmdh itu kan dari rujukan dari perhutani, walaupun itu ada di desa, tapi dengan catatan itu termasuk di KPH malang juga tidak mau ngadakan perjanjian kerjasama kalo Cuma satu dari lembaga lmdh

Peneliti : kph itu apa ya pak ? Informan : kph itu termasuk, bukan kph, termasuk disitu, saya sendiri kurang tahu sebenarnya,

tapi kalo yang di malang itu termasuk apa ya, intinya pusat perhutani di kabupaten malang yang dipegang pak arif herlambang, kepala kph malang, nah disitu mengatakan, kalo memang mau mengadakan perjanjian kerjasama seharusnya dibawah menjadi satu rukun istilah e, lek gawe rukun munggah o tak ijini, toto bareng – bareng

Peneliti : itu siapa yang ngomong pak ? Informan : kepala perhutani, pak arif herlambang, lalu disitu kembali lagi diadakan forum

pertemuan, disana sudah sepakat, oke tapi dibawah kendali desa, mau tiga lembaga itu tetapi dibawah kendali desa, lalu disini kita adakan pertemuan, pertemuan, lalu kita adakan persetujuan yaitu melalui desa yang memfasilitasi lalu dibentuklah tim pelaksana, tim pelaksana itu disni intinya sebagai coordinator, pemersatu, pembuat peraturan dan penentu tapi berdasarkan keputusan bersama untuk pengelolaan wisata purwodadi, termasuk yang ngiket lembaga ini, pembuat dan penentu peraturan yang dibuat secara bersama – sama tapi tidak bisa dengan tujuan semaunya sendiri, kalo tidak disetujui bersama – sama ya gak bisa jalan.

Peneliti : sejauh ini sudah ada peraturan yang dibuat sama timlak pak ?

Informan : peraturan yang dibuat termasuk masalah yang ada di draft tata kerja adalah tapi semuanya masih rancu belum berjalan, kita bentuk termasuk seksi – seksi termasuk coordinator termasuk coordinator penataan kebersihan pantai yaitu, lalu ada coordinator bagian termasuk penataan dan pengelolaan jalan di melalui jalan darat menuju banyu anjlok sudah ada, lalu ada coordinator bagian komunitas penambangan, coordinator bagian konservasi, tapi semuanya itu masih belum berjalan. Makanya sendiri kalo ditanya secara struktur yang utuh ini belum tersusun. Karena masih berubah – ubah. Karena pelaksananya tiga lembaga mba, lmdh, ladesta dan pokmaswas. Pokmaswas ini yang mengajukan perjanjian kerjasama dengan perhutani, yang diberikan mandat istilahe kepercayaan perjanjian kerjasama itu dipercayakan kepada timlak.

Peneliti : dari segi struktur masih dari tiga coordinator ini aja pak ? Informan : yang telah tersusun ? Peneliti : iya ada apa lagi ? Informan : termasuk sebenarnya ada penataan dan coordinator yang telah tersusun sebenarnya,

(pak madyo mencari struktur). Wawancara dengan pak Madyo bagian 2 (Audio recording 2016-07-12 12-36-49) Informan : seksi pemasaran itu pak muklis, lalu seksi termasuk penataan keindahan wilayah

pantai itu pak soleh sama pak suwito untuk itu penataan fasilitas jalan pengelolaan jalan, sebenarnya kalo dikatakan singkatnya itu litbang penelitian dan pengembangan, pak soleh dan pak suwito anggoda BPD, lalu jalur menuju banyu anjlok melalui jalan darat itu pak suwito. Ada seksi pemasaran nya itu pak muklis, ada seksi termasuk ticketing itu yang menghandle aktivitas itu pak haryono dari lmdh. Lalu seksi penataan dan penjagaan kendaraan bermotor termasuk coro parkir itu sebenarnya yang saya masukkan dalam struktur itu Pak Kasembadan, tapi ya itu gak mau jalan sama sekali. Kan struktur lamanya itu, coordinator penataan paguyubang penambangan itu termasuk pak Yani dan pak harjo, tapi yang aktif Cuma pak harjo aja. Lalu seksi pengawasan dan informasi itu pak ngatelan dan pak ngatiman. Yang dalam struktur itu. Kebersihan wilayah pantai ini sebenarnya Pak bogel, dulu jalan tapi karena ada yang meminta jadi guide dan ternyata dilepaskan saiki yo gak di kerjani. Ketua saya, wakil ketua ada tapi sudah mengundurkan diri, jadi tinggal saya sendiri, sekertaris pak kustaman dan pak agung triyono, bendahara sudarto dan dawi. (alasan pemilihan orang2 ini apa ya pak ?)

