Transkrip wawancara dengan Pak Setyo, Kepala Dusun Baleharjo (Wedi Awu) (Audio recording 2016-05-13 16-00-31)

TRANSKRIP 5 Transkrip wawancara dengan Pak Setyo, Kepala Dusun Baleharjo (Wedi Awu) (Audio recording 2016-05-13 16-00-31)

Peneliti : Bapak sebagai kepala dusun disini mengerti atau tidak tentang ekowisata Informan : ya Peneliti : boleh di ceritakan tentang ekowisata yang ada di wedi awu Informan : ekowisata di wedi awu ini pernah di kunjungi oleh 90 mahasiswa dari unair, itu yang

menjadi kesan adalah petani dan kebun cengkeh, juga ternak kambing juga wisata pantai wedi awu.

Penelit : kalo di wedi awu sudah ada fasilitas apa aja ? Informan : wedi awu ini masih belum dibuka wisata secara resmi atau secara hukum, PKS atau

dalam arti perjanjian kerjasama dengan pihak terkait. Tapi kedepannya ini akan kita buka, kesepakatan masyarakat itu keputusan ada di masyarakat, dan di kepala desa secara kerjasama yang baik terkait itu dari pihak pemda, DKP, perhutani, dinas pariwisata.

Peneliti : Pokdarwis juga mencakup ke wedi awu pak, apa ada dari pengelola wisata disini jadi bagian dari Pokdarwis ?

Informan : belum tau persis siapa warga sini yang menjadi anggota pokdarwis, Peneliti : bapak sebagai kepala dusun, ada gambaran tentang mau dijadikan wisata seperti apa

wedi awu ini ? Informan : beberapa termasuk pengunjung kesini, juga invest kecil – kecilan sudah memberikan

gambaran dan konsep tentang wisata disini, kita memulai dari mana, karena saya kan gak tau, pakarnya wisata kan orang Jakarta, saya diberikan konsepnya, ini pak uo, atau pak kasun, ini kita mulai dari sini dari sini, nanti kedepannya jadi lebih baik

Peneliti : itu bapak mau realisasikan atau hanya sekedar masukan ? Informan : sekedar masukan, itu masih proses, dan saya dan masyarakat masih kita pergumulkan

tidak secara resmi ya beberapa kelompok, enaknya bagaimana wisata ini, ya kita menunggu PKS, kita baru acting, kalo sekarang belum berani karena belum ada badan hukumnya.

Peneliti : ini pengelola nya ada kelompok sendiri pak ? Informan : rencananya kita bentuk suatu lembaga, kalo bisa satu lembaga saja kalo khusus wedi

awu, biar enak karena wilayah baleharjo ini kan kecil

Peneliti : wisatawan kalo kesini biasanya naik apa pak ? Informan : ya mobil, motor Peneliti : bapak biasanya ada nyediakan jasa, dari pantai lenggoksono, dari wedi awu apakah

menyediakan jasa transportasi ? Informan : begini, itu ada beberapa masyarakat yang mengelola transportasi termasuk pantai dari

4 spot, ya pantai wedi awu, pasir putih, pakisan dan dampar, gak sering ya pernah, anak – anak disini yang bersihkan, ada wisatawan ke sini diantar, saya pesan hati – hati, karena ini belum berbadan hukum, ya ini perlu tanggung jawab sampean, kalo ada apa – apa desa yang kena, tetap wisatawan ada suatu pemandu, termasuk anak – anak lokal meskipun belum resmi

Peneliti : pemandu wisata disini ada dalam pantauan bapak ? Informan : ya saya pantau tapi belum resmi, nanti kan ujung – ujung nya ke desa, diberikan

kesempatan, peluang jangan ditolak kan wisatawan yang kesini, ini karena gak boleh ditutup, itu kan termasuk pemberian dari Tuhan.

