Transkrip Wawancara dengan Kepala Desa, Muhammad Shodiq (informan 1), Pak Sidik

TRANSKRIP 2 Transkrip Wawancara dengan Kepala Desa, Muhammad Shodiq (informan 1), Pak Sidik

Fajar (informan 2) ( Audio recording 2016-05-12 19-45-24 )

Peneliti : Bapak kira – kira mengetahui tentang ekowisata itu ? Informan 1 : yang jelas ekowisata kami, karena memang basic dari wisata kami adalah

ekowisatanya. Peneliti : fasilitas apa saja pak yang terdapat di bowele, dari atraksi wisata, kebersihan atau dari

monitoring udah ada gitu Informan : kalau fasilitas sih kami rasa masih nol, belum ada. Cuman itu aja fasilitas masih

belum layak sebagai kategori wisata yang sudah dikunjungi mancanegara. Tapi dengan kelemahan dan serba kekurangan kami mengupayakan dari sisi pemberdayaan masyarakatnya. Kalo kita ngomong fasilitas masih nol Cuma ada tpi itu ajalah. Cuman untuk fasilitas – fasilitas yang lain kayak kamar mandi itu pun perorangan bukan pengelola jadi ukm - ukm sendiri yang membangun yang mendirikan kamar mandi, lalu kamar ganti, dan juga wc umum. Sedangkan untuk fasilitas yang lain kayak musholla sampai hari ini masih belum selesai. Jadi pr kita yang paling besar disitu, dan tentunya juga masalah kebersihan dan sebagainya, fasilitas yang lain kita masih nol lah kalo kita ngomong sebuah wisata. Apalagi, banyu anjlok dipromosikan oleh kabupaten, tapi bagaimana lagi, kami sebenarnya ingin mengalokasikan dana desa kesana, tapi karena kondisi saat ini masih seperti itu, mungkin taun depan, mungkin bisa kami alokasikan.

Peneliti : oh jadi dari desa sendiri masih belum ada alokasi dana untuk pembangunan fasilitas gitu ya pak ?

Informan : belum dari desa hanya pelatihan pelatihan itu aja Peneliti : oh berarti pelatihannya itu untuk masyarakat ? Informan : ya untuk pengelola, Peneliti : pengelola itu siapa aja pak ? Informan : yang sering kami kirimkan itu dari pihak timlak, kebanyakan personalnya dari

pokdarwis dan ladesta Peneliti : ini boleh sedikit dijelaskan tentang timlak, tim pelaksana itu siapa saja, terdiri dari apa

saja Informan : jadi timlak itu kronologis nya atau sejarah nya itu kan untuk mewakili dari tiga saja Informan : jadi timlak itu kronologis nya atau sejarah nya itu kan untuk mewakili dari tiga

Peneliti : dibawah ? Informan : naungan desa. Pengawasan, naungan dan pertanggungjawaban desa. Peneliti : nah kalau ketuanya pak, merupakan bagian dari perangkat desa atau masyarakat yang

independen. Informan : juga dari perangkat desa, dari LMDH kan pemberdayaan masyarakat, saya ambil

disitu, saya rasa juga independen dari tiga lembaga ini, bisa merangkul dari tiga lembaga ini yang bisa diterima bisa merangkul dari tiga lembaga ini, namun misalkan dalam perjalanannya mereka masih ngomong egosentris nya masing – masing. Masih itu tadi, masih belum legowo, kalo bukan lembaganya. Itu mungkin analisa saya, bisa salah. Tapi pada praktiknya kenyataannya di lapangan semacam itu.

Peneliti : berarti desa gak ada campur tangan langsung untuk pengembangan disana ? Informan : dari timlak itu Peneliti : timlak itu Informan : ya benar, Peneliti : berarti melalui timlak yang langsung turun tangan ngatasin masalah wisata disana. Kalo

misalkan ekowisata kan ada bagian edukasi dalam salah satu prinsip ekowisata, itu udah ada kah pak dari pihak desa untuk melakukan edukasi terhadap wisatawan.

Informan : kita memberikan edukasi ke pelaku pelaku wisata, dengan konsep prinsip wisata apa itu

Peneliti : sapta pesona Informan : kita berusaha untuk mengarah kesana, tapi lagi – lagi karena masalah sdm masyarakat

kami yang masih apa ya, masih belum bisa, masih tradisionil, maklum sdm, jadi nya sulit. Upaya – upaya kami adalah hal pemberdayaan selalu kami berikan dalam rapat – rapat kecil, rapat –

rapat pengurus gitukan ini ini mengenai sapta pesona, kebersihan, kita perindah wisata dan sebagainya juga kami upayakan kesana, tapi ya itu tadi gak sejalan mulus ya. Apa yang kita rencanakan gak sebanding luruslah.

Peneliti : berarti berupa penyuluhan gitu pak kepada masyarakat Informan : termasuk homestay juga, kebersihannya Peneliti : tapi kalo ke wisatawannya ada pak ? Informan : kalo ke wisatawannya baru kami mau ajak kesana, lagi lagi karena ini tadi, ini loh anu

mbak, sapta pesona belum mengenal sama sekali, pelaku wisata juga kesadarannya sangat minim, pinginnya kami ingin mencontoh wisata – wisata yang ada di kabupaten malang. Yang sudah berhasil, jadi ada rasa memiliki juga, saling menjaga soal masalah kebersihan terutama, masalah kenyamanan, minum di pantai gak boleh, wisata hal – hal yang negative, tetapi dari apa itu uji coba yang kami upayakan, hal yang terkecil, mengenai kebersihan itu gak jalan, ya mudah – mudahan lambat laun sdm masyarakat kami semakin sadar diri gitukan, ya diharapkan Cuma

itu, tapi gak tau lagi. Peneliti : ini kalau misalkan pengunjung datang kesini kan, ekowisata itu kan memang sebuah

wisata yang menjaga lingkungan banget, apa dari timlak, pernah kah memberitahu , untuk mengunjungi bowele mereka harus begini2, misalkan harus bawa sampah nya lagi seperti yang di tiga warna.

