Transkrip wawancara dengan Pak Carik, Pak Tomi (Audio recording 2016-05-13 18-56-37 )

TRANSKRIP 1 Transkrip wawancara dengan Pak Carik, Pak Tomi (Audio recording 2016-05-13 18-56-37 )

Peneliti : ternyata desa ini sudah ada RPJMDes ya pak ? Informan : ada Peneliti : tadi cerita – cerita masalah objek kan agak teresndat pak pengembangannya, karena

masalah dengan perhutani itu, akhirnya desa lebih fokus ke desa wisata, saya tanya –tanya mau dikembangkan jadi apa pak ? nanti ada penumbukan kopi, penyulingan minyak cengkeh, nah saya Tanya apkah sudah dituangkan gitu pak ?

Informan :ya kalo permasalahan wisata itu kita berharap bisa maju seutuhnya baik pengembangan wisatanya itu sendiri ataupun dari pengembangan peningkatan ekonomi masyarakat. Kalo sementara ini dari pengembangan ekonomi masyarakat ya, pengembangan yang saya pikir yang perlu itu penataannya saja, tapi ya berharap dari perhutani juga karena belum ada kejelasan, hak siapa sih mengelola banyu anjlok, bolu – bolu dan kletakan, itu masalahnya. Terus dari penataannya kita berharap ada penataan, terutama tata ruang, yang saya akui, karena masyarakatnya sendiri juga butuh, butuh apa ya, butuh kepahaman, kesadaran untuk ditata, kita butuh itu aja.

Peneliti : tapi kalo masalah pengembangan pak, apa saja yang sudah dibukukan di RPJMDes itu pak ?

Informan : sementara ini ya hanya, kalo di RPJMDes itu, RPJMDes adalah implementasi visi misi dari kepala desa yang tadinya berfokus pada pembangunan aja. Pantai itu hanya sebgai bersih desa untuk larung sesaji setiap bulan suro itu saja, wisata sini baru satu tahun setengahlah sudah berjalan baru, tadinya sepi dan sebagainya, kita kembangkan dari mas sidik, mas muklis dengan media massa dari facebook dan sebagainya. Dan dengan keikutsertaannya perhutani, membuat desa sendiri menjadi lemah dan berdampak terhadap masyarakat, yang jelas dampaknya cemburu sosial , dianggap desa itu membagi mendapatkan sesuatu dari itu, padahal sama sekali gak ada. Akhirnya masyarakat begitu musyawarah pembangunan baik musrenbang maupun musyawarah penetapan penggunaan dana desa berfokus pada infrastruktur masyarakat, gak ada yang di wisata sama sekali. Kita berharap itu malah gratis gak ada pungutan apapun, karena gak ada berdampak apapun, karena berdampak manakala digratiskan terhadap warung, pertambangan gak ada dampak sama sekali.

Peneliti : oia juga ya pak, kalaupun digratiskan kan warung juga tetap dapat penghasilan,

Informan : ya perahu juga tetap dapat, kita juga bisa meningkatkan, dan harapan kami kemarin itu dengan adanya wisata ini dibelakangnya rumah rumah rumah itu kan punya milik desa harapan kami, kita buat BUMDes baik maupun, pemandian air tawar disana, tapi gagal juga

Peneliti : kenapa pak ? Informan : karena tanahnya di sewa, oleh tambak. Jadi gak ada dampaknya sama sekali,

masyarakat sendiri juga melihatnya Musholla aja tinggal masang tok, dipasang oleh mereka. Yang salah secara teknisnya adalah kelembagaan. Kenapa salah ? karena lembaga LKDPH itu kan lembaga nya kehutanana, tapikan untuk personilnya pake SK Kepala Desa itu kan lembaga desa, bagaimanapun kita harus patuh kepada desa, kan aturan diatas sudah ada sekian sekian prosentasenya sudah ada, PKS kan gitu, tapi rupa – rupanya gak jalan juga, dia lebih memihak kepada perhutani. Dan LKDPH ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. LKDPH ini kan lembaga yang luas, penghijauan juga perlu, dekat dengan masyarakat, dan sebagainya, kan orang sendiri sendiri itu aja, garai terhambat sehingga LKDPH itu musuh rakyat, terkesan seperti itu. Mas Sidik itu ikut di Ladesta, udah males pak kalo aturannya ngono, ya udah tinggalen ae, yang penting untuk promosi keluar kita terus, kalo misalkan penanganan biarkan mereka geget, biar perlu hancur dulu biar kita bangun lagi untuk manajemen yang ada di dalam. Sehingga secara keuntungan di desa gak ada sama sekali dari objek, sehingga desa fokus ke desa wisata, yang penting kita terus maju tentang penanganan kita udah lepas.

