Transkrip wawancara dengan Mbah Karyono, 50 tahun, mencintai alam, komunitas

TRANSKRIP 6 Transkrip wawancara dengan Mbah Karyono, 50 tahun, mencintai alam, komunitas

pantai (Audio recording 2016-05-12 17-26-25, Audio recording 2016-05-12 18-14-45 )

Peneliti : mbah no, hanna punya pertanyaan. Mbah no tau tentang ekowisata ? Informan : ekowisata bahari ? Peneliti : Iya Informan : iya, ya sini ni Peneliti : oh, tau berarti ya mbah noh nya Informan : ini wisata bahari, tapi saya dulu gak gak wisata mencintai alam ternyata saya

bersihkan saya kasih tempat duduk duduk kok banyak pengunjung kayak gitu kalo buka wisata saya gak punya ijin.

Peneliti : mm iya Informan : Cuma saya mencintai alam. Peneliti : kalo misalkan kalo ini mbah no setuju gak kalo kawasan bowele ini dikembangin jadi

kawasan ekowisata itu ? Informan : tinggal siapa yang mengembangkan Peneliti : mmm iya Informan : setuju aja asal jangan sampai menyingkirkan orang – orang sini yang sudah kayak

gini Peneliti : oia Informan : intinya masyarakat yang cari makanlah intinya. Peneliti : mmm iya mbah no. aaa kira – kira mbah no fasilitas apa aja yang ada di bowele ? jadi

dari segi aaa atraksi wisata kan misalkan kayak ada teluk kletakan ada air terjun banyu anjlok, terus ada bolu – bolu trus ada juga fasilitas kebersihan itu misalkan kamar mandi terus abis itu ada kesehatan misalkan ada klinik gitu – gitu sama ada kelompok atau orang yang ngawasin pantai ini. Jadi di bowele ini ada fasilitas apa aja ?

Informan : cuman yang ada ini adalah milik pribadinya mbah no. kayak listrik saya habis Sembilan juta tujuh ratus. Itu uang nya mbah no

Peneliti : he eh Informan : sampai tong sampah Peneliti : iya Informan : semuanya ini uang pribadi. Sampe jembatan jebol itu abis 6 mobil truk, itu uang siapa

? mbah no pribadi. Jadi semuanya itu gak ada. Jadi mbah no sendirian. Tanya sama warga siapalah, Tanya. Di sini gak ada klinik

Peneliti : gak ada ya ? Informan : gak ada, cuman kalau ada kesulitan itu ke dokter sana kampong Peneliti : oh gitu Informan : ya. Peneliti : berarti disini itu baru adanya atraksi wisata. Tapi kalau dari segi kebersihan kamar

mandi udah ada ya mbah no ? Informan : iya itu milik pribadi sendiri –sendiri. Peneliti : iya ya Informan : kebersihan sendiri – sendiri. Kalau pantai Peneliti : he eh Informan : itu dulu ditangani oleh timlak. Peneliti : oia timlak dari desa Informan : tapi sekarang sudah dicabut, gak boleh timlak hanya mencari uang aja. Peneliti : Oh gitu ? Informan : akhirnya saya cabut, kebersihan dijaga bersama sama. Orang nelayan warung

paguyuban yang ada di sini dicabut. Peneliti : Paguyuban apa ya mbah no ? Informan : ini, paguyuban warung sama orang – orang nelayan, Pokmaswas. Peneliti : berarti mbah no masuk ke dalam pokmaswas ?

Informan : bukan mbah no gak ikut. Saya ini netral. Jadi sekarang kebersihan yang menangani ini pokmaswas sama warung ini yang ada. Kalau dulu timlak. Ternyata timlak hanya ambil uang nya saja.