Informan : gak pernah Peneliti : pendapatan yang diperoleh dari bowele ini kalo boleh tau dari mana aja pak ? Informan : pendapatan kan gini, jadikan kita kalo kita ngomong pendapatan kan ngomong ke

PKS, jadi 100% dari retribusi itu kita bagi, jadi 38% untuk LMDH, untuk perhutani, 30 % untuk pengelola tiga lembaga itu tadi, lalu 20 % DPPKA dinas perpajakan, lalu sisa 12 %, 2 % untuk desa, 5% untuk semacam badan usahanya perhutani KOPKAR, Muspika 3% sisanya 2% untuk pelaku gak tau ( ini siapa yang bertanggung jawab bagi ? retribusi siapa yang tarik ? pelaku nya ini siapa ?) Desa Cuma dapat 2% dari populasi tiket

Peneliti : yang lima ribu itu Informan 1: yap, sedangkan untuk usaha usaha yang lain kayak parkir lainnya, desa gak minta. Informan 2 : dikelola oleh masing – masing pengurus tapi kembali lagi ke infrastruktur atau yang

menangani. Informan : desa gak minta dari 2% itu pun kami usahakan untuk kebersihan. Peneliti : berarti kalo yang parkir di langsung di pantai, berarti langsung ke pengelola yang ada

di pantai itu ? Informan : kami gak tau menau masalah keuangan, kalo kami dilapori ya, karena desa sendiri

gak berharap dapat duit dari sana, kami hanya berharap, masyarakat nya pengelolanya dengan gak berharap dapat duit dari sana, kami hanya berharap, masyarakat nya pengelolanya dengan

Peneliti : bapak kira – kira tau kah jarak dari kota malang ke bowele ? Informan : 60 km. Informan 2 : dari tirtoyudo, tangsi itu 30 km Peneliti : jarak 60 km itu jadi kendala bagi wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini ? Informan: saya rasa tidak menjadi halangan, Cuma halangannya itu di sarana dan prasarana dari

jalannya masih sempit, itu saja halangannya. Kalo menurut saya, wisatawan semakin sulit berarti ada tantangannya.

Peneliti : berarti bisa kita bilang wisatawan yang datang kesini adalah wisatawan yang cinta akan tantangan ya pak ?

Informan : hmm, kategori nya apa ya, ya namanya wisata kan orang pingin tau gitu ajalah, karena kalau saya analisa, wisatawan yang berkunjung kesini itu gak (telepon masuk ) ( gimana wisatawan yang berkunjung kesini ?)

Informan 2 : mungkin yang merasa terganggu mobil – mobil taksi, kan dari pertigaan tangsi itu, kalo pengunjung banyak pake mobil banyakan gak mau ngalah kalo lagi berpas – pasan, sehingga kami yang bermuatan berat mungkin sedikit kurang enak, kadang marah2 gitu, kan mobil kan banyak di daerah pujiharjo sebelah dari sini kan pake jalur – jalur itu kan sempit dan berpas pasan dengan mobil besar nya itu yang mengganggu, jadi gak enak kurang nyaman.

Peneliti : mobil taksi itu kayak rental mobil ? Informan 2 : bukan, mobil yang di pake ke pasar. ELF, untuk penumpang Peneliti : oalah itu istilahnya taksi ya pak Informan 2 : ya istilahnya kami namakan naksi, mobil penumpang. Kan desa disini. Mobil

penumpang MPU. Peneliti : tapi kalo dari pemerintah ada rencana buat ngembangin gak pak ? ngembangin jalan. Informan 2 : ada, jalan dari kecamatan ke lokasi wisata sini, mulai ada. Peneliti : itu kira – kira kapan diimplementasikan ? Informan 2 : sudah di mulai, kan di timur nya dampit sudah mulai diadakan pelebaran jalan Peneliti : iya paak, mulai dari situ ?

Informan 2 : ya itu mulai dari situ, dari Madanom nama jalan nya yang ada proyek pelebaran mulai dari situ. Di musrenbang sudah dimasukan, InsyaAllah sudah dimasukan juga di kabupaten tentang pelebaran jalan.

Peneliti : kalo ekowisata ini kapan mulai dicetusin pak ? Informan 2 : 2014 Peneliti : saya ganti pertanyaannnya pak. awal nya sudah mulai dibuka buat umum, langsung di

kemas utk ekowisata, atau pada awal nya dibuka buat umum aja dulu tapi kok lama – lama kayak nya lebih enak pake ekowisata sebagai strategi pengembangannya.

Informan : kalo saya rasa karena basic dasar kami ekowisata bahari gitulohnya, kalo kita ngomong eklusif kayak di Tiga warna gak bisa, karena mulai awal nya kita buat umum, mulai awal kita berangkatnya kayak umum. Kalo kayak kita mencontoh tiga warna gak bisa, saya pingin kayak wisata – wisata yang lain kalo pengenalan nya lebih kayak di tiga warna saya kurang begitu menarik, karena wisata ini kan milik seluruh masyarakat Indonesia asalkan jaga ketertiban keamanan, gitu aja gak ada masalah bagi saya.