Peneliti : kalo misalkan tahun depan sudah ada penciptaan anggaran baru, kalo manajemen sudah hancur dan desa ternyata bisa mengambil alih manajemennya, kira kira gimana desa rencana nya untuk menciptakan manajemen yang lebih baik, itu strateginya ?

Informan : ya terutama disini itu tata ruangnya termasuk penghijauannya, sekarang terkesan gersang terus, fokus juga pada jalan kepada masyarakat, saya masuk sini 93, itu kalo pengembangannya masalah wisata yang lebih paham itu mas sidik sebenarnya, yang selalu mengikut baik pelatihan sampe provinsi dan Kalimantan itu mas sidik dan mas muklis kita sudah serahkan kepada mereka. Berhubung kebentur ini, jadinya malas semua. Mas Sidik dan Mas Muklis setiap ada event berangkat, kita berangkatkan dari pemerintah desa.

Peneliti : pengembangan desa wisata, dari RPJMDes atau dari musrembang desa ada strategi yang suda tercipta atau upaya yang sudah dicanangkan untuk dilaksanakan ?

Informan : ya sementara ini kita, istilahnya kami minta kesadaran masyarakat kalau disini itu potensi pisang, disamping wisata itu sendiri, tapi kreativitas masyarakat itu kan kurang lebih baik, sehingga jadi nya jual ke luar ketimbang dikelola sendiri, ya fokus nya itu mungkin pelatihan – pelatihan pembuatan apa gitu, memang belum pernah untuk istilahnya produksi dalam bentuk lain sehingga terjual itu belum pernah sama sekali memang. Terus masyarakat sendiri kayak enggan, saking enaknya kebun cengkeh, dimanjakan dengan ekonominya sendiri sehingga masa bodo dengan untuk itu. Kan untuk peningkatan desa kan gak kuat tanpa dukungan Informan : ya sementara ini kita, istilahnya kami minta kesadaran masyarakat kalau disini itu potensi pisang, disamping wisata itu sendiri, tapi kreativitas masyarakat itu kan kurang lebih baik, sehingga jadi nya jual ke luar ketimbang dikelola sendiri, ya fokus nya itu mungkin pelatihan – pelatihan pembuatan apa gitu, memang belum pernah untuk istilahnya produksi dalam bentuk lain sehingga terjual itu belum pernah sama sekali memang. Terus masyarakat sendiri kayak enggan, saking enaknya kebun cengkeh, dimanjakan dengan ekonominya sendiri sehingga masa bodo dengan untuk itu. Kan untuk peningkatan desa kan gak kuat tanpa dukungan

Peneliti : kalo kita balik lagi sama rpjmdes musrembang juga, ada bukunya pak ? Informan : ada tapi teknisnya gak gitu sekarang, sekarang kita Cuma bikin konsep terus kita

online kan. Online ke kecamatan, kecamatan ke kabupaten, selesai sudah. Sistemnya sistem lewat aplikasi.

Peneliti : itu yang paling baru itu buat tahun 2017, sudah ada pak, sudah dimasukkan ke kabupaten. Apakah salah satu bagian dari RPJMDes itu ada bagian tentang ekowisata itu pak ?

Informan: gak ada. Peneliti : Fokusnya kemana pak ? Informan : ke infrastruktur desa Peneliti : kalo desa wisata pak ? Informan : gak ada, malah mas sidik operator musrenbang nya, lebih tau mas sidik. Kemarin

prioritasnya jalan untuk usulan empat desa itu pelebaran jalan atas, itu fokus prioritas pertama, kalo ditingkat desa ini adalah jalan yang sedang kita laksanakan gitu.