Peneliti : berarti ada berapa lembaga mbah no yang ngurusin pantai ini ? Informan : sekarang kan yang ngurus pantai ini penguasaan besar ya itu, pokmaswas. Peneliti : pokmaswas itu siapa ketuanya ? mbah no ? Informan : Pak Mbadan. Pak Kasembadan. Kalau ketua nelayan itu pak harjo. Peneliti : kalau yang ketua paguyuban perahu ? Informan : itu yang atur kan coordinator, itu saya, mbah no. wakil saya anak saya marlan. Itu

wakil. Saya kasih wewenang. Peneliti : kalo pokdarwis dan ladesta itu ? Informan : itu kalo ladesta kayaknya sudah lenyap. Jarang mucul. Itu awalnya pokdarwis, berapa

taun diganti dengan TIC bowele. Pokdarwis jaman yang menangani itu kelompok kelompok orang kayak kepala desa, itu masih belum ramai.

Peneliti : kalau Pak Muklis itu ? Informan : muklis itu hanya bagian marketing saja menjual. Peneliti : berarti dia sudah gabung dalam TIC ? Informan : sama saya. Dulu sudah pernah sempat mereka meninggalkan ini. Mereka punya

kesalahan, ya namanya manusia. Akhirnya ijin sama saya, ingin meramaikan wedi awu. Silahkan, ternyata anak anak saya yang ada disini, saya bawa kesana ternyata disana itu tidak tidak berkembang, penduduknya angel ngotot, kebersihan tak terjamin, parkir – parkir narget – narget, akhirnya disitu gak maju, masuk sini lagi. Mulai awal sama saya itu dulu. Mulai babat awal tapi mereka jarang disini. Masalahnya mereka kan banyak kegiatan ngajar, guru kan mereka itu. Ya, kadang – kadang sore hari itu kalo saya bersih – bersih sampah yang fotonya kayak gitu

Peneliti : dari segi konservasi dari pihak pengelola pokmaswas itu pernah kah kasih tau ke wisatawan apa yang harus dilakukan dan engga

Informan : pokmaswas itu netral, intinya kalo ada kecelakaan mereka yang menolong. Semua nya itu intinya pokmaswas.

Peneliti : kalo misalkan di tiga warna kan pengunjung kan diwajibkan untuk bawa kantong plastik, supaya kalo sampah2 bisa dibawa pulang. Nah apa di sini juga kayak gitu ?

Informan : disini kalo sampah itu kesadaran. Para pekerja disini aja. Kalo ada sampah, mereka pulang di ambil.

Peneliti : jadi wisatawan gak pernah dibebanin untuk Informan : sudah pernah saya tegur mereka marah marah sama mbah no. akhirnya saya putuskan

kalo ada sampah, saya sabar, saya ambil tisu – tisu itu sama tangan langsung dimasukkan ke tong sampah.

Peneliti : dari lenggoksono ke bolu-bolu ke banyu anjlok dan teluk kletakan, dari orang yang mengantarkan adakah orang yang sudah memberitahu tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama soalnya daerah tersebut kawasan lindung ?

Informan : iya harus, pengunjung sekarang udah gak boleh naik ke atas banyu anjlok Peneliti : oh gak boleh lagi ? Informan : gak boleh sekarang, ntar kalo sudah dikasih jarring itu dalamnya kan 6 meter kolam

itu, sudah banyak yang jatuh, tapi kadang – kadang pengunjung ngotot, kemarin itu sempat ada yang meninggal, padahal itu kan sudah dilarang gak boleh naik, sekarang pengawasan ketat, para perahu – perahu itu kan sudah saya omongi, jgn sampe ada yang naik, memang bagus, bagus untuk ambil gambar tapi itu kan bahaya. Tapi sekarang sudah di kasih jaring, tapi saya belum lihat, udah di buka sehingga bisa naik ke atas, nah biar kalo jatuh gak langsung ke pasir, jatuh nya ke jaring biar bisa tertolong selamat.

peneliti : kalo pemasangan jaring gitu2 itu dari mana ? informan : pokmaswas, peneliti : kira – kira pendapatan yang diperoleh oleh orang – orang yang mengelola wisata ini

dari mana aja ya mbah no ? informan : kalo mbah no dari parkir, peneliti : warung juga gitu ya mbah no ? informan : maksudnya warung ? peneliti : jadi kan gini ya mbah no, kalo pariwisata itu kan dari ujung sampai ujung, mulai dari

kita parkir, nyebrang kesana, misal di banyu anjlok ada warung, berarti kan itu menghasilkan uang juga kan mbah no berarti sumber pendapatannya berasal dari parkir, transport bolak – balik perahu, penyewaan alat – alat, kamar mandi, jualan warung, dari kamar mandi juga ya mbah no ? selain itu ada lagi mbah no ?

informan : selain itu ya gak ada, tapi itu semua milik pribad, kayak perahu itu pribadi.