Peneliti : kan bowele itu bolu – bolu wedi awu lenggoksono pak, apa yang bapak sampaikan ini sama di dua tempat ini, kan ini ekowisata, apakah bapak juga membuka wedi awu untuk umum ?

Informan : kalo di wedi awu tidak masuk ke PKS, Cuma sampai hari ini wedi awu, wes ono tiket ?

Informan 2 : belum Informan : Cuma ada penitipan barang gitu aja. Karena rancangannya itu lain, belum bisa kami

jadikan satu. Peneliti : berarti timlak itu tidak sampai ke wedi awu ? Informan : ya menyangkut sana. Informan 2 : sampai menyangkut sana, tapi kan pengunjung kan fokusnya ke banyu anjlok

sehingga kalo ke balearjo hanya wisatawan minat khusus cari yang sepi kalo sini kan memang ramai tapi kan langsung banyu anjlok, bolu – bolu. Surfing kalo bule kebanyakan ke wedi awu. Karena surfingnya bagus.

Peneliti : terus, ini disini itu mulai dirintisnya tadi tahun 2014. Informan : sebenarnya bisa dibilang kita mulai dari jauh – jauh hari bahkan mulai tahun 1982

sejak ada bersih desa, kita mulai merintis tahun 82, pengennya desa kita terkenal melalui media wisata pantai. Jadi kan intinya dari tahun nenek moyang dulu, dengan berjalannya waktu mulai tahun 2012, mulai promosi – promosi, pengenalan – pengenalan, sering kita adakan pelatihan – sejak ada bersih desa, kita mulai merintis tahun 82, pengennya desa kita terkenal melalui media wisata pantai. Jadi kan intinya dari tahun nenek moyang dulu, dengan berjalannya waktu mulai tahun 2012, mulai promosi – promosi, pengenalan – pengenalan, sering kita adakan pelatihan –

Informan 2 : sejak dicanangkan jadi desa wisata Informan : dalam satu bulan mungkin ada 100 orang dalam tahun 2013, ada. Peneliti : jadi mulai dibukanya itu tahun 2013 ya pak ? Informan : 2013 tanggal 20 an. Peneliti : kalau misalkan kunjungan kesini ada polanya gak ? misalkan bulan ini rame bulan

depan engga Informan : kalo pengunjung disini kan taunya dari media sosial facebook dan sebagainya, jadi

banyak pengunjung yang datang kesini pas puncak pengunjung itu di hari libur, kalo hari non libur itu kayak sabtu minggu ya rame tapi gak serame pas hari libur. Apalagi hari libur panjang. Hari – hari raya rame, kayak taun baru.

Peneliti : dari desa pernahkah ada, ini sudah memberlakukan tiket, apa pernah melakukan survey jumlah kunjungan ?

Informan : kita gak pernah survey dan menghitung, jujur saja kita kesulitan karena banyak pengunjung yang dating kesini gak bisa kita cover. Itu malam jam 1 malam, 2 kadangkala penjaga tiket gak ada, akhirnya kita bisa ngatur mulai jam 5 pagi sampe jam 5, nah dari jam 12 sampe jam 5 itu lolos, mulai dibentuk timlak ini, kalo kita resmikan buka tanggal 20 an bulan Desember 2012 sampe bulan dua bulan tiga 2013, omset kita sampai 60 juta

Peneliti : itu beragam dari yang mobil sama motor, tapi gak ada pencatatan jumlah kunjungan wisatawan ?

Informan : jumlah pengunjung yang terdaftar yang masuk, kisaran 22.500 orang dari bulan Desember 2015 sampai Febuari 2016.

Informan 2 : itu ada mba di tik, grafik kunjungan wisatawan per bulan. Nanti kami cari sama pak muklis ( mana ?) setiap taun kan kami laporan setiap taun, per enam bulan kan musti laporan kan dimintai oleh dinas, daftar pengunjung baik domestic maupun lokal dan manca. Tapi kalo sekarang grafiknya menurun. Mungkin karena ekonomi kan, sekarang bukan musim panen, curah hujan juga tinggi, sehingga mempengaruhi.

Peneliti : oh gitu, sekarang trennya lagi turun ya pak. Informan 2 : kalo liburan mesti naik, hari raya naik Peneliti : tapi secara keseluruhan grafiknya turun

Informan 2 : dan itu bisa diliat dari tiket, tiket rata – rata pengunjung yang masuknnya malam kan bisa diprediksi sekitar 100 orang yang lolos dari tiket itu.

Peneliti : ini kalo misalkan wisatawan berkunjung kesini itu biasanya mereka bawa kendaraan pribadi, atau ada kendaraan umum yang bisa dipakai kesini.

Informan : iya, ada elf travel itu. Peneliti : itu diambil dari ? Informan : bawa sendiri kalo travel itu, travel – travel itu yang mempromosikan, jadi banyak

yang promosi itu travel – travel itu dari travel itu kebetulan bekerjasama dengan dinas pariwisata, jadi travel – travel itu yang bawa.

Peneliti : jadi gak ada ya pak yang dari dampit angkutan umum khusus kesini ? Informan : belum, kalau Bali sudah begitu, kalo disini belum. Informan 2 : mungkin biaya terlalu mahal, sempat kami tawari juga. Malah hitungannya jadi 2

kali pp. kami kan jemput bawa sini, otomatis kan antar lagi, jadinya kan 2x pp, jadinya lebih mahal. Kalo pake yang dari atas kan satu kali. Ya mungkin pak imam menyediakan jasa supir transportasi dari atas.