Peneliti : kan di bowele ini ada beda – beda pengurusan, nah posisi timlak ini sebagai coordinator ini bertugas yang mengarahkan entah lmdh, pokmaswas atau ladesta ini diatasnya mereka berarti ?

Informan : kita mandat, tapi ditaruh di atas mereka. Mereka seharusnya ya istilah e yang membuat arah tujuan mau dibawa kemana wisata ini

Peneliti : mereka itu lembaga atau timlak ?

Informan : termasuk timlak, mengatur keuangannya, membentuk seksi – seksi, tata kelolanya, sebenarnya sebagai coordinator itu timlak, tapi pelaku – pelakunya dari tiga lembaga itu, nah disitu sulitnya karena mementingkan kepentingannya sendiri –sendiri, kadang itu yang terjadi. Seperti dulu nya saya, dulu saya tergabung dalam ladesta, seketika saya ada di timlak saya lepas, ladesta saya lepas, saya punya tujuan arah wisata, terutama yang jadi tujuan disini adalah memberikan wawasan terhadap pelaku wisata baik di pengelola dan di bidang usaha, yang kedua memberikan wawasan tentang hak dan wajib yang intinya memberikan wawasan terhadap masyarakat purwodadi menjadi pelaku wisata di bidang usaha, punya hak menggali pendapatan meningkatkan perekonomian tapi punya wajib memberikan kontribusi terhadap pengelolaan supaya pariwisata ini ada perkembangan, sebenarnya harapannya disitu, Cuma mendukung aktivitas pengelolaan.

Peneliti : timlak ini memandatkan tiga lembaga ini, sejauh ini sudah ada apa aja yang dihasilkan timlak dalam kepengurusan ini ?

Informan : kalo sejauh ini, memang yang dihasilkan belum ada, tapi setidak – tidaknya dulu, itu seperti perahu dengan perahu anggota wisata kerah karep e dewe, sekarang sudah tidak. Yang semula itu orang yang bukan orang nelayan beli perahu, harus keluar tidak boleh melakukan aktivitas penambangan, sedangkan peraturan yang saya buat yang berhak dan wajib menjadi pelaku wisata dan pengelola adalah masyarakat purwodadi, kecuali ada pertimbangan khusus dan mau mematuhi peraturan yang dibuat bersama.

Peneliti : tapi timlak bapak dan kawan – kawan sudah ada gambaran ttg bowele mau dibawa kemana ?

Informan : sebenarnya gambaran saya itu sederhana, kan kalo mau punya gambaran yang terlalu tinggi, saya sendiri paham akan yang saya miliki termasuk sumberdaya manusia yang mungkin tidak mumpuni, Cuma gambaran yang awal ini terutama saya ingin mengajak masyarakat pelaku wisata ini rukun. Dulu ada masalah antara ladesta, lmdh dan pokmaswas selalu berbenturan, selalu berebut, seakan – akan sayalah yang harus menguasai. Lalu yang kedua disitu banyak problem yang muncul di bidang usah ojeg kale tambang kerak, penambang sama penambang selalu benturan kepentingan – kepentingan sendiri, sehingga selalu ingin menyigkirkan temannya, warung karo warung juga semacam itu, tapi itu sekarang sudah terkendali, yang semula tidak mau ttg memberikan kontribusi terhadp tim pelaksana sekarang sudah mendukung untuk kegiatan, itu termasuk di bidang yang kita hasilkan, lalu yang ke dua fasilitas – fasilitas belum seberapa yang bisa kita lakukan, sebenarnya kita punya gambaran seandainya litbang itu orang nya aktif dan selalu punya pandangan tertentu sekecil apapun rencana yang kita pakai membuka peluasan kawasan hijau di pantai, yang kedua menata kebersihan menuju pintu masuk, supaya kenyamanan dan keindahan itu juga tercipta mulai dari pintu masuk pertigaan masuk ke pantai

Peneliti : berarti itu rancangan awal dari timlak ? tapi bapak sejauh ini sudah pernah mendengan ttg desa wisata atau ekowsiata pak ?