Peneliti : jadi siapa yang nyebrang, itu dikasih ke nelayannya ? Informan : iya langsung, disini gak boleh ada calo, ada preman, langsung 50 ya bayar ke

perahunya, Cuma disini saya cuma menata giliran kayak orang ngojek biar tidak bertengkar. Sudah diatur kayak gitu dari awal biar gak ada pertengkaran.

Peneliti : berarti nelayan disiini masih tetap nelayan ? Informan : ya masih nelayan ya kadang – kadang mancing. Peneliti : kalo misalkan mereka gak dapet giliran buat nganter mereka mancing ? Informan : iya mancing Peneliti : itu ikan – ikan nya dijualnya dimana mbah no ? Informan : ikan sudah menjadi peraturan saya, dapat ikan banyak harus dibawa pulang ke

rumahnya pedagang, gak boleh disini, masalahnya kan kalo banyak pengunjung kan nanti bau. Harus dibawa pulang ke rumah nya pedagang, kalo bau kayak apalah. Kan disni gak bau, lain kalo di sendang biru. Ya ini otak nya mbah no, masalahnya mbah no sekolah nya apa.

Peneliti : kalo misalkan mbah no tau dari bowele ini … Informan : bowele itu bolu – bolu, wedi awu lenggoksono itu nama tiga pantai sebenarnya itu,

mulai dari awal saya sama muklis sama yang lawas – lawas itu. Peneliti : mbah no kalo dari sini ke kota malang berapa jauh gak ? Informan : wah jauh itu, mbah no dari sini ke kota malang 2,5 jam kalo gak ujan. Peneliti : ada wisatawan dateng kesini ngeluh jauh banget datang kesini ? Informan : banyak, yang kesasar pun banyak. Mereka biasanya liat GPS. Peneliti : berarti banyak wisatawan yang mengeluh karena letaknya jauh Informan : lebih – lebih lagi jalannya sempit, kalo ada mobil sama mobil itu aduh bingung. Yang

paling susah itu, padahal ini pengunjung sudah ratusan ribu, kenapa jalannya kok kayak gitu. Yang paling utama keluhan dari pengunjung itu Cuma satu, jalan sempit.

Peneliti : kalo masalah jauhnya itu relatif (beberapa obrolan pribadi tentang jalan – jalan ke pantai sampah bunga) Informan : dulu mbah no punya alat snorkeling 4, sekarang sudah punya 421 yang milik saya

semua, tadinya saya gak punya tenda saya punya 16 tenda isi 6-8 orang, go pro tadinya punya 1 semua, tadinya saya gak punya tenda saya punya 16 tenda isi 6-8 orang, go pro tadinya punya 1

Peneliti : Oh kalo disini yang kelola homestay siapa mbah no ? Informan : saya, Peneliti : buat sampai yang di Informan : yang di ujung sana lah, pengunjung kan masuk sini, Tanya homestay, saya antar ke

sana. Peneliti : tapi gak ada ketuanya ? Informan : gak ada, mbah no nanti dikasih uang Peneliti : berarti masih Cuma masyarakat yang berinisiatif aja gitu ya mbah no. kalo misalkan

rencana pengembangan mbah no pernah denger – denger gak dari pemerintah mau mengembangin jadi apa

Informan : banyak yang masuk investor nawar – nawari mbah no, mbah no gak mau soalnya kayak gini aja masyarakat sudah nyaman kok. Yang penting itu masyarakat itu nyaman aman pengunjung layak kan sudah cukup. Apa bangun – bangun kayak gitu, nanti investor kan ditindas ini hancur masyarakat sini. Kalo masyarakat sini disingkirkan ya susah, saya membuka lapangan kerja ya ini lah, mencintai alam, semua warga bisa merasakan. Warung – warung Tanya aja ijinnya sama siapa dulu, ya sama mbah no. mbah no cekin dulu rumahnya, kalo kamu orang kaya jangan,sedang kamu di desa sudah kaya apa disini gak boleh.