Peneliti : pak imam ? Informan : tangkil, tetangga atas. Informan 2 : sumbertangkil. Kebanyakan kan pengunjung dari kota takut kan sama medannya.

Sehingga disitu menyediakan jasa driver, supirnya saja. Peneliti : kalo misalkan, kondisi jalan Informan : kondisi jalannya ya emang begitu, Peneliti : bagus ya pak sekarang Informan 2 : bagus tapi sempit. Informan : mulai tahun 2015 sampai 2016 ini bangun jalan. Peneliti : pernahkah dari pihak desa mendengar keluhan tentang pengelola jasa angkutan, kan

disini ada ada perahu ada ojeg, pernah kah mendengar keluhan dari turis – turis atau wisatawan lokal sendiri ?

Informan : sering, yaitu harga melonjak. Tanpa sepengetahuan pengelola, tanpa dikordinir. Sering. Ojeg juga.

Informan 2 : termasuk mbah no tadi banyak yang complain. Jenengan waktu ngomong – ngomong tadi gak bau alcohol.

Peneliti : oalah harganya suka di lonjakkan, emang sebenarnya harga itu berapa pak ? Informan : kalo harga biasanya per orang per pengunjung itu per satu kepala itu 50 rb, tapi pada

hari – hari tertentu itu dinaikkan gak tau alasannya itu kenapa. Memanfaatkan situasi atau gimana, aji mumpung, saya kurang paham, karena tidak koordinasi dengan timlak. Itu dinaikkan, gak tau siapa yang punya ide kayak gitu.

Peneliti : kalo ojeg pak ? Informan ; ojeg sama Peneliti : 50 rb juga ? dari sini lewat darat ke banyu anjlok ? Informan : 50 juga lewat darat. Peneliti : itu pak aslinya, rute nya ojek bisa kemana aja pak ? Informan : yang langsung ke spot bolu – bolu yang paling terjauh itu bisa. Peneliti : cara pengelolaan jasa angkutannya gimana ? Informan : jasa angkutan yang mana ? Peneliti : entah perahu entah ojeg Informan : disana itu sudah ada coordinator, mengkoordinatori mengatur masalah pembagian

penumpang dan sebagainya sudah ada. Peneliti : siapa yang bertanggung jawab pak ? Informan : yaitu coordinator nya. Marlan anaknya mbah no tadi. Peneliti : kalo dari segi alat transportasi apakah itu sudah cukup memadai ? maksudnya sudah

aman Informan : belum, kalo masalah safety belum. Satu asuransi dari asuransi nya belum jelas, kalo

dari sisi tingkat keamanan perahu, itu perahu nya masih baru – baru semua. Dari sisi keamanan asuransii belum ada. Kalo pengunjung saya arahkan pakai pelampung. Jadi non teknis nya di asuransi.

Peneliti : dari segi jumlah perahu nya Informan : dari segi jumlah perahu emang banyak, gak ada masalah, kan tadi sudah ada

coordinator, apa ya saya menyadari dengan sistem pembagian itu tadi, dengan sistem jadwal.

Peneliti : adakah peran serta masyarakat dalam mengembangkan sarana dan prasarana di bowele ?

Informan : peran serta masyarakat ? peran serta masyarakat yang saya harapkan ada, tapi sampai saat ini belum muncul.

Informan 2 : mungkin dalam bidang kebersihan lingkungan, dalam dukungan swadaya masyarakat belum ada.

Peneliti : misalkan gotong royong bangun tembok yang di sepanjang jalan di kuburan itu, belum ada ya pak ?

Informan : ya makanya itu yang mengarah kesana belum ada. Informan 2 : tapi seandainya itu murni milik kita, udah kita bikin larinya kesana. Masalahnya

kan perhutani tadi. Informan : kita Cuma dapat 2% dari dana 60 juta lebih, kita hanya dapat 1 juta berapa Informan 2 : ditambah lagi orang – orang yang gak sejalan. Informan : desa gak menikmati sama sekali. Informan 2 : maka dari itu ADD, memang kami sering kali ditegur, apa ADD kan boleh untuk

pariwisata, ya memang kan aturan nya gitu boleh, tapi kenyataannya kan gitu, lebih baik benahi kampung dulu sambil menunggu siapa tau ada kucuran dari

Peneliti : atas Informan 2 : iya. Peneliti : kalo keunikan dari bowele apa pak yang gak terdapat ditempat lain? Informan : bowele ini sih yang paling unik banyu anjlok, kalo terumbu karang saya rasa di pantai

lain juga ada. Sama surfing nya itu, keunggulan kami di banyu anjlok dan surfing. Peneliti : di lenggoksono dan di wedi awu. Informan 2 : ya bisa, untuk pemula untuk professional bisa. Peneliti : pembagian wilayah di bowele ini bagaimana pak ? Informan : jadi giniloh kami harapkan dengan adanya timlak itu semuanya bisa tercover, lah

ternyata dalam perjalanannya ndak seperti itu, semua claim – claim an, kalo kita gitu gimana mau maju. Kalo semua nge claim ini wilayah saya, sebelah timur wilayah saya.