Peneliti : total guide nya disini berapa pak ? Informan : 6 Peneliti : biasanya disini guide nya pake apa ? Informan : pake speed, jalan kaki jalan setapak, karena medannya belum bisa ditempuh pake

motor, kalo ke dampar dan pakisan itu pake speed boat. Peneliti : gimana cara ngelola siapa yang anterin pertama ke dua ketiga Informan : saya serahkan kepada Pak Kamid dan Pak Sugiman, nanti kalo ada wisatawan ke sini

kalo ada yang mau ke bolu – bolu, banyu anjlok, ke dampar atau pakisan, nanti diarahkan Pak Kamid dan Pak Sugiman.

Peneliti : Ketua paguyuban nya berarti pak kamid dan sugiman ? Informan : iya bisa dikatakan seperti itu. Peneliti : kalo misalkan pak, Bapak Kasun pernah kasih tau larangan tertentu kepada wisatawan

terkait kebersihan keamanan dan kelestarian lingkungan di wilayah wedi awu ini ? Informan : belum pernah, tapi turis sendiri lebih pengalaman,mungkin yang jadi kesan

pertanyaannya, kalo ada tanda bahaya termasuk ombak, mau dibuat snorkeling atau selancar, itu kan Pak Kamid dan Pak Sugiman itu sudah pengalaman tentang laut dan ombak. Pak Kamid itu pakarnya, jadi saya serahkan ke beliau untuk masalah larangan itu.

Peneliti : berarti Pak Kamid bukan hanya sebagai ketua paguyuban. Tapi sekaligus memantau aman atau engga utk wisatawan

Informan : betul Peneliti : ni kalo boleh tau pak, sumber daya alam apa aja yang ada di wedi awu ? Informan : maksudnya ? Peneliti : kalo yang saya dengar itu kan kalo di Pulo Gadung itukan ada lobster ada udang ada

ikan, apa aja pak ? Informan : oia, gak beda jauh, karena purwodadi termasuk bowele, ini ya sumber daya nya ya

lobster, ya sama. Peneliti : keunikan wedi awu dibandingkan lenggoksono apa ? Informan : ini saya belum paham betul, masalah ikon, mungkin wisatawan sendiri yang lebih

memahami, mungkin masih alami, dan sebagainya. Kalo wisatawan datang kesini dan menghadap kesaya terus terang, Pak Kasun ini masih alami, saya senang disini kalo dibandingkan Lenggoksono, dan sebagainya, kenapa ? karena disana seperti pasar senggol dan sebagainya, sperti warung –warungnya kayak gitu, terus limbah – limbah nya dari tambak dan sebagainya. Kalo disini kan belum ada tambak, nah itukan yang bicara wisatawan sendiri. Okelah kalo begitu.

Peneliti : misalkan di bibir pantai itu bapak sengaja biarkan gak ada yang berjualan utk jaga kelestarian atau emang belum ada yang mau berjualan pak ?

Informan : bukan kita tidak memperbolehkan, tetapi kita memberikan masukan kepada masyarakat, sebelum terjadi berjualan disitu, kan nanti ada penataan ruang jadi gak sembarangan kita membuat, atau masyarakat itu membuat warung makanan dan sebagainya, nanti ada penatannya sendiri, gak seperti lenggoksono.

Peneliti : itu nanti penataannya siapa pak yang melakukannya ? Informan : masyarakat juga bersama desa, kalo nanti boleh investor kesini ya bersama – sama

dengan investor. Peneliti : pembagian wilayah di wedi awu ini akan ada berapa tempat yang akan bapak jadi kan

tempat wisata ? ( apa dusun baleharjo ini masuk ke desa purwodadi ? kalo misalkan masuk, nah ini kan termasuk desa wisatanya, terus bagaimana pengelolaan desa wisata di tempat ini ? siapa yang bertanggung jawab menata desa ini ? terus apakah pengembangan wisata di dusun ini sama dengan yang di lenggoksono ?)

Informan : Gua lawa, gua kelalawar, tetapi jauh di tempuh, naik speed boat, itu bisa melihat kelalawar keluar dari goa itu jam 4 sampai jam 5 sore itu seperti gumpalan – gumpalan mendung keluarnya. Pak Muklis sudah pernah kesana. Berarti disni ada lima tempat wisata.