Peneliti : bolehkah sedikit diceritakan bagaimana perangkat desa disini membentuk sebuah kebijakan, pengembangan desa ini, boleh diceritakan proses alurnya pak ?

Informan : khususnnya kan yang ada di desa ini hanya mengharap bantuan dari pemerintah baik dana desa, ADD, kontribusi pajak dan juga dari bangunan – bangunan yang lain, ya sementara kebijakan untuk infrastruktur nya kan dari situ, karena untuk pemungutan surat – menyurat istilahnya administrasi dan sebagainya, istilahnya gak mencukupi juga karena terbatas lima ribu, ya ini itu yang kita kelola Cuma itu, kalo pengembangan yang lain gak ada, karena kita gak bisa mengembangkan karena tanah milik kita kan disewakan sehingga gak bisa untuk perkembangan yang lain, harapannya ada program dari dinas kelautan, untuk bagian pemukiman untuk ada rumah nelayan. Kita kemarin diberi kabar itu untuk pembuatan rumah nelayan. Tapi tanahnya yang gak ada, karena tanahnya dijadikan tempat sewa tambak. Karena kan sudah ada warung dan sudah mepet dari pantai, nah hanya itu tanak milik desa ke utara, makanya tanah yang desa miliki yang punya potensi sementara ini masih hak milik orang lain, kita gak bisa mengembangkan karena masa kontrak itu. Kalo desa wisatanya sendiri saya pikir, ya opo ya masih semacam itu.

Peneliti : kalo misalkan ya pak, bapak berinisiatif untuk pembangunan tata ruang, terus dari segi kebersihan bapak mulai dikembangkan, itu kenapa pak, kok itu jadi prioritas utama ?

Informan : karena itu yang paling mendesak, Peneliti : apakah keputusan itu ada pengaruh dari masyarakat yang selalu memberi masukan

untuk membenarkan jalan, adakan sarana kebersihan atau dari perangkat desa sendiri melihat itu yang jadi kebutuhan desa

Informan : kita kan bersaing, dalam artian infrastruktur kalo melihat desa tetangga dan sebagainya jalannya bagus – bagus jelas masyrakat sendiri kan berharap kalau orang desa kan gitu, nomor dua kan masyarakat desa sini kan masa bodoh terhadap wisata ( siapa aja sih yang disebut masyarakat yang ada di lenggoksono ? apa aja lapisan masyarakat atau pembagian kategori masyarakat yang ada disini ? kok kayak nya antara lapisan satu masyarakat dengan yang lainnya itu tidak sinkron ) gak mau ikut serta terhadap wisata, ya mungkin dari segi pengetahuan atau sdm atau kepeduliannya yang rendah, itu masalahnya memang itu, gak ada., mereka pun gak mau berkunjung.

Peneliti : ini pak, dari segi kebijakan dari pemerintah atau kabupaten atau kecamatan, ada gak upaya penyelamatan terhadap ekowisata

Informan : kalo dari pemerintah kabupaten ya jelas, kita hanya peran serta dinas pariwisata, disini sangat besar. Kalo perannya, cuman kan pelaku – pelakunya juga kurang. Istilahnya dalam pemikirannya, hanya uang – uang uang, lembaga disini juga gitu, tidak hanya menangani tiga semestinya juga melayani kemasyarakatannya, programnnya apa kan itu, baik ladesta, pokmaswas dan LKDPH nya sendiri. Itu kan itu. Jadi dia dalam berlembaga itu kurang. Kemarin juga gitu kan ada gap dengan pihak perhutani, dia menyampaikan kalo LKDPH itu kan gini gini gini saya Cuma ketawa tok. Kenapa gak sampean sampaikan kepada lembaga sampean. Jangan pada kami, ini gak manut aturan kan lembaga sampean bukan kita. Sedangkan ini diundang aja gak ada yang dateng, jadi tolong sekali kali lah LKDPH itu dikumpulkan di balai desa dalam rangka apa mungkin penyegaran atau sosialisasi apa yang dilakukan oleh lembaga itu sendiri, lembaga desa kan lembaga sosial bukan untuk bisnis ya rupa nya disana ada bisnis bisnis sedikit, kalo masalah wisata penanganannya manajemennya Cuma itu, kepahaman dia (lembaga pengelola) sendiri dalam kelembagaan itu. Maksudnya sdmnya