Informan : kalo tentang ekowisata sudah pernah dikit – dikit mendengar tentang ekowisata, pemahaman secara paham saya snediri belum, yang paham itu pak sidik pak muklis tapi itu pemahamannya di desa, tapi gak pernah disampaikan ke temannya.

Peneliti : ini tiga lembaga punay kepentingan masing – masing, masing – masing lembaga tentu punya cara sendiri untuk mengelola wisata, nah apa timlak itu mengambil cara yang terbaik dari tiga lembaga ini atau ya monggo jalanin asal tidak merusak lingkungan ?

Informan : kalo dari pokmaswas dalam kegiatannya itu tentang kelompok pengawasan masyarakat dibidang pesisir dan pantai itu intinya disitu tetapi disitu termasuk wisata, tapi kalo dari segi wisata gak ada gagasan yang dimasukkan sama timlak , malah gagasannya seketika berbenturan dengan yang lain termasuk ada perselisihan pendapat dengan yang lain malah mengandalkan menteri nya masing – masing. Mengatakan sing kelautan mengatakan menteri saya juga punya kekuasaan. Itulah yang saya gak mau gali, jadi yang saya fokuskan kalo kita mau sadar akan apa yang kita miliki pariwisata itu, maka kita akan mampu menciptakan suasana nyaman kebersamaan punya hak tau wajib seketika kita punya hak dan tau wajib sekecil apapun akan ada yang bisa kita lakukan demi peningkatan pariwisata yang lebih baik. Sebenarnya tujuan saya ke situ. Tapi sampai sekarang masih sulit. Cuma sekarang ya itu dalam rangkaian yang saya bangun dari orang – orang sing bodoh – bodoh ngelumpui tapi ternyata susah juga, kadang ya itu, seperti, persoalan yang muncul begini termasuk, makanya tidak jadi nyaman, lmdh seketika atasannya berbicara ini harus gini itu selalu andalin atasannya perhutani, lalu apa itu seperti pokmaswas juga gitu, saya dari dinas gitu katanya, sehingga saya berkata kita kalo kita masuk ke wilayah pariwisata jangan berbicara pokmaswas kita harus fokus pada pariwsata anggota tim pelaksana apa di pengelola atau di bidang usaha itu yang saya harapkan jadi kita lepaskan yang kita miliiki juga seperti itu. Lmdh juga seperti itu, kita tau kita pks nya dengan perhutani, tapi seketika kita masuk dalam area wisata, mari kita berbicara sebagai teman sekerja tim pelaksana. Nah sebenarnya harapan saya seperti itu.

Peneliti : pada kenyataannya gak kayak gitu pak ? Informan : kenyataannya susah. Konflik kepentingan di dalamnya saling mengandalkan diri

sendiri bahwa saya adalah orang yang paling dulu sini, kalau saya orang yang paling berjasa, kalau saya orang yang paling peduli, tapi sekarang itu udah mulai luntur.

Peneliti : masih dalam masa vakum soal wisata, timlak juga vakum pak ? Informan : yang dimaksud dengan vakum gimana ? Peneliti : kan perangkat desa juga udah mulai ya udah lah ya objek juga ditinggalkan, fokusnya

ke desa wisata. Nah timlak gimana pak ? karena kan timlak ini kan ada untuk menggalakkan ke desa wisata. Nah timlak gimana pak ? karena kan timlak ini kan ada untuk menggalakkan