Peneliti : oalah gitu pak, masing masing lembaga …

Informan : bukan lembaga, perhutani. Peneliti : perhutani itu ngaku Informan 2 : bukan ngaku tapi wilayahnya. Informan : dan hari ini banyu anjlok ditutup. Informan 2 : secara resmi bukan ditutup, kan disana ada tulisan banyu anjlok ditutup tapi kan

yang ngelakukan bukan desa bukan timlak tapi perhutani, karena wilayahnya perhutani Peneliti : kalo misalkan dari budaya pak, disini ada budaya yang khas pak ? Informan : budaya khas kami , suroan. Dari sisi khasanah kami yang udh terbangun dari awal,

dari tujuan tendensi nya adalah mengenalkan desa ini ke dunia luar. Kegiatan suroan Informan 2 : larung sesaji itu Informan : itu budaya kami. Yang apa selalu terikat dengan kami. Peneliti : kalo keseniannya ? Informan : ada reog, ada pencak silat, ada kuda lumping. Peneliti : pekerjaan masyarakat sebelum wisata ini gencar apa ? Informan : masyarakat kami ada tiga komponen, petani, pedagang nelayan. Yang petani nelayan

itu dengan adanya wisata ini banyak yang ganti haluan banting setir ke wisata, yang awalnya bertani nelayan nyari ikan jadi mengantarkan pengunjung, sedangkan yang bukan nelayan akhirnya buka ukm ukm warung – warung, ngoje, homestay.

Peneliti : masyarakat disini asli penduduk sini pak ? Informan : asli, selain warga sini gak boleh buka usaha disini. Peneliti : kualitas usaha pak, dari guest house, warung, jasa – jasa pengangkutan itu, apakah

bapak sudah menilai cukup baik untuk dikelola atau belum ? Informan : belum, karena sapta pesona nya belum terbentuk, belum muncul. Mba bisa liat sendiri

kanan kiri warung masuk dalam kategori layak dari segi kesehatan atau tidak. Peneliti : kalau kualitas sumberdaya manusia pak ? Informan : belum, itu dari kesadaran memiliki masih belum, masih claim – claiman. Peneliti : tapi orang – orang yang langsun terjun ke bidang wisata, menurut bapak sudah itu,

sudah mumpuni kah dalam melayani ?

Informan : sudah mumpuni sih. Peneliti : dari masyarakat lokal sini , apakah sudah ada inisiatif untuk jadi tour guide gitu pak

buat turis asing dan lokal ? Informan : sudah ada, tapi ya memang dari sisi skill kemampuan dan keterampilan ya emang

belum belum, belum. Ini basicnya kalo kita ngomong turis kan kita harus menguasai grammar bahasa inggris, itu belum

Peneliti : ada lembaga tour guide gitu pak disni ? Informan : belum ada, kalo kelembagaan secara organisasi belum ada, tapi kalo orang

perorangan yang kita damping ada. Peneliti : kalo dari segi pengelolaan, upaya pengembangan dan pengelolaan yang sudah

dijalankan desa itu apa aja pak ? Informan : ya itu tadi kita apa ya melaluli timlak, di pengembangan kita bikin program bla bla

bla kepada timlak, nah timlak melaksanakan sebagai tim pelaksana, gitu. Peneliti : program nya apa aja pak kalo boleh tau yang sudah Informan : kita berusaha menciptakan sapta pesona, lalu sadar wisata dan sumber daya manusia Peneliti : melalui penyuluhan atau … Informan : melalui penyuluhan, kalo kesehatan sudah dua kali kami turunkan, bahkan hari ini

tadi dari dinas kesehatan provinsi mau turun karena jentik – jentik nyamuk banyak. Kemarin sudah dua kali kesini tapi tadi sudah discreening sama mantra muncul jentik – jentik, itu dari segi kesehatannya.

Peneliti : kalo dari segi pemasaran, branding dari tempat ini kayak gimana ? Informan : kalo dari sisi pemasaran, branding nya itu tadi banyu anjlok surfing dan grand

ekowisatanya disitu, banyu anjlok dan surfing brandingnya disitu. Peneliti : kalo dari segi TIC, kan sudah dibangun pak, apakah itu sudah berfungsi ? Informan : iya sedikit membantu peneliti : dalam hal ? informan : mana kala ada pengunjung baru datang kesini pertama kali itu bisa membantu tapi

secara fungsi secara luasnya masih belum. Peneliti : TIC itu bagian dari timlak pokdarwis atau apa pak ?

Informan : TIC itu yang memprakarsai ladesta. Nah berhubung wisata ini sekarang dikelola oleh timlak, akhirnya sering kali timlak rapat disana itu tadi LMDH, Pokmaswas ladesta sering kali rapat disana.

Peneliti : kalo dari segi kerjasama dengan tour dan travel, timlak sudah ada kerjasama dengan tour dan travel atau musti melalui dinas pariwisata dahulu ?

Informan : kalo untuk kerjasama itu tadi perorangan, ini kan bagian promosi, pak muklis bagian promosi, ya, itu yang sering kali komunikasi dengan travel – travel itu tadi.

Informan 2 : dengan cara titip brosur, kami kalo dengan media, kalo ada kunjungan dari universitas, dan travel –travel memang kamu dahulukan. Memangkan dari sini ke kota kan jauh, jauh – jauh datang ke sini ya kita titip brosur.

Peneliti : nah teknik promosi apa aja pak selain dari internet, brosur apa ada misalkan ada ikut pameran ?