Peneliti : tapi warga sini pada cengkeh ya mbah no ya Informan : ya orang – orang kaya semua itu, liat sendiri rumah nya Peneliti : berarti disini ada perkebunan cengkeh ? Informan : ya ini kan semua. Peneliti : pantai ini sama nyebrang – nyebrang nya bukanya dari jam berapa ? Informan : jam 7 tutup jam 5 sore, masalahnya setelah makan berangkat, biar orang – orang bisa

puas main. Peneliti : tapi perintisan pembukaan tempat ini jadi tempat wisata kapan ? Informan : pembukaannya itu 9 januari 2014. Sebelumnya ya sudah ada perahu – perahu tapi dari

kayu. Ya ada sih pengunjung itu, lima orang diantar sama perahu kayu tapi gak ke tempat tempat itu kayak banyu anjlok, tapi Cuma mincing.

Peneliti : tapi kalo dari sini ke wedi awu bisa mbah no naik perahu ? Informan : bisa, kemarin tujuh orang dari UM minta keliling kok, mbah no guide nya, kalo naik

perahu sama mbah no sepuasnya, perahu ga berani macam2. Peneliti : kalo wedi putih bisa mbah no ? Informan : bisa tapi mbah no ga boleh sandar perahu, ga boleh sama saya, nanti bisa hancur

terumbu karang nya, nanti perahu di tengah. Nah kalo pengunjung kesana jalan kaki atau naik sepeda motor.

Peneliti : kapan mbah no disini paling rame ? Informan : kalo paling rame pol 15 suro, larung sesaji ulan jowo, ulan suro, itu gak ada motor

masuk ke sini, jadi di pantai ini semua orang, sound, orkes, karnaval, reog, sehari semalam disini, rame sekali ini sampe kayak jeblung kuping, semua warga macak, joged2

Peneliti : kalo bulan paling rame kapan ? Informan : kunjungan wisatawan paling rame, tanggal merah, sabtu minggu. Peneliti : di sini pernah ada mbah no pencatatan tentang jumlah paling banyak kunjungan Informan : ada saya simpan, jadi mulai awal setiap pengunjung itu isi buku tamu, nama no telp

alamat dan nomor ktp, bahkan saya mnta foto kopi ktp, karena biar jaga jaga, tapi sekarang sudah capek, sudah enggak lagi.

Peneliti : jadi pencatatan jumlah kunjungan dari tiket yang di loket depan itu ? Informan : loh banyaknya kunjungan ya, loh itu loket masih 2-3 bulan aja, belum lama. itu

Cuma ada kalo rame aja, kalo sabtu minggu. Itu sebenarnya saya gak suka kok, Peneliti : itu kan masuknya ke perhutani ya mbah no ? Informan : ya gak suka kenapa masuk ke wilayah Indonesia, orang Indonesia menikmati alam

kok di target – target, uang nya buat apa, kalo toh uang nya dipake untuk bangun jalan ya setuju, uang nya kemana coba

Peneliti : gak tau Informan : ya itu namanya tindakan premanisme, itu katanya mbah no. preman kan itu. Ini kan

negaranya jenengan kamu kan orang Indonesia,masuk ke daerah kamu sendiri, kenapa membayar bayar, uangnya dibuat apa coba, bangun jalan, musholla itu boleh, setuju boleh. Ini Musholla nya mbah no masih belum jadi, gak ada yang ngurus gak ada yang ngereken. Ini uang pribadi. Kalo toh mereka itu peduli, kayak jembatan pedot, dibangun, itu setuju, bahkan sepuluh ribu masuk pun Oke, gak masalah. ya lima ribu seorang, kalo sabtu minggu ribuan orang, uang negaranya jenengan kamu kan orang Indonesia,masuk ke daerah kamu sendiri, kenapa membayar bayar, uangnya dibuat apa coba, bangun jalan, musholla itu boleh, setuju boleh. Ini Musholla nya mbah no masih belum jadi, gak ada yang ngurus gak ada yang ngereken. Ini uang pribadi. Kalo toh mereka itu peduli, kayak jembatan pedot, dibangun, itu setuju, bahkan sepuluh ribu masuk pun Oke, gak masalah. ya lima ribu seorang, kalo sabtu minggu ribuan orang, uang