Informan : sebenarnya itu harapan kami. Kalo masalah dari perhutani itu sebenarnya yang dari sharing tiket, tapi perhutani itu mendukung supaya di dalamnya itu diadakan kegiatan, tapi kegiatannya itu kalo kita bangun dengan kebersamaan mungkin akan ada yang bisa kita gunakan untuk kepentingan umum. Melalui bidang sosial, umpamane memperbaiki jalan yang pernah kita lakukan. Malah harapan kami dulu itu ketika disana sudah mulai tertata, dan terbangun masalah struktur keuangannya bisa diantisipasi, dan tertata dengan baik malah saya bsia masuk, ke liungkungan sebenarnya, kebetulan saya sendiri bersama anggota lpmd, masuk ke wilayah lingkungan mengajak masyarakat peduli, terhdap lingkungan, menjaga kebersihan dan keindahan semakin kedepan semkain tertata . karena desa kita sudah memenuhi status desa wisata, tetapii desa sendiri tidak mendukung, saya memasukkan usulan, kami mengharapkan pihak yang terkait di desa, kami mohonn untuk mmemberdayakan masyarakat kita ajak peduli, terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan, nah waktu itu pak made juga melakukan penelitian tapi di situ malah pak kepala desa sendiri mengatakan begini sama saya dihadapakan pak made juga gimna kok desa cuma dapat 2% kan gak dapat apa apa mau bagaimana lagi. Menurut saya kata katanya kepala desa itu ga peduli peduli amat dan setelah kita berbicara panjang lebarsaya menyampaikan seandainya saya menjadi seorang pemimpin pak cara pandang saya berbeda dengan kepala desa. Kok gitu pak madyo, oh iya kalo di sini ada potensi wisata kita bisa mendorong peningkatan yang lebih baik yang artinya perekonomian akan semakin bagus, masyarakat kita akan semakin meningkat, taraf hidupnya akan lebih baik. . Itu persepsi saya bukan hanya memandang kecilnya 2% itu. Tapi lek jenengan memandang kecil 2% itu orang yang sudah tidak menghargai hal yang kecil kalo nanti ada hal yang besar yah ga bisa saya yakin.

Peneliti : iya ya pak asal 2% itu kita bisa maksimalin kita juga bisa dapat untung Informan : sebenarnya saya sudah kok, menurut persetujuan dengan sistem keuangan saya buat

sentral. Karena saya kalo mau tiket, 30% dibagi 3 lembaga saya gak mau jadi tim pelaksana. Lalu uang sistemnya saya buat sentral pendapatan komposisi pendapatan dari penambangan, parkir, dan ada sedikit usaha yang sudah mau memberikan kesadaran, itu saya satukan jadi satu, setelah diambil operasional, kita buat 100% lalu kita ambil 30% kita gunakan untuk kas 3 lembaga yang punya kesatuan ini masing masing 10 %. Lalu yang kedua kita ambil lagi kisaran 20% untuk penambahan fasilitas terus kita ambil lagi sekian persennya kita gunakan untuk cadangan persediaan kegiatan desa lalu kita ambil lagi termasuk sekian persennya untuk menunjang kepentingan yang bersifat sosial, kegiatan yang bersifat sosial. Lalu yang terakhir kita gunakan sekecil apapun kita poskan, seketika ada petugas yang datang, memberikan pengamanan misalnya untuk gaji transport, sebenarnya sudah struktur semua itu Cuma masih belum bisa kita laksanakan.

Peneliti : itu sudah dalam bentuk keputusan atau Cuma hayalan dari pak madyo ?

Informan : itu memang sekarang ini belum bisa terjangkau , karena masalah dari pelaku wisata baik dari pengelola yang lain dan pelaku wisata disana masih, belum bisa memahami , gambaran itu sudah ada tapi belum saya lakukan, mulai ini rencana saya dalam beberapa hari kedepan saya terapkan,

Peneliti : bapak bisa menjelaskan, kira – kira apa itu lmdh, pokmaswas dan ladesta, supaya saya bisa dapat gambaran fungsi nya lembaga itu apa ?

Informan : lmdh, itu lembaga masyarakat desa hutan yang artinya disitu ada, yang ada hubugannya dengan, kalo dulu sebelum ada wisata penanganannya Cuma masalah kemitraan menangani cukai dsb, seketika disini itu wisata nampaknya ada potensi yang ketok e duitnya akeh, lalu disitu masuklah disitu, lalu kalo ladesta, ladesta itu dulu nya dari pokdarwis pokmaswas dan kelautan, mempunyai gagasan dijadikan ikatan ladesta, lembaga desa wisata. Yang artinya disitu punya kegiatan yang berkaitan yaitu mengenai peningkatan pariwisata agar kedepan lebih baik lebih meningkat baik dan lebih ada keuntungan baik di bidang usaha untuk masyarakat purwodadi termasuk pengruus yang berkecimpung, dan juga menyangkut kegiatan kegiatan sosial melalui kegiatan sosial. Harapannya itu sebenarnya. Lalu pokmaswas, kelompok pengawasan masyarakat yang dibentuk oleh kementrian kelautan, itu tugasnya untuk termasuk kelompok mengawasi ttg ekosistem di wilayah posisi dan pantai jangkauannya berapa kilometer itu, saya sendiri kurang paham, tapi disitu itu diberikan kewenangan dan di handle termasuk segala aktivitas dan kegiatannya di topang pemerintah sekecil apapun dananya, setiap aktivitasnya itu disiapkan tapiu dengan catatan adanya wiata yang berkembang ini akhirnya karena saya menjaga, karena ini adalah di wilayah pantai yang masih masuk di wilayah saya, makanya disini dibentuk tim pelaksana ini kudu e untuk menjadi satu.