Peneliti : kalo budaya khas disini apa pak ? Informan : Gak ada budaya, Peneliti : kalo kesenian ? Informan : Kesenian lokal seperti pencak silat, jaranan cuman itu Peneliti : mayoritas masyarakat disini sudah berkecimpund di wisata atau masih nelayan atau

berkebun cengkeh Informan : itu nelayan dan tani ke kebun. Peneliti : wisata disini sudah diminati atau masih jadi pilihan ke dua aja ? Informan : kan kita belum buka secara resmi, nanti masyarakat sudah merasakan ramainya desa,

banyaknya pengunjung dan sebagainya kan akhirnya dengan berjalannya waktu masyarakat akan tahu dengan sendirinya, bahkan nanti disitu aka nada jualan degan, es juga maknaan – makanan, masyarakat juga akan mensuport memberi motivasi terhadap desa

Peneliti: masyarakat mendukung atau menolak ada nya wisata ? Informan : mendukung wisata Peneliti : ada kah bentuk partisipasi masyarakat yang mereka tawarkan misal bentuk bantuan

promosi untuk memajukan wisata disini ? Informan : oia ada, sebagian termasuk anak –anak yang berpendidikan, sumber daya manusia

yang tinggi, yang kuliah pernah menawarkan seperti itu, saya pesan jgn dimasukkan ke internet dulu, nanti banyak wisatawan banyak padahal disini belum berbadan hukum ( apa hubungannya berbadan hukum sama pembukaan wisata? Apa suatu destinasi pariwisata itu harus berbadan hukum dulu baru bisa dibuka untuk umum ?) Soalnya kalo ada apa – apa yang bertanggung jawab kan desa, dan saya sebagai kepala dusun.

Peneliti : berarti bapak menginginkan wisata disini seperti ini dulu sampai desa memiliki lembaga badan hukum baru siap dijual wisata di tempat ini pak ?

Informan : ya betul itu harapan saya Peneliti : direalisasikan kapan pak ?

Informan : saya masih nunggu pak Inggih dan masyarakat, kemarin beberapa hari yang lalu, kita didatangi oleh DPR RI, Pak Dewa anak dari Pak Rendra, juga DKP, ADM perhutani bahkan disitu menawarkan segera, satu minggu dua minggu ini kita bentuk lembaga, udahlah jenengan cepet pks kan tetapi dengan keberadaan problema yang ada di purwodadi ini belum ada kerjasama yang baik, jadi jawaban saya, gini pak saya gak memberikan harapan, saya gak memberikan keputusan, gak mengamini, gak ngokeni, dsb, keputusan ada di masyarakat dan kepala desa, abis itu saya pulang.

Peneliti : upaya pengembangan dari pak uo dan masyarakat untuk menata, meskipun tidak dipublikasikan ke masyarakat luas, ini kan tetap saja menjadi tempat wisata, adakah upaya yang bapak lakukan supaya tempatnya lebih indah dan nyaman bagi wisatawan ?

Informan : pertama penataan ruang, yaitu penitipan, kita buat perkantoran, juga sekaligus penitipan parkir, disitu nanti jelas, toilet, musholla, juga nanti ada tempat untuk camp, berapa meter itu kita buatkan tempat camp, kita bersihkan di pasir tersebut, selesai ya selesai, kita ganti lagi, juga kita buat tempat pemantauan, termasuk wisatawan yang main air, supaya nanti aman, ada yang jaga.

Peneliti : itu sudah mulai dibukukan atau masih rancangan secara lisan aja pak ? Informan ; ah rancangan dari saya seperti itu. Peneliti : tapi belum dituangkan di RPJMDes pak ? Informan : belum Peneliti : dari pak UO sendiri apakah sudah pernah ada tawaran dari tour dan travel dari kota –

kota lain untuk promosi tempat ini ? Informan : oh gini, ada travel sekarang bangun di dampar, itu yang menjadi kontroversi dari