Peneliti : kalo wisatawan biasanya kesini naik apa Informan : ya sepeda motor ya mobil Peneliti : gak ada kendaraan umum misal dari dampit ke sini ? Informan : ya ada cuman ya gak muat pegunjung, ada mobil taksi (elf) kayaknya, tapi taksi itu

khusus orang lenggoksono,kalo pengunjung sih saya gak pernah liat naik taksi. Ada taksi dari malang, land (jeep) dari malang langsung ke sini.

Peneliti : kalo disini ada jasa angkutan apa saja mbah no ? ada perahu .. Informan : perahu dan ojeg Peneltii : ojeg itu yang dari sini ke banyu anjlok dan bolu – bolu. Tapi lewat darat Informan : sampai pasirt putih itu. Peneliti : tariff nya berapa mbah no kalo naik ojeg Informan : kalo ojeg dari sini banyu anjlok itu PP 50 darat. Tapi kalo sampe bolu – bolu 150 rb.

Kalo wedih putih itu ya 30, pp. kalo guide, misalkan saya antarkan jenengan ke sana itu 15 rb per orang. Masalahnya guide itu susah juga, kadang – kadang diperentah kesana kekurangan apa ada kecelakaan apa itu tanggung jawab guide.

Peneliti : berarti disini udah ada jasa tour guide ? Informan : ya sudah ada. Sudah tertata semua disini. Peneliti : kalo sini mbah no pernah mewanti – wanti ojeg perahu guide, mbah no pernah kasih

tau jangan nakal ya, jangan gini gini gini Informan : ya pantangan. Pantangan yang paling tidak boleh disini, setiap pengunjung siapapun

jangan sampe mencuci dapur di pantai, jangan sampe bawa buah – buah jeruk naik perahu. Banyak lah yang kesurupan kayak gitu.

Peneliti : tapi kalo misalkan sama orang – orang yang anterin wisatawan mbah no punya peraturan gak buat mereka ? kayak misalkan jangan ngomong kasar kepada wisatawan atau apa gitu

Informan : gak boleh, intinya kan perahu ini kan ngojeg kan, nah antarkan pengunjung itu harus yang ramah dan sabar.

Peneliti : ini peraturan nya tertulis atau dari mulut saja

Informan : dari mulut aja, masalahnya kan family semuanya, manut, saya ngomong jangan, gak ada yang protes

Peneliti : berarti selama ini gak ada yang pernah protes Informan : gak ada, perahu – perahu gak ada Peneliti : kalo dari wisatawan ke mbah no, apakah ada yang protes dari pelayanan yang diberikan

oleh nelayan ? Informan : gak pernah, pernahnya protes gini, mbah no pantai nya kotor, iya, kalo yang bersih itu

di mesjid, saya gitukan. Masalahnya kan pantai alam, kadang – kadang kan sampah ke bawa arus.

Peneliti : berarti kalo cara mengelolanya itu mbah no, lebih ke jadwal ? Informan : perahu ? iya ke jadwal. Ojeg itu gak menetap, ojeg itu sebagai tim penolong aja. Kalo

toh gelombang itu besar, pengojek udah datang sendiri, tanpa dipanggilkan karena sudah tau perahu gak bisa. Kadang – kadang supir perahu itu menganterkan pengunjung bawa sepeda motor, jadi gak menetap itu pengojek kayak gitu engga.

Peneliti : disini menurut mbah noh alat transportasi nya itu aman gak mbah no ? Informan : maksudnya ? Peneliti : jadi kayak perahu ni kan, perahu yang mbah no pnya ini ka nada banyak banget nih, itu

udah aman untuk bawa pengunjung Informan : aman, masalahnya kalo gelombang besar saya tutup, gak boleh, kalo sudah

gelombang besar, penyebrangan saya tutup, para pengunjung mau jalan atau mau naik ojeg, jadi gak boleh sama sekali perahu itu membawa pengunjung, demi keamanan keselamatan.