Peneliti : timlak itu menjadi tim pengendali supaya dapat bersama – sama bekerja gitu ya pak ya, coordinator dari tiga lembaga ini ?

Informan : betul, hasil perjanjian kerjasama, kesepakatannya tiga lembaga ini karena lembaga yang belum bernotaris adalah pokmaswas, cuma memberikan lampiran tertulis dan ditandatangi oleh ketua dan dan stampel pokmaswas itu dilampirkan untuk mengajukan perjanjian kerjasama, jadi yang tertera disitu adalah ladesta dan lmdh, lembaga yang berbadan hukum.

Peneliti : mau Tanya pak, apa timlak ini wilayah cakupannya sampai ke wedi awu pak ? Informan : khusus untuk purwodadi aja Peneliti : oalah untuk purwodadi aja, jadi kalo di wedi awu itu belum punya timlak sendiri atau

gimana ? Informan : sebenarnya dulu itu ketua tim pelaksana itu ketua satu nya di purwodadi ketua duanya

di balearjo , ya pak dwi setyo, kasun itu, tapi dia mengundurkan diri, karena sulitnya masuk ke di balearjo , ya pak dwi setyo, kasun itu, tapi dia mengundurkan diri, karena sulitnya masuk ke

Peneliti : berarti, timlak ini masih fokusnya di lenggoksono aja ya pak ? karena pak kasun sudah mengundurkan diri dari timlak ini ? apakah pernah timlak ini pernah, bapak pernah, kan bapak pengennya pariwisata, sebagai pariwisata yang membawa keuntungan bagi masyarakat sekitar, tapi apa bapak sudah pernah memikirkan pendekatannya pak, apa yang harus dilakukan supaya pariwisata ini berkembang, apa bapak pernah dengar usulan dari pokdarwis yang membuat bowele ini jadi ekowisata, apakah timlak juga bergerak sesuai mengarahkan timlak ini untuk sesuai dengan ekowisata atau gimana pak ?

Informan : karena pokdarwis sendiri belum pernah punya beban ya, semuanya ya saya anggap belum pernah ada, karena saya snediri sebenanrnya teman – teman di bawah saya itu adalah orang – orang yang lebih tau tentang pariwisata, tapi ya, Cuma itu, sulit nya saya ya semacam itu, pengetahuan nya dipakai untuk sendiri – sendiri, seperti pak muklis kan selalu, dinas pariwisata kan supel tapi kan ya itu, cuma disitu, campur sama temannya itu jarang sekali, kalo diajak ngomong angel, Cuma implementasinya dia Cuma melakukan pemasaran, sebenarnya pemahaman kalo tentang wisata, kita banyak yang harus kita gali, misalnya mana, apa yang perlu di gali, semisal tentang sejarah, gimana terjadi nya desa purwodadi, tapi apa iya untuk membersihkan sampah saja saya sendiri harus turun ? apa iya seperti pokmaswas harus saya undang, sulit, susah ditemui, karena apa ya karena teman – teman memandangnya semacam itu, karena saya sendiri orang yang terlalu kaku, maunya saya itu, jangan kita harapkan uang dulu sebelum kita bekerja,harapan saya kan begitu, seketika kita sudah bekerja dengan baik, uang itu akan mengikuti dibelakang kita, kan banyaknya teman – teman seketika kerja, karep e kan uang, susahnya disitu. Makanya saya dan teman – teman kalo yang semacam ini ya dalam satu tahun akan saya evaluasi, sedangkan saat ini saya ajak persiapkan menyambut hari libur ini saja susaj, mementingkan kepentingannya sendiri - sendiri tanpa, memikirkan waktu sekecil apapun, wong ketok e moro metengkreng,

Peneliti : berarti timlak gak pernah tau ya pak, rancangan dari masing – masing lembaga ini karena gak pernah dikasih tau ya pak ?