Informan : ikut pameran yang diselenggarakan oleh dinas pariwisata Informan 2 : tapi kalo pameran sendiri belum, tapi kalo misalkan di fasilitasi oleh dinas, kami

ikut. Peneliti : masyarakat sini pernah ada, yang menawarkan diri untuk bantu promosi ? Informan : gak ada Informan 2 : kalo gitu kami istilahnya nitip. Kan tower masuk sini kan kan masih baru cuman

kalo sama konco2 minta tolong di upload iki taruh di facebook. Peneliti : jadi masih menggunakan sosial media yang paling gencar sekarang Informan 2 : jadi tiap hari paling sekali atau dua kali update lokasi. Peneliti : kalo dari segi harga disini pengunjung pernah ngeluh tentang jasa homestay, jasa

angkutan dan harga makanan ? Informan : yang sering dikeluhkan itu dari jasa angkut, yang kedua awal2 nya dari makanan, tapi

akhir – akhir ini dari jasa angkut. Informan 2 ; pelaku sudah berani main harga, misalkan hujan, ojeg , istilah e malas malasan,

pengunjung nawar, mancing – mancing supaya dinaikkan. Peneliti : ada target pasar khusus pak untuk bowele ? Informan : selalu ada target, target nya ya go internasional, seperti yang ada di balekambang, itu

goal saya, tapi untuk sampai situ entah kapan. Dan kami belum bisa ngomong banyak selama goal saya, tapi untuk sampai situ entah kapan. Dan kami belum bisa ngomong banyak selama

Informan 2 : bukan artinya desa menganaktirikan, tapi karena ada sesuatu hal. Informan : mereka kan gak berjuang mbak, pemerintah 60 % kita 2%, mereka hanya ngomong

masalah uang dan pendapatan tapi kalo ada masalah ya desa, masalah criminal desa, masalah ini – ini desa, desa gak dapat apa – apa lalu kita mengupayakan masyarakat kesini mereka enak o, cuman duduk dapat banyak dapat prosentase, gak melakukan lobi – lobbying, gak melakukan negoisasi – negoisasi, perjalanan aja jauh dari sini ke malang Surabaya, kan salah.

Informan 2 : sampean sampe minggu disini, nanti coba ke pantai cek di tiket orang desa Cuma satu dua orang lainnya pasti orang perhutani. Itu masalahnya bukan karena desa menganaktirikan wisata., tapi memang itu kendalanya.

Penelit : tapi karena perhutani, saya bingung pak, apa desa tidak boleh cari investor misalkan swasta gitu pak yang mau tanam modal disini, istilah nya untuk bangung fasiltas kebersihan yang layak disini

Informan 2: itu bertentangan dengan ekowisata pak. Ini kan sudah ada 3 investor yang kesini, jangan – jangan besok – besok nya mereka bangun – bangun bangun kita yang jadi penonton. Misalnya kuliner, gak mungkin orang kota mau makan di warga kami, mungkin yang agak lebih enak bagus dan bersih dan kan yang mampukan mereka – mereka itu. Kalo investor kami memang menentang.

Peneliti : berarti disini kuat sekali pemberdayaan masyarakat nya. Informan 2 : Cuma pelaku pelaku di pariwisata yang masih kurang. Peneliti : disini udah ada pusat oleh – oleh ? Informan : belum, Peneliti : cinderamata khasnya ? Informan : belum. Ya paling Cuma kripik kripik home industry, tapi belum ada SIUPnya.

Peneliti : pengelola. Pengelola berarti desa pokmaswas sama badan promosi daerah, gimana hubungannya, desa sama dinas pariwisata gimana ?

Informan : baik Informan 2 : kemarin waktu di MTF itu badan promosi yang ngajak promosi ke Surabaya. Kalo

sama dinas itu baik sekali malah seperti keluarga. Peneliti : pengelola sini apa pernah melakukan studi banding antara pantai sini sama pantai mana

gitu Informan : setelah ini dikelola oleh ini saya gak pernah sekarang, cuek. Peneliti : semenjak dikelola oleh pokmaswas ? Informan 2 : perhutani. Peneliti : perhutani sekarang pak yang menguasai ? Informan 2 : seperti prosentase yang dibilang pak inggih tadi, perhutani berapa persen kami

hanya dapat 2% sedangkan untuk lobbying infrastruktur desa kan yang berperan penting, yang kalau mau jalan kan mesti dikasih tapi kan 60 % udah ke perhutani.

Informan : kalo dulu saya sering, saya sering melakukan studi banding, ke sendang biru, daerah sana selatan yang sedang gencar – gencar nya pembangunan, termasuk di kota, manajemen nya gimana, ke lamongan juga, hanya saya pribadi tapi, besok juga berangkat ke bali, tapi itu dia, kami gak punya ituloh.

Peneliti : tapi kalo misalkan desa itu masih belum bisa mengelola karena masih dalam bayang perhutani ?

Informan 2 : mungkin lebih tepatnya belum mau mengelola, lebih baik kami menghandle desa wisata, karena konsep kita kan desa wisata bukan hanya di objek wisatanya saja, istilah e mulai awal tahun ini kami menciptakan edukasi tentang numbuk kopi manual, penyulingan minyak cengkeh, mungkin pertengahan tahun ini pengelolaan sampah, sehingga kalo kita ke pantai ke obyek nya itu mungkin kami sementara vakum dulu disitu. Lebih baik anggaran anggaran lebih baik di arahkan ke desa.

Peneliti : berarti dari desa sendiri beluma da rencana pengembangan untuk objek nya tapi kalo untuk mengembangkan desa wisatanya sudah ada

Informan 2 : kalo untuk objek dari dulu sudah ada ya itu tadi, karena itu, terpaksa kami mengalihkan karena soalnya kan enak ADD dana desa, gini gini kan bisa ini boleh kan gitu kendalanya , enak – enak kan cangkruk wis, kita yang sengsoro mungkin beda sama penjelasan mbah no.