Peneliti : kalo misalkan, perahu – perahu ini pake bensin atau solar ? pernah kejadian bensin bocor di laut ?

Informan : enggak pernah, adanya guling satu kali, tapi semua nya selamat karena pake jaket penampung, tapi perahu sekarang ngojek bawa orang, guling, saya denda 15 juta, buat apa, saya kasih buat pengunjung, jadi peraturan sudah saya tetapkan seperti itu

Peneliti : tapi masih lisan ? Informan : iya pernah kejadian kayak gitu, jadi nya saya kenakan tujuh juta, untuk pengganti

kerusakan hp, tapi kalo pas naik perahu hp nya basah, bukan resiko supir, krn salah sendiri hp nya tidak di bungkus

Peneliti : oia bener, kan disini sudah disediakan plastic. Terkait jumlah perahu, pernah kah pengunjung nunggu lama gitu sampe perahu balik

Informan : pernah, masalahnya kalo pasang kayak tadi, jadi di stop dulu pengunjung, pengunjung gak boleh nyebrang

Peneliti : misalkan kalo lagi gak pasang nih mbah no, Informan : gak pasang, pengunjung minta lama kayak gitulah, yak an sudah di janji, saya puas

disini pak, nanti di kasih nomor hp, nanti di tinggal, nanti di telpon, kan hanya 5 menit aja, dari sini bolu – bolu karena kapalnya kan speedboat.

Peneliti : perahu nya masih kurang kah mbah no ? Informan : gak boleh, sudah saya tutup. Gak boleh nambah lagi, kalo ada yang beli perahu

silahkan, tapi gak boleh muat orang. Buat mincing aja, sebab perahu sudah banyak, sudah 36. Nanti kalo beli beli terus, lah orang nelayan ini gak dapat hasil. Peraturan sudah di ketuk oleh pokmaswas.

Peneliti : ini kira – kira sumber daya alam apa aja yang ada di bowele ? bowele punya apa ? Informan : disini banyak, banyak penghasilkan, ada lobster, ada apalah sini. Penghasilan disini

banyak, ikan, akar, batu buat akik2, banyak disinni masih alami Peneliti : keunikan pantai ini dibanding yang lain ? Informan : air terjun dan terumbu karang seluas 2 hektar, kalo sampean snorkeling bawa roti,

nanti ikan – ikan pada datengin. Peneliti : masyarakat sekitar yang tinggal disini respon nya positif terhadap wisatawan ? mereka

pernah nolak ? Informan : gak ada, sini ini orang nya merapat, rukun semua, inti nya andai kata, sampean jalan

ke bolu – bolu, lapar, ambil pisang atau kelapa, kalau ketemu orangnya, saya kelaparan pak, mungkin sampean akan dikasih makan, diajak ke gubugnya dimasakno nasi. Orang nya sini masih rukun.

Peneliti : wisatawan tau tempat ini dari mana mbah kalau boleh tau ? Informan : internet. Peneliti : disini ada budaya yang khas pak ? ada reog, kesenian gitu ? Informan : jaranan, larung sesaji. Peneliti : sebelum wisata, masyarakat sini kerja apa ?

Informan : tani cengkeh pisang kopi kelapa Peneliti : tapi masih ada sampai sekarang ? Informan : lah penghasilan utama Peneliti : berarti wisata masih jadi penghasilan ke dua ? Informan : iya ini hanya masih sampingan aja. Peneliti : oalah Informan : kok oalah ? Peneliti : saya pikir kan wisata itu lebih menjanjikan, jadi mungkin ditinggalin, malah wisata

masih jadi nomor dua, malah cengkeh yang masih utama Informan : cengkeh yang nomor satu, tani nya sini yang paling utama. Peneliti : rata – rata masyarakat udah dari lahir disini atau lebih banyak pendatang ? Informan : mayoritas asli orang sini, tapi ada pendatang, Peneliti : kan masyarakat dukung pak, terhadap wisata, mereka ada bantu –bantu mbah no ? Informan : ya engga, mereka kan cari pekerjaan masing – masing Peneliti : dukung nya dengan tidak menggangu saja ya mbah ? Informan: iya Peneliti : kan disini sudah mulai banyak wisatawan manca negara banyak yang sudah datang,

nah gimana itu mbah no, orang – orang yang nanganin wisatawan mancanegara itu udah pada jago bahasa inggris ?