peneliti : dia itu siapa pak ? Informan : ya lembaga, Peneliti : berarti timlak pak ? Informan : bukan, timlak kan hanya coordinator, dari pihak stakeholder seperti perhutani

semestinya kalo ada program apapun, okelah katakana sekarang kepada LKDPH, kan harus melalui timlak dulu, logikanya gitu karena dia coordinator, sehingga yang penting itu kita melaksanakan program ini tapi dimasyarakat gak ada masalah, di desa sendiri gak ada dampak jelek. Ya itu, kalo untuk program pemerintah sendiri karena arahnya ke arah wisata kita sudah

koordinasi dengan pihak wisata dan sebagainya dengan pembuatan PKS kayak kemarin dengan perhutani dan sebagainya kan itu langkah pemerintah untuk jalan lebih maju ternyata gak jalan sama sekali, malah hancur masyarakat jadi masa bodo karena dianggap dia untuk bisnis kan itu masalahnya, kita sendiri itu msalahnya, karena sudah kurun waktu beberapa bulan ini berjalan gak ada pengembangan sama sekali. Malah koyok kumuh, kalo kemarin masih gratis kita terjun terus, membersihkan sebagainya, kalo kepahaman kami terkait pengembangan terus terang saya gak ada kepikiran, tau kita apa yang kita jual kita percantik Cuma itu aja. Sementara ini gitu tok, lalu pengembangannya kayak gimana karena kita terbentur karena hak, katakana mau dibangun sistem apa disana, kita gak punya hak karena itu punya nya perhutani, katanya kan gitu ya repot juga kita mau ngembangkan ( ini benar – benar gak bisa dikembangin sama sekali kah di wilayah perhutani ini ? meskipun pengembangannya gak membahayakan lingkungan dan perhutani juga sudah ambil 60 % dana, apa karena dana itu desa benar – benar jadi malas mengembangkan wilayah disitu ? apakah satu satunya jalan keluar adalah hanya fokus sama desa wisata dan sedikit mengabaikan pantai ? terus pelaksanaan ekowisata nya gimana ? kayaknya pengennya mass tourism dimana – mana, apa karena pengurus atau pengelola nya gak paham tentang ekowisata jadinya mereka punya pemikiran yang bertentangan dengan perhutani, padahl kalo wisatanya dikembangkan sesuai dengan ekowisata mungkin saja ketemu titik temu nya) dari sisi mana, kalo bukan hanya jalan dan mengkondisikan masyarakat dalam menjamu tamu sopan santun ramah, Cuma sebatas itu, itu pengembangannya saya pikir, orang sini masyarakat pemikiran nya hanya instan, misal satu buka warung yang lain ikut, setelah ikut tau sepi tinggal udah. Itu kosong semua itu, jenengan kalo kepantai gak ada yang jualan itu, hanya berapa warung aja, kan pemandangannya gimana. Ya sering kali saya ditelpon sama temen saya yang dari Jakarta itu yang dulu membangun sini, mbak Paulinda dan Mba Ani, saya foto jepret saya upload mereka Cuma muring – muring tok, kok male ngono pak, bangunan kita ko kayak gitu pak, tolong dibenahi pak, apa karya kita dulu mana karya kita dulu, waduh bingung juga saya. Untuk kedepannya saya blank mba gak tau, sepemahaman kami hanya sebatas bagaimana caranya apa yang kita jual bukan materi, yang kita tawarkan kepada khalayak luar dalam bentuk desa wisata hanya sebatas bagaimana caranya supaya menarik, untuk pengembangan lebih lanjut gak ada pemikiran.

Peneliti : itu untuk ke obyek kalo ke lembaga desa wisata ? Informan : iya untuk objek, belum, ya itu desa wisata itu sendiri saya juga gak paham, karena apa

setiap teman – teman itu mari pelatihan gak menyampaikan kepada desa kan, (kok bisa ?, jadi sebenarnya perangkat desa gak tau dong tentang ekowisata disini gimana )

Peneliti : disimpen sendiri ya pak ? Informan : ya angkat tangan udah Peneliti : teman – teman itu darimana ya pak ?