Peneliti : engga sih pak, sama tadi mbah no juga ngomong gitu. Berarti kalo ada program – program itu, kenapa bapak bisa mencetuskan program itu ?

Informan 2 : yang mana, Peneliti : yang penyulingan kopi, Informan 2 : itu kan kami sudah dicanangkan purwodadi kan jadi desa wisata, paling tidak kan

ada obyek terutama terus ada edukasi kan harus. Terus sdm masyarakat, kemakmuran kesejahteraan masyarakat kan harus diperhatikan semuanya, itu yang sekarang ini kami fokuskan.

Peneliti : berarti faktor yang paling menghambat ekowisata di bowele ini adalah disini itu masih carut marut tentang siapa yang paling berhak ya pak ?

Informan : banyak, faktornya banyak Peneliti : boleh dijelaskan secara garis besar Informan 2 : itukan memang aturan nya begitu, dimanapun saja wilayah perhutani kan memang

itu peraturan nya bahkan pemerintah pun mengakui, cuman kami yang gak ikhlas. Cuma dengan 2% ngapain kita memberikan duit kesana, mendingan buat kampung. Kalo kami melarang juga kami gak bisa, karena pemerintah mengakui proporsinya memang segitu peraturan nya, perhutani ada lembaga ada PKS dengan desa.

Informan : desa memang dapat 2% Informan 2 : desa memang tidak berkutik, dengan undang – undang itu. Peneliti : tapi bukannya tiga warna itu wilayahnya juga sama dengan perhutani ? Informan : jenengan tidak sadar,dibawah naungan pak saptoyo, secara gak langsung kalo

pengunjung memang penasaran kan, tapi selaku pelaku itu bertentangan dengan undang – undang atau apa apa nya lah mosok lek ditirukno dibatasi tanpa merusak mancing pun orang lokal dilarang kan ? harus pake guide istilah e, padahal itu crew satu keluarga itu. Bukan kami meng anu, kami bicara kenyataannya. Warga sekitar mancing gak boleh. Jenengan ngeliat perahu disana ? gak ada kan ? padahal ikan banyak. Kalo mancing harus ke sendang biru. Kami menolak itu disini.

Informan : mungkin dengan itu mereka memenangkan itu kemarin, perlombaan wisata se Indonesia mereka kan yang memenangkan kita kalah karena melihat dari sisi kebersihan kita memang nol. Kita jeblok di kebersihan dan manajemen pengelolaan, dengan metode itu mereka menang tapi sebenarnya kami kurang setuju dengan metode itu.

Informan 2 : memang aturan nya bagus, tapi secara pengunjung, banyak pengunjung yang kecewa karena belum ngontak dulu pada gak tau. Kami waktu itu di MTF pak inggih ikut di stan kita, ya wes tak kon ngaleh, karena beda sana perhutani kami ekowisata desanya.

Peneliti : saya semakin bingung pak, karena saya pikir desa ini ikut peran serta dalam perumusan strategi kalo kayak gini kan

Informan : sebenarnya desa memang punya peran penting tapi itu tadi gak didukung oleh pelaku pelaku selama ini, contoh kecil, kita kan pengen sapta pesona, kita pengen masuk ke wisata itu hijau, kita Tanami apa itu tumbuh – tumbuhan kami belikan itu, saya tanam, akhirnya timlak yang tanam, sekarang tanam besoknya udah ilang semua. Apa itu kita coba lagi sebelah barat itu, itu gagal. Banyak banyak, kita kebersihan blabla bla. Jadi itu tadi program kita gak didukung, kalo pihak sana ada apa – apa desa, ada kasus ini dan itu desa yang menangani, yang dipihak sana malah berpangkutangan. Bagaimana gituloh, memang desa punya peran penting, tapi ya kalo gitu

Peneliti : tapi sebenarnya desa ini ada rencana pembangunan untuk benar – benar jadikan purwodadi ini jadi desa wisata ?

Informan : ya ada, sudah dimasukan ke musrenbang. Tapi ya gimana lagi sih mba, bukannya kita gak legowo bukan, mau nya kami itu sama – sama lah perhutani yang punya proporsinya paling besar juga ya mau tau kebersihan mulai masuk sini ya dibersihkan ya pemberdayaan masyarakat itu apa, dimunculkan programnya itu apa, gak ada. Lagi lagi desa. Gituloh dengan 2%

Peneliti : terlepas dari masalah perhutani ya pak, rencana pengembangan desa itu berupa rencana pengembangan satu tahun lima tahun atau jangka panjang

Informan : gini kan kalo saya pingin kayak wisata sudah jadi, setelah kami studi banding kembali, kebetulan kami punya budaya disini punya kesenian, pingin gitu ya, jadi kami planningkan ada panggung bebas, jadi kapanpun kesenian desa itu bisa tampil disana, itu ya. Itu sala satu program saya yang belum saya munculkan ke temen – temen juga. Tapi akhirnya itu, hanya angan – angan. Program – program yang lain juga masih dalam angan –angan saya. Tapi karena itu tadi banyaknya aturan yang membuat kami tidak bisa berbuat banyak.

Peneliti : malah justru karena peraturan perhutani itu yang justru mematikan langkah desa untuk mengembangkan ekowisata ? bisa kita bilang kayak gitu.

Informan : kurang bisa kita bilang kayak gitu, gak bisa ngomong masalah itu. Peneliti : ya soalnya kayak gitu pak Informan : ya fakta nya kayak gitu. Informan 2 : ya mungkin kami akhir – akhir ini pengembangan desa wisatanya.