pihak – pihak terkait yang berstatus tanah, status tanah ini kan milik perhutani, saya sarankan orang Jakarta itu termasuk travel, pertama mau buat apa, mas jenengan bangun bangungan yang dekmikian buat apa ? katanya buat refreshing sama keluarga, disana Jakarta pak uo, sering macet dsb, nah satu dua bulan saya kesini sama keluarga, terus saya kejar terus pembicaraan, ternyata mau buat homestay, terus mau buat dermaga di laut, karena dengan masuknya ke dampar itu gak bisa perahu, karena ada halangan batu, ini kan gak bisa masuk, sehingga di buat dermaga , karena kalo di dempur jelas tidak diperbolehkan, jelas untuk pelestarian terumbu karang lain sebagainya, tetapi disitu saya terus beri masukan, ya tolong jangan terlalu berlebihan membangun dan sebagainya, sampaean nanti kalo berlebihan, karena wisata disini belum berbadan hukum, sampean nanti gak ada kerjasama dengan perhutani, sampean di bubarkan oleh Perhutani, sampean yang rugi sendiri. Ternyata manut, juga travel tersebut menunggu desa.

Peneliti : jadi bisa dibilang belum ada ya pak kerjasama dengan travel ?

Informan : yaa belum, belum. Peneliti : bapak sendiri ingin memposisikan wisata di Wedi awu ini sebagai wisata apa pak,

dimata orang – orang yang akan datang kesini, yang ramah lingkungan atau dikhususkan untuk wisatawan yang ingin mencari tempat sepi ?

Informan : ka nada beberapa spot itu, beberapa spot yang wisatawan tersebut enaknya dimana, memang kalo di pantai ya jelas yang datang wisatawan lokal tapi kalo di dampar dan di pakisan itu turis mancanegara, harapan kita itu, ada pilah – pilah bukan berarti lokal gak boleh masuk ke dampar, ke pakisan ya, kita memperbolehkan aja, tapi ada aturan – aturan tersendiri.

Peneliti : Ada oleh – oleh khusus dari wedi awu pak ? Informan : nanti ini, masih rencana, apa kripik pisang, saya bicarakan sama nanti lembaga yang

terbentuk, tentang oleh – oleh apa yang bisa dibawa di wedi awu ini Peneliti : berarti pokdarwis pernah ikut rapat dengan bapak, sebagai tim pengelola, kan bowele

ini bolu – bolu, wedi awu, lenggoksono, nah kalo yang di lenggoksono sudah ada pokdarwis, timlak, terus pokmaswas segala macam nya itu, apakah pokdarwis timlak pokmaswas yang ada disana itu juga ada disini ? atau disini punya masyarakat yang mau ngerembukkan bareng itu pak ?

Informan : gini loh mbak, masalah terbentuknya wisata ya, di wedi awu sini, tidak ada masyarakat yang jadi anggota, terkecuali saya. Saya ini ditunjuk dari tiga lembaga termasuk pokmaswas, ladesta dan LKDPH. Lah saya terbentuk jadi wakil ketua timlak, Ketuanya Timlak, Pak Madyo, di Purwodadi sendiri, mau buka wisata disini belum ada, tapi saya sendiri tidak apa – apa. Saya juga bekerja sama dengan masyarakat, yang berpotensi untuk mengelola wisata disini ?

Peneliti : bapak mau menjalankan ekowisata sebagai salah satu strategi pengembangan ekowisatanya atau bapak pengennya wedi awu jadi pariwisata masa, ekowisata itu dia menjaga lingkungan, ada pembatasan jumlah kunjungan wisata seperti yang terjadi di Tiga warna pak, atau bapak berkeinginan wedi awu ini sama seperti lenggoksono yang ramai dengan kunjungan wisatawan ?

Informan : ini belum kepikiran kesitu saya, nanti kan ada penataan penataan kedepannya, kita belum bentuk lembaga, nanti keinginan lembaga gimana itu yang kita realisasikan.

Peneliti : berarti antara pengelola pantai di lenggoksono sama pengelola pantai disini sudah beda ?( Loh kalo memang beda, terus gimana ekowisata bowele itu ? kan kalo ekowisata bowele berartii kan ekowisata yang ada di bowele, tapi kalo beda pengurus beda kepala beda keinginan apa bisa dibilang bowele dan ekowisata ? terus kalo beda pengurus nanti bagaimana mereka membangun organisasi kepengurusan dari bowele ini ? dan bertanggung jawab kesiapa ) padahal masih dalam satu bowele tapi udah beda pengurus nya ?