Informan : mas sidik, pak muklis, jadi program apa yang harus dilaksanakan harus dengan desa sehingga kita punya pemikiran bagaimana caranya mengembangkan. Opo hasil e ? wes ngono itu, hahaha. Sehingga saya terus terang saja saya blank itu, program desa wisata itu program yang kayak gimana sih, saya belum paham betul, makanya pas sampean Tanya desa wisatanya, saya bingung juga. Sepengetahuan kita, wisata adalah yang ada di pantai, sekalipun saya sedikit paham secara keseluruhan desa harus berperan biar hanya tidak pantai tapi masyarakatnya juga bisa menjadi apa kekaguman orang lain, terus barang kita, produk kita apa, produk yang ada disini kita kelola kita kenalkan untung – untung bisa dikenal di atas gitu aja. Makanya saya bingung desa wisata, ada pokdarwis. Jenengan ada ladesta. Terus apa bedanya ?

Peneliti : kata pak muklis pokdarwis itu pemikir, ladesta itu adalah eksekutornya, yang menjual ke luar

Informan : lah iyo, padahal pokdarwis dan ladesta juga orang yang sama. Oalah kalo pokmaswas jelas, sifatnya khusus dari daerah pesisir baik dari terumbu karang , pelanggaran – pelanggaran hukum yang ada di daerah perairan, juga untuk menjaga udang windu yang disana itu termasuk pengawasannya pokmaswas. Ladesta pokdarwis ini yang saya gak bisa membedakan apa itu.

Peneliti : ladesta kalo boleh tau siapa yang mencetus kan ? Informan : dinas anu, dinas pariwisata. Peneliti : pokdarwis ? Informan : he eh sama. Mungkin gini kalo pokdarwis itu provinsi, ladesta ini mungkin

kabupaten, ladesta ini baru, begitu ada penanganan perhutani kita bentuk, kita badan hukumkan dengan satu harapan, penanganannya orang – orang ini, ternyata diluar dari pemikiran itu perhutani sudah merebut orang – orang itu, untuk dijadikan LKDPH sehingga terjadi, sebenarnya kalo kita satu hati gak mungkin. LKDPH ya pokdarwis, pokdarwis ya LKDPH, selesai sudah, jadi pengembangannya bisa sudah, karena teman – teman yang ada di pokdarwis dan Ladesta ini orang sosial semua, ada pmi ada pokmaswas, ada semua. Itu pertanyaan jenengan tadi itu, sampean rodo bingung, yang dimaksud desa wisata untuk program kita, sedangkan kita gak paham desa wisata itu opo

Peneliti : berarti dari ladesta dan pokdarwis itu pernah kah pak ada penjelasan tentang desa wisata itu kayak gini ?

Informan : gak pernah, karena harapan kami kan gini, sampe saat ini jangan kan kami yang selaku pengawas pendamping pendukung, lah ladesta sendiri fungsinya apa gak tau. Anggotanya bingung apa selama ini actionnya ladesta terhadap desa, gak ada. Lah ladesta itu apa semestinya, saya sendiri aja tidak mengikuti gak pernah ikut pelatihan dan sebagainya, sudah terlalu banyak pekerjaan yang ada di desa saya. Jadi sudah saya serahkan kepada mas muklis dan mas sidik. Jadi ya itu kami tidak bisa memuaskan jenengaan terkait jawaban tentang program yang Informan : gak pernah, karena harapan kami kan gini, sampe saat ini jangan kan kami yang selaku pengawas pendamping pendukung, lah ladesta sendiri fungsinya apa gak tau. Anggotanya bingung apa selama ini actionnya ladesta terhadap desa, gak ada. Lah ladesta itu apa semestinya, saya sendiri aja tidak mengikuti gak pernah ikut pelatihan dan sebagainya, sudah terlalu banyak pekerjaan yang ada di desa saya. Jadi sudah saya serahkan kepada mas muklis dan mas sidik. Jadi ya itu kami tidak bisa memuaskan jenengaan terkait jawaban tentang program yang

Peneliti : jadi unik ya pak ya, disini itu banyak sekali pengelolanya Informan : lah karena terlalu banyak pemain, ada ladesta, ada pokdarwis, ada pokmaswas, ada

lkdph, belum kelompok nelayan. Desa hanya sebatas pelindung terhadap lembaga, sebagai mittra, semacam itu. Jadi menurut jenengan desa wisata itu apa ?