informan: ya sedikit – sedikit yam bah no, dari polandia, jerman australi yabah no, peneliti : tapi mayoritas disini sudah bisa mbah no bahasa inggris ? informan : banyak lah, wong sini banyak yang pendidikan tinggi juga, banyak yang kuliah. Peneliti : jadi bahasa bukan masalah ya mbah no ? tapi ada gak mbah no masyarakat yang dating

ke mbah no mengajukan diri sebagai guide ? Informan : ya ada, saya panggil, kira – kira tour guide nya tujuh. Peneliti : berarti yang masih mengelola sini, pokmaswas, nelayan …

Peneliti : mbah no udah ngelakukan apa aja di tempat ini ? Informan : segala – galanya Peneliti : pokmaswas juga udah ngelakuin apa aja ? Informan : ya semuanya, kotor nya pantai kayak semuanya segala – galanya, kerjasama sama

mbah no. Peneliti : dari segi, membuat bowele terkenal itu dari mana ? Informan : internet, pertama kali pengunjung bule itu namanya Ellen dan Monica dari Polandia. Peneliti : TIC itu berfungsi mbah no ? Informan : saya gak pernah gabung, mulai itu berdiri, saya gak pernah masuk, satu kali saya

hanya ambil papan selancar saja, maunya saya di masukkan situ, tapi saya gak suka, enak netral gini, saya gak mau terikat yang kayak gitu.

Peneliti : kan mbah no mulai dari nol, pake internet, itu mbah no ada kerja sama misalkan, ada kerjasama buat memasarkan ? (udah selesai yang 46 menit)

(lanjutan yang 13 menit) informan : gak adalah Peneliti : kan pokmaswas bagian dari sini? Informan : oh dulu, dulu ada. Anak – anak PA, pecinta alam dari singosari, itu juga yang

menyebaran dari Hp, kayak namanya habibi, ngambil – ngambil sampah, bantu mbah no. Peneliti : tapi itu gak lanjut lagi sekarang ? Informan : sekarang jarang kesini, ke pantai lain mungkin. Sebelum rame gini, belum ada

warung – warung, 30 anak itu bantu mbah no ambil sampah, mereka empat kali ke sini. Peneliti : orang – orang tau bowele sebagai pantai yang kayak gimana mbah no ? Informan : kalo bowele nya, we itu sudah gak laku kayaknya, masalahnya wedi awu itu kotor,

banyak anjing, bau, ikan – ikan nya itu loh, gak kayak disini, nangkap ikan kan harus dibawa pulang, kalo disitu kan langsung di pantai aja. Gak ada yang ngurus.

Peneliti : kalo di lenggoksono ini terkenal jadi pantai kayak gimana, orang orang kesini itu mau ngejar apa ? ngejar snorkeling nya mau rata – rata lebih ngeliat banyu anjloknya ?

Informan : camping, ya namanya pengunjung kayak gitu lah, kadang – kadang hanya disini mau main, kecek – kecek pulang, tapi kebanyakan ya pull itu, ya langsung ke banyu anjlok, kletakan tmpt snorkeling, bolu – bolu. Berarti daya tarik utama itu ya tiga itu berfungsi, ada yang camping pernah juga ada 190 mahasiswa UB mau nyambut taun baru, mbah no antar. Disini gak boleh Informan : camping, ya namanya pengunjung kayak gitu lah, kadang – kadang hanya disini mau main, kecek – kecek pulang, tapi kebanyakan ya pull itu, ya langsung ke banyu anjlok, kletakan tmpt snorkeling, bolu – bolu. Berarti daya tarik utama itu ya tiga itu berfungsi, ada yang camping pernah juga ada 190 mahasiswa UB mau nyambut taun baru, mbah no antar. Disini gak boleh