Informan : sekarnag kalo saya menurut rancangan dari masing – masing lembaga, saya sendiri bukan, membuka aib teman – teman, seperti pokmaswas, sejak dari dulu sudah menarik kontribusi dari teman – teman penambang, tapi ya hasil nya gak ada, pembukuannya pun gak jelas, tapi kalo saya, gini kan walaupun struktur kegiatan nya gak jelas, tapi seketika mendapatkan pendapatan keuangan, penggunaan keuangannya pun akan saya catat dan pertanggungjawabkan, seperti pak muklis, orang kan sudah tau sampai merintis pokdarwis merintis ladesta, ladesta ini kan gagasan pak muklis, tapi struktur pembukuan kegiatannya gak punya, anggota ladesta juga saya gitukan, bubarkan saja ladesta kalo Cuma formalitas aja, Cuma namanya aja yang berkekuatan hukum, tanpa tindakan gak ada artinya, kemarin ini pokmaswas setelah ada kegiatan ini, kalo memang punya nama memang ikut bersatu tanpa mau bekerja, saya Informan : sekarnag kalo saya menurut rancangan dari masing – masing lembaga, saya sendiri bukan, membuka aib teman – teman, seperti pokmaswas, sejak dari dulu sudah menarik kontribusi dari teman – teman penambang, tapi ya hasil nya gak ada, pembukuannya pun gak jelas, tapi kalo saya, gini kan walaupun struktur kegiatan nya gak jelas, tapi seketika mendapatkan pendapatan keuangan, penggunaan keuangannya pun akan saya catat dan pertanggungjawabkan, seperti pak muklis, orang kan sudah tau sampai merintis pokdarwis merintis ladesta, ladesta ini kan gagasan pak muklis, tapi struktur pembukuan kegiatannya gak punya, anggota ladesta juga saya gitukan, bubarkan saja ladesta kalo Cuma formalitas aja, Cuma namanya aja yang berkekuatan hukum, tanpa tindakan gak ada artinya, kemarin ini pokmaswas setelah ada kegiatan ini, kalo memang punya nama memang ikut bersatu tanpa mau bekerja, saya

Peneliti : kalo dari desa pak, kan timlak ini dibawah desa apa desa pernah mengarahkan timlak untuk melakukan suatu hal untuk mengembangkan pariwisata disini ?

Informan : ya pernah, tapi sebagian besar perangkat desa itu menjadi pengganggu. Sebenarnya kan orang yang masuk perangkat desa itu adalah figure keteladanan tau tentang peraturan, soale masyarakat itu dihasut. Persoalan komplek disini itu mbak. Makanya masuk sini itu, ini sebenarnya, mas bogel tugas kita sebagai pelaku wisata dibidang pengelola, tapi ketika ada wisatawan yang protes atau complain kita wajib memberikan penjelasan dan tujuan, tapi ini ketok e udah mulai adem, dibawah ini tetapi masih ada konflik, anggota lmdh itu aku kata atasan ngene, lah awakmu kalo di wisata itu ngomong nya gak ngomong selalu atasan perhutani – perhutani, wisata itu berbicara siapa, wisata berbicara wisata, kalo kamu gak berani berbicara sama atasanmu saya yang dateng, kemarin saya datang ke pak riyadi di dampit, pak, kegiatan pariwisata jangan dicampuri terlalu dalam, itu pesan yang saya berikan, seketika punya program yang diturunkan ke pariwisata jangan sampai memaksakan kehendak melewati ketua lmdh, dikoordinsikan dengan timlak, lalu dikerjakan bersama – sama, lek iku jenengan lakukan pasti mudah. Jenengan harus tau, orang masyarakat Indonesia kalo mandang perhutani itu alergi pak, suka gak suka, betul saya bilang gitu saya bilang di kantor dampit, walaupun masyarakat sini pengetahuan nya belum sampe situ, kalo misalkan ada program yang biayannya harus ditanggung di bawah, saya minta harus ada surat resmi tertulis dan di ttd beserta stampel yang resmi, biar muncul kegiatan pariwisata yang memang harus dijalankan oleh kegiatan pariwisata di bawah, kalo jenengan punya program ini ini ini moro – moro dibiayai di isor kok enak perhutani, kan 38%. Sedangkan perhutani sudah menerima lebih besar. Ya itu. Kita jalankan aja. Saya paling memberikan rambu – rambu.