Peneliti : ekowisata yang berbasis masyarakat, desa ini bagaimana masyarakatnya itu bisa dimaksimalkan dalam bentuk homestay, pemanfaatan sumber daya alam karena disini berlimpah kopi cengkeh jadi lebih diarahkan wisatanya itu maunya seperti wisatawan dateng bukan untuk melihat objeknya yang pertama kali, tetapi melihat kekayaan desa purwodadi ini, bonus nya adalah melihat objek, gitu pak yang kami dapatkan

Informan : makanya secam itu, kita mau membangun apapun kan namanya homestay mesti kita kan mengajak kerjasama, sementara homestay kan ada tapi kan belum berjalan belum selesai, kita masih takut benturan dengan pelanggaran – pelanggaran, yang jelas itu. Desa kan gak punya lahan atau tempat atau homestay itu sendiri. Kalo masalah itu kemarin kita rembukkan malah sudah berjalan orang ini ini ini rumah ini ini ini yang mau diinapi, sebatas itu. Apakah itu dinamakan homestay atau bukan saya sendiri juga tidak bisa menyebutkan yang jelas dia menjual jasa kamar untuk nginep orang – orang yang hadir. Kadang – kadang mereka menyediakan kamar dan gak mau dibayar, wong turu ae, kan sini ini gak ada istilahnya kontrak rumah, kalo rumah kosong silahkan ditempati gak ada disewakan, kecuali untuk toko., kalo hanya ditempati keluarga gak ada biaya

Peneliti ; ini kira – kira ada bentuk hardcopy dari RPJMDes itu, saya kalau boleh liat gitu pak , apakah saya boleh tau proses penyusunanya pak?

Informan : dikantor, penyusunan rpjmdes itu ada 2 versi, dari pemerintah dan dari BMBM nya BPK. RPJMDes yang dulu itu terbentur hanya pada pembangunan fisik, padahal program juga disana, yang sekarang itu program pengembangan infrastruktur disini memang baru taun – taun ini kita dapat bangun, dulu satu orang mau main kesini males karena kondisi jalannya bukan hanya naik turun tapi kondisi badan jalannya yang sangat membahayakan jadi sementara ini kita fokus ke bangunan baru habis itu ke drainase. Untuk tahun ini aja biaya yang dikeluarkan untuk jalan itu 650 juta untuk infrastruktur desa sini, wedi awu balearjo, hanya sebatas itu.

(beberapa perbincangan nostalgia) Informan : ya begitulah mbak, begitu ada kepala desa baru, kita langsung buat RPJMDes dalam

kurun waktu 6 tahun sebatas masa jabatan kepala Desa. Itu mohon maaf kalo soal pokdarwis dan kurun waktu 6 tahun sebatas masa jabatan kepala Desa. Itu mohon maaf kalo soal pokdarwis dan

Peneliti : dari pokdarwisnya pak, apakah mereka tidak membuat sebuah laporan apa yang akan mereka lakukan ? atau rembukan antara desa pokdarwis ladesta

Informan : gak pernah, ladesta, timlak ini engga, Cuma hanya penanganan manajemen ticketing itu aja, Cuma itu.

Peneliti : jadi timlak itu hanya untuk ticketing ? Informan : hanya koordinasi bagi – bagi uang itu aja, makanya saya itu males kenapa males,

karena harapannya gak sesuai, bukannya saya egois karena berdampak pada masyarakat, okelah masyarakat gak boleh gitu dong, tapi kenyataannya orang awam swadaya males, kan mereka kan bawa duit pantai, dampaknya kemana ke desakan, kalo orang – orang pelaku wisata kayak LKDPH itu malah kayak musuh istilahnya untuk desa, hanya materi yang dipikirkan hanya tiket bukan pengembangannya. Loh saya kalo ke pantai mbak, kan yang mengenal kan mas muklis dan sidik jadi mulai dikenal titik titik titik, waktu itu ada jelajah seribu pantai ya itu kita undang mereka, ada media kita undang,