Informan : pengembangan Sumberdaya manusia nya tapi ya masyarakatnya. Kalo disana, kami belum begitu konsen, kita hanya membaca situasi – situasi disana bagaimana. Jujur saja saya gak pernah kesana kalo gak ada tamu, gitu. Jujur, karena claim – claimannya sumpeg. Seharusnya kan orang seneng, tapi Cuma ngeliat tok itu aja sumpeg, gak nyaman. Mereka hanya ngomong pendapatan, duit –duit dan sebagainya, ego nya kebersihannya, ngombe searat –arat. Jadi ya akhirnya itu tadi program kita masih hanya sebatas wacana belum bisa kami salurkan.

Peneliti : tapi itu rencana pengembangan nya itu masih berjangka satu tahun ke depan, Informan : masih angan – angan. Kami akan evaluasi besar – besaran nanti di akhir tahun

desember. Informan 2 : ada pertemuan lagi Informan : ada pembaharuan PKS itu Informan 2 : mungkin disitu kami menguber itu Informan : dan kami juga berharap banyak dengan peraturan dari pemerintah Provinsi maupun

Pusat. Peneliti : sepertinya saya sudah selesai bertanya pak,dan saya sedikit kebingungan ini pak terkait

tempat ini Informan 2 : kalo jenengan melihat desa wisatanya dan ekowisatanya gak mungkin bingung.

Yang bikin bingung kan loket, perhutani dan obyek wisata. Kalo desa wisata kan awo awo (56.45) petik desa baru setelah anu menikmati

Peneliti : oh gitu rancangan awalnya seperti itu pak ? Informan 2 : iya, kalo desa wisata dan ekowisata itu kan pengunjung diarahkan menginap selama

– lamanya di desa. Kalo sekarangkan engga, meluncur ke obyek langsung, lelah pulang dan sebagian homestay . Cuma kan homestay buat istirahat saja, kalo kemarin kami kan dapat 2 tamu, justru obyek – obyek itu yang di nomor duakan, tidak pengen jalan pake sandal sama sepatu justru main lumpur, mereka tertawa seneng2. Jatuh dari sepeda motor, malah ketawa2 saya disuruh foto. Nah kami yang kami harapkan itu, pengunjung masuk desa dulu, menikmati apa yang ada disini, dipelajari terus yang lebih unik lagi disini, tentang parabola, meskipun rumahnya jelek,tapi parabola, krn bukan kebutuhan mewah tp krn kebutuhan pokok. Kopi, cengkeh.

Peneliti ; Jadi grand strategi nya ini sebenarnya desa wisata yang punya wisata di desa dan di pantai. Wisata desa itu tentang penyulingan, edukasi ke wisatawannya, tapi kalo yang dipantai nya melihat obyek wisata.

Informan 2 : desa wisata dan wisata desa kan beda. Wisata desa kan melihat langsung obyek – obyek, tetapi kalo desa wisatanya,

Peneliti : desa nya yang dijadikan tempat wisatanya. Jadi grand strategi dari desa purwodadi ini untuk jadi desa wisata itu.

Informan 2 : sudah, sudah dicanangkan jadi desa wisata Cuma penyadaran pelaku – pelaku, baik pelaku wisata maupun sdm warga setempat kan belum dikemas secara sempurna. Kebanyakan kalo pengunjung langsung menikmati banyu anjlok, tanpa noleh desa, pdahal ini kan desa wisata. Kadan kami juga malu sama sesama pelaku, desa wisata mek ngono tok, krn pengunjung datang menikmati obyek, pdhal obyek diluar desa, pulang gitu. Itu yang akan kami menarik wisatawan untuk lebih berlama – lama di desa kami.

Peneliti : itu lokasi nya dimana aja itu pak ? Informan 2 : semua lokasi di luar desa, di pinggiran. Peneliti : yang cengkeh ? Informan 2 : penyulingan cengkeh di sebelah selatan rumah saya di pertigaan ka nada bangunan

di pinggir jalan yang dari kayu di papan itu. Peneliti : terus tadi ada apa lagi pak ? Informan 2 : numbuk kopi bubuk manual pake kayu, juga disebelah rumah saya orang tua itu,

kami sudah mulai mengemas artinya ambil video secara manual, mungkin pertengahan tahun ini kami video profilkan

Peneliti : pengelolahan sampah ? ( harusannya kopi juga kamu tanyakan dimana) Informan 2 : kalo itu sudah dibicarakan di musrenbang desa, kami sudah memasukkan di rt sama

rw itu minimal satu tempat sampah, terus kami juga mengajukan ke dinas satu pengelolahan sampahnya, itu masih disemayani. Kan banyak pengunjung banyak sampah.

Peneliti ; berarti sudah mulai ada kesadaran ya pak ya untuk mengurangi sampah itu Informan 2 : ya, nanti sampah nya disini kan kebanyakan plastic, mungkin nanti jadi nya ke daur

ulang mbak. Sama juga yang kami kemas kulinernya, kan belum ada kuliner khas disini. Peneliti : kira – kira apa pak ? Informan 2 : kemungkinan dari bahan pisang, karena disini pisang disini melimpah, mungkin

kripik sale atau yang lain soalnya sungguh melimpah disini bahan baku pisang, cengkeh, kelapa. Informan : getuk pisang

Informan 2 : mungkin kami akan ke lumajang, lumajang kan sentra pisang, disana kan aneka makanan dari pisang kan banyak, studi banding kesana, dari pokdarwis nya. Apa yang ada disini, mungkin kami juga akan melihat dari daerah lain, masa di pantai kripik apel, kan lucu.