Peneliti : jadi yang paling terkenal itu, orang kesini karena mau liat … Informan : air terjun, snorkeling, camping, bolu – bolu, semuanya Peneliti : pernah ada kerjasama dengan tour dan travel tempat lain ? Informan : gak pernah, ya cuman, travel datang , disambut naik perahu gitu aja. Peneliti : dari segi harga, pernah turis datang ke mbah no, bilang, harga terlalu mahal ? Informan : engga, kok murah ya. Malah murah katanya, dibanding bali, masuk bromo, kalo

disini sama aja 50 Peneliti : berarti mbah no lebih suka gunakan sosial media sebagai media promosi ? Informan : dulu, sekarang engga. Mbah no gak punya hp, hp mbah no, hancur Peneliti : masyarakat sini juga bantu promosi ke orang – orang ? Informan : gak ada, masyarakat sini itu cuek, gak tertarik sama kayak gini. Lebih baik kerja di

kebun. Saya lebih baik memelihara ladang saya. Peneliti : biasanya orang – orang yang datang kesini biasanya dari kelompok khusus, dari pecinta

alam, penelitian ? Informan : ya ada. Mereka biasanya gak mau naik perahu, biasanya jalan kaki. Peneliti : disini ada mbah no tempat buat oleh – oleh ? Informan : ada kaos – kaos tulisan banyu anjlok Peneliti : harganya berapa ? Informan : harganya standar aja, liat aja tulisan banyu anjlok harganya 25 Peneliti : Cuma mbah no aja yang jualan oleh – oleh ? Informan : ya engga, sampe ujung banyak yang jualan, kayak kaos – kaos, degan degan Peneliti : kalo hubungan disini, pokmaswas dengan perhutani, pokmaswas dengan dinas

pariwisata, pokmaswas dengan dinas perikanan, gimana hubungannya ? Informan : saling merangkul. Sebulan sekali jalanin pertemuan.

Peneliti : mbah no ngerasa, semakin banyak orang datang kesini semakin baik,atau misalkan sehari cukup 200 orang aja yang datang kesini

Informan : gak boleh kayak gitu, ratusan ribuan orang datang kesini, biarkan lah kenapa dibatasi. Biar layak semuanya.

Peneliti : kan kayak di tiga warna Informan : nah itu mengada – ngada dibatasi gitu, kana lam kok. Lebih baik loss terserah bebas. Peneliti : mbah no ngatur pantai ini dapat ilmu dari mana, pernah berkunjung ke tmpt lain ? Informan : mbah no ini gak sekolah, mbah no Cuma cinta alam, mbah no keliling pantai,

akhirnya pulang ke pantai, bersih – bersih, kalo pantai saya rawat mungkin bisa kayak yang lain, bisa ramai.

Peneliti : mbah no sendiri ? Informan : dulu saya sendirian disini, gak ada listrik. Peneliti : mbah no kelliling pantai sendiri ? ke pantai mana aja ? Informan : semua pantai sampe pulau merah, plengkung, raja ampat, sorong manalah, islan

mentawai di sumatera, gelombang paling besar itu, sudah tau semua mbah no, melanglang dulu. Peneliti : mbah no udah paham kasih pelayanan prima, kasih pelayanan paling baik ke wisatawan

? Informan : ya itu sopan, ramah, ya sabar itu. Itu aja modalnya sabar dan sopan. Peneliti : kalo ada wisatawan yang ngeluh biasanya mbah no ngapain ? Informan : kalo ada wisatawan yang rese saya biarkan, kalo ada kecelakaan ya dirawat.

Langsung diantar ke UGD. Peneliti : sampe sekarang gak ada yang ngeluh ke mbah no, yang nganterin itu jutek ? Informan : gak ada, pernah sekali dulu pas masih sepi pas perahu masih 6, ada yang mau bakar

perahu. Dulu masih sepi, belum tertata kayak gini. Sekarang tapi sudah ramah – ramah semua, sudah banyak yang diajari ngomong, sudah rapih sekarang.