Peneliti : sedikit tapi 22 rb yang datang kesini loh pak itu gak sedikit Informan : ya makanya disini memang termasuk kayak untuk meramaikan sini instan udah, st set

set set udah, soalnya disini peluang nya besar sih, kita adakan di facebook, teman – teman kita yang ada di Taiwan kita minta tolong upload. Kadangkala ada pertanyaan mulai kapan ada banyu anjlok, ya sejak dulu ada banyu anjlok, ya cuman kita kecewa sama penanganan. Saya lebih condong gratis udah itu enak, biar gak ada konflik kepentingan. Saya sudah menyampaikan suara masyarakat kami kepada ADM ( apa itu adm ? kaitannya sama perhutani?) kenapa harus ditiketkan. ADM itu pusatnya perhutani, apa sih singkatannya, nah kehutanan itu kan punya mitra dalam bentuk BUMN, BUMN ya perhutani tadi, kepala perhutani kan badan eksekutif namanya ADM, kalo di malang sini namanya Arif Herlambang, kenapa harus ditiketkan, eman – eman duit dan sebagainya, kenapa harus eman wong kita yang meramaikan aja gak eman, saya gitukan, biar gratis aja pak arif saya gitukan. Percuma karena niatan kita untuk meramaikan sudah tercapai, masyarakat bisa kena, ekonomi masyarakat meningkat, warung laku, perahu laku, selesai, pengangguran – pengangguran bisa mengadakan parkri disana, selesai. Tinggal kita mengembangkan, tau – tau, wes gak tau, gak melok – melok. Kalo misalkan mau ngatur itu programnya jelas itu loh jangan kita bicarakan masalah pantai, mas sidik diladesta ya banyak ngatur, lah banyak juga yang ngatur ladesta, ya masalahnya kalo ngatur ya programnya jelas itu, jangan bicara tentang pengembangannya pantai, pengembangannya desa ini gimana, tolong berperan disana, sedangkan anggota masing – masing anggota pokdarwis, entah pokmaswas gak tau dia harus apa karena yang tau hanya mas muklis dan mas sidik, makanya gak tau kalo ke kepala desa, kalo kesaya secara formal terus menyampaikan suatu hal program saya gini pak, set set udah, soalnya disini peluang nya besar sih, kita adakan di facebook, teman – teman kita yang ada di Taiwan kita minta tolong upload. Kadangkala ada pertanyaan mulai kapan ada banyu anjlok, ya sejak dulu ada banyu anjlok, ya cuman kita kecewa sama penanganan. Saya lebih condong gratis udah itu enak, biar gak ada konflik kepentingan. Saya sudah menyampaikan suara masyarakat kami kepada ADM ( apa itu adm ? kaitannya sama perhutani?) kenapa harus ditiketkan. ADM itu pusatnya perhutani, apa sih singkatannya, nah kehutanan itu kan punya mitra dalam bentuk BUMN, BUMN ya perhutani tadi, kepala perhutani kan badan eksekutif namanya ADM, kalo di malang sini namanya Arif Herlambang, kenapa harus ditiketkan, eman – eman duit dan sebagainya, kenapa harus eman wong kita yang meramaikan aja gak eman, saya gitukan, biar gratis aja pak arif saya gitukan. Percuma karena niatan kita untuk meramaikan sudah tercapai, masyarakat bisa kena, ekonomi masyarakat meningkat, warung laku, perahu laku, selesai, pengangguran – pengangguran bisa mengadakan parkri disana, selesai. Tinggal kita mengembangkan, tau – tau, wes gak tau, gak melok – melok. Kalo misalkan mau ngatur itu programnya jelas itu loh jangan kita bicarakan masalah pantai, mas sidik diladesta ya banyak ngatur, lah banyak juga yang ngatur ladesta, ya masalahnya kalo ngatur ya programnya jelas itu, jangan bicara tentang pengembangannya pantai, pengembangannya desa ini gimana, tolong berperan disana, sedangkan anggota masing – masing anggota pokdarwis, entah pokmaswas gak tau dia harus apa karena yang tau hanya mas muklis dan mas sidik, makanya gak tau kalo ke kepala desa, kalo kesaya secara formal terus menyampaikan suatu hal program saya gini pak,