Informan : iya benar. Wedi awu ini masih dalam proses merintis, kalo lenggoksono sudah berjalan, tapi ya sudah banyak pengunjung, bukan banyak ya, tapi ada beberapa pengunjung kesini kalo hari sabtu sama minggu, surfing snorkeling

Peneliti : kalo misalkan pokdarwis lenggoksono mau membantu mengembangkan wedi awu pak, apakah bapak setuju ?

Informan : harapan saya sih masyarakat sini saja untuk mengembangkan wisata disini. Karena gini nanti kan ini sudah beda lokasi, jadi kita gak bisa, badan hukum nya kita gak bisa ikut purowdadi, karena disini berbadan hukum sendiri, saya sudah berkomunikasi dan berdiskusi ( dengan siapa ?) kalo baleharjo badan hukumnya tidak bisa ikut dengan lenggoksono dan purwodadi, makanya harapan masyarakat, di budidayakan sendiri wisata yang ada di wedi awu ini

Peneliti : kalo dari dinas pernah bertemu langsung dengan bapak, membicarakan tentang pengembangan wisata disini ?

Informan : belum, baru ke pak inggih, pak inggih menyampaikan kepada saya, gitu. Kalo sini potensi yang bagus itu dampar sama pakisan, disana kesannya itu snorkeling, terumbu karang nya baik, tempatnya sepi, travel yang baru bangun tempat di dampar itu kan orang travel dari Jakarta, mereka pengalaman tentang wisata, nah mereka itu sudah bertemu sama teman – temannya termasuk di pulau macan Jakarta, mau mencontek disana terus dibawa ke sini, saya di pesen mas soni ini, pak mau pesen, sebelum di PKS kan, kulo nurut jenengan, jenengan kedang nurut kulo, jangan di promosikan dulu, jangan di facebookan dulu, soalnya ini foto yang ada didasar laut, maupun di pesisir kawasan dampar tersebut, sudah saya kasihkan ke teman –teman saya termasuk ke mancanegara, mau kesini semua pak uo, sangat tertarik dengan ini, tapi saya masih tolak teman – teman saya. Ya nanti mba kalo mau main ke dampar, boleh nanti sama siapa nanti kan ada yang ngantar kesana, tapi ya sepeda motor.

Peneliti : harga nya gimana pak ? apa pak uo sendiri sudah menetapkan harga nya dari sini ke wedi putih, ke dampar harga nya sekian, atau itu yang atur pak sugiman sama pak kamid ?

Informan : masalah pengaturan harga, ini kan belum resmi, saya pesen kepada pak sugiman sama pak kamid, tolong pak kamid, anak – anak ditata yang baik, jangan narget, terus kesadaran aja, kompensasi lelah, bersih – bersih pantai, dsb dan guide nya itu, jadi anak – anak disini gak pernah beli harga, karena gak berbadan hukum, kita gak berani, tapi pak kamid dan pak sugiman itu, Oke Pak Uo, oke. Gak ada yang sifat nya membantah atau complain dari pak sugiman. Wisatawan sukarela bayar nya, tergantung wisatawannya.

Peneliti : pak kamid dan pak sugiman selalu ada dipantai atau ada jam – jam jaga nya pak ? Informan : pak kamid itu, punya warung disana, juga jualan pancing – pancing, bahkan pak

kamid itu melayani pemancing, kalo ada wisatawan itu menghubungi pak kamid, lalu pak kamid kamid itu melayani pemancing, kalo ada wisatawan itu menghubungi pak kamid, lalu pak kamid

(jadi gimana ya, ini kok kayaknya pada mengarah ke pariwisata masa, kayaknya ekowisata itu mereka gak ngerti, apa ekowisata nya diganti jadi wisata biasa aja, atau ekowisata nya perlu diterapin ? sebenarnya gimana sih cara nya ngewujudin satu daerah itu bener – bener jadi daerah ekowisata, ada cara daftarnya kah ? gimana prosedur nya ? atau ada aturan daerah mana aja yang kalo mau dibuat daerah wisata musti pake ekowisata terus ada daerah yang bisa dijadikan pariwisata